Tampilkan postingan dengan label Indonesia merdeka. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Indonesia merdeka. Tampilkan semua postingan

Jumat, 27 Maret 2020

Pilar Kelangsungan Sebuah Negara

( Refleksi Kemerdekaan RI Ke 72 – 17 Agustus 2017 )

Dalam membersamai kedatangan hari kemerdekaan negara kita yang ke 72 ini,  di tengah berbagai aktivitas keramaian  memperingati  kemerdekaan ini alangkah baiknya kita gunakan untuk merenungkan kembali kondisi kita. Cara terbaik merefleksikan kondisi kita dengan mengambil pelajaran dari kitab Suci Al Quran yang menjadi sumber dan inspirasi kehidupan umat Islam.
Refleksi ini kita ambil dari renungan kita terhadap Firman Allah swt dalam surat Ibrahim ayat 34 – 37. Allah swt berfirman:
وَآتَاكُم مِّن كُلِّ مَا سَأَلْتُمُوهُ ۚ وَإِن تَعُدُّوا نِعْمَتَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا ۗ إِنَّ الْإِنسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ (34) وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَٰذَا الْبَلَدَ آمِنًا وَاجْنُبْنِي وَبَنِيَّ أَن نَّعْبُدَ الْأَصْنَامَ (35) رَبِّ إِنَّهُنَّ أَضْلَلْنَ كَثِيرًا مِّنَ النَّاسِ ۖ فَمَن تَبِعَنِي فَإِنَّهُ مِنِّي ۖ وَمَنْ عَصَانِي فَإِنَّكَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ (36) رَّبَّنَا إِنِّي أَسْكَنتُ مِن ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ غَيْرِ ذِي زَرْعٍ عِندَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُوا الصَّلَاةَ فَاجْعَلْ أَفْئِدَةً مِّنَ النَّاسِ تَهْوِي إِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُم مِّنَ الثَّمَرَاتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُونَ (37
34. Dan Dia telah memberikan kepadamu segala apa yang kamu mohonkan kepada-Nya. Jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya. Sungguh, manusia itu sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).
35. Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdoa, “Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku agar tidak menyembah berhala.
36. Ya Tuhanku, berhala-berhala itu telah menyesatkan banyak dari manusia[3]. Barang siapa mengikutiku[4], maka orang itu termasuk golonganku, dan barang siapa mendurhakaiku, maka Engkau Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
37. Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, Ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan berilah mereka rezeki dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.
38. Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau mengetahui apa yang kami sembunyikan dan apa yang kami tampakkan; dan tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi bagi Allah, baik yang ada di bumi maupun yang ada di langit. (  Surat Ibrahim 33-37)

Dalam ayat-ayat di atas mengisahkan tentang Nabi Ibrahim a.s. dan keluarganya yang Allah swt utus sebagai seorang Nabi dan Rasul. Keteladanan yang mengajarkan kepada kita tentang kehidupan secara luas.
Nabi Ibrahim diperintah oleh Allah swt untuk membawa Sayyidah Hajar a.s. sang Istri dan bayi Ismail .a.s.  ke tengah padang pasir yang tandus, tidak ada air, tidak ada manusia, tidak ada tumbuhan, tidak ada makanan, yang kelak menjadi sebuah kota  yang disebut  Mekkah hingga saat ini.

Pilar Kelangsungan Sebuah Negara
Yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim dan keluarganya ternyata adalah proses membentuk sebuah negara. Dan bagaimana pondasi yang harus diletakkan  untuk kelangsungan sebuah negara. Negara yang benar pondasinya, benar aktivitasnya, kuat jalinan sosialnya, sejahtera kondisinya dan panjang sejarahnya. Dari ayat-ayat di atas kita bisa mendapatkan pondasi sebuah negara adalah:
Pertama : Ideologi
Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdoa, “Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku agar tidak menyembah berhala. [ Q,s, Ibrahim : 35].
Sebelum meletakkan anak dan istrinya di tengah padang pasir, Nabi Ibrahim a.s. meletakkan sebuah dasar Tauhid yaitu Mengesakan Allah swt dan menjauhkan sejauh-jauhnya kesyirikan menyekutukan Allah swt. Tauhid adalah pondasi ideologis dan kesyirikan adalah perusak dari ideology  tersebut.
Kedua : Aktivitas Yang Menjaga Kelangsungan Ideologi
Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, Ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat … ( Q.s. Ibrahim 37 )
Ideologi  adalah pondasi yang akan hancur dan tergerus bila tidak dijaga setiap saat. Tauhid adalah ideology, syirik adalah perusak yang menggerogoti dari pondasi tersebut. Maka Sholat adalah  aktivitas yang menjaga ideology tersebut. Oleh karena itu, maka Nabi Ibrahim mengusahakan agar keluarganya anak-cucu dan keturunannya agar menegakkan sholat.  Bila sholat tidak ditegakkan, maka tauhid akan lenyap, ideology akan tergerus. Kehancuran akan menjadi sebuah keniscayaan.
Ketiga : Kesholehan Sosial
….maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka ….( Q.s. Ibrahim 37 )
Berikutnya yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim adalah menjadikan keluarga dan keturunannya  menjadi orang-orang yang berakhlak mulia. Sehingga menjadi pribadi yang menarik. Siapa yang memandangnya menjadi tertarik, sayang, hormat, setia dan akan  senang bersama mereka, dilingkungan mereka, beraktivitas bersama mereka. Karena mereka adalah pribadi-pribadi yang memang menarik. Bila kesolehan social ini terbentuk, maka orang-orang yang tidak soleh, aktivitas yang tidak sholeh, dan kondisi yang tidak sholeh akan menjauh sejauh-jauhnya, dan akan tersingkir dengan sendirinya.
Keempat : Jaminan Kesejahteraan Materi
….dan berilah mereka rezeki dari buah-buahan …. ( Q.s. Ibrahim 37 )
Yang harus diperhatikan untuk kelangsungan sebuah negara adalah kesejahteraan materi yang dinikmati  bersama oleh semua penduduknya.
Semua warga negara agar berusaha seoptimal mungkin untuk mewujudkan kesejahteraan materi ini. Sehingga kesejahteraan materi ini bisa mereka raih. Kemudian kesejahteraan materi ini  harus dinikmati bersama oleh semua penduduk negeri dengan adil. Tidak boleh kesejahteraan negeri itu dinikmati oleh sebagian orang, dan tidak bisa dinikmati oleh sebagian yang lain.   Kebersamaan mereka dalam menikmati kesejahteraan adalah jaminan untuk  stabilitas  social negara tersebut.
Mungkinkah  hal ini terwujudkan? Sangat mungkin sekali, karena kesejahteraan ini diwujudkan di atas pondasi ideologis yang kuat, yaitu tauhid yang  dijaga dengan aktivitas sholat, dikawal dengan kesholehan social. Maka kesejahteraan akan bisa dinikmati bersama secara adil oleh seluruh warga negara.
Kelima : Senantiasa bersyukur
….mudah-mudahan mereka bersyukur. ( Q.s. Ibrahim 37 )
Pilar berikutnya adalah bersyukur atas karunia Allah swt, syukur atas  :
-    pondasi ideologis yang kuat, yaitu tauhid
-    aktivitas yang menjaga keutuhan ideologis, yaitu sholat
-    perilaku yang baik yang menjaga kesolidan social, yaitu akhlak
-    kenikmatan dan kesejahteraan materi yang mereka dapatkan
Kesyukuran  atas pondasi ideologis akan menjadikan seluruh warga negara mengingat selalu apa yang mengabadikan eksistensi mereka. Wujudnya sebuah negara adalah ideologinya,bila ideology itu hancur, maka hancurlah negara itu.
Kesyukuran atas aktivitas yang menjaga keutuhan ideologis, yaitu sholat dengan senantiasa  mendirikan dan menegakkannya selalu. Karena dengan  menegakkannya maka ideology akan  terjaga, bila tidak ditegakkan, maka akan hancurlah  ideology itu.  Yang berarti musnahnya entitas negara tersebut.
Kesyukuran kesolidan social, yaitu  semua  warga negara mengusahakan dirinya untuk menjadi pribadi yang menarik. Yaitu pribadi yang bermoral. Menjauhkan dirinya  dari berbuat dholim. Kedzoliman berusaha dijauhkan dari pribadi, keluarga dan masyarakat.
Kesyukuran atas kenikmatan dan kesejahteraan materi yang mereka dapatkan  dengan berbagi dengan orang yang tidak mendapatkan. Karena kondisi  warga negara berbeda-beda. Yang membedakan mereka itu adalah taqdir. Masing-masing orang harus ikhlas, menerima, rela menjalaninya dengan senang hati. Sehingga perbedaan kondisi ini pasti terjadi. Orang yang mendapatkan kesejahteraan lebih, mensyukurinya dengan berbagi kepada orang yang Allah swt takdirkan tidak bisa mendapatkannya.
Maka dengan mensyukuri semua  hal di atas, akan menjaga kelangsungan sebuah negara.  Maka akan tercipta kondisi seperti  yang dikisahkan Al Quran Negeri Saba yang makmur sebelum dihancurkan karena kekafiran mereka:
بلدة طيبة ورب غفور
“ Sebuah negara yang baik dan Tuhan Yang Maha Pengampun”
Semoga  kita semua bisa mengambil pelajaran dari kisah di atas. Amin

Kesimpulan
Pilar kelangsungan sebuah negara, yaitu:  Ideologi, Aktivitas  yang menjaga ideology, kesholehan social, kecukupan materi, kesyukuran
Kelima hal di atas harus wujud. Itulah yang akan menjadi pilar kelangsungan sebuah negara baldatun thoyyibatun wa robbun ghofur.

Kita sebagai bangsa Indonesia dan umat Islam  yang NKRI  menjadi semangat kita dalam bernegara, maka kelima hal di atas harus kita terapkan dalam diri, keluarga dan masyarakat muslim kita. Karena itu yang akan menjamin kelangsungan negara ini. Bila tidak  semua akan berlalu  dan hilang seperti negara-negara dan peradaban yang pernah wujud. Dulu ada Imperium Romawi, Persi, Mesir, India, Cina, Saba, Majapahit, Sriwijaya, Kutai dan seterusnya. Semua sudah hilang, berlalu tanpa ada yang tertinggal dan tidak akan pernah kembali lagi.
Hal yang sama juga akan terjadi  pada NKRI kita bila kita tidak menyadari hal ini.  Usia 72 tahun untuk sebuah peradabaan itu sangat pendek.  Bila kita tidak menjaganya seperti yang saya sebutkan pilar-pilarnya di atas, maka ia akan menjadi sejarah seperti yang lain.
Semoga Allah swt memberikan kesadaran kepada kita, masyarakat kita dan semua umat Islam. Sehingga tercipta baldatun thoyyibatun wa robbun ghofur. amin

Kamis, 05 Maret 2020

Keteladanan Nabi Ibrohim Dan Kemerdekaan 2018

Pada hari ini 73  tahun yang lalu, tepatnya adalah  pada hari Jumat 17 Agustus 1945 M  yang bertepatan dengan  9 Ramadhan  1364 Hpada jam 10.00 di jalan  Pegangsaan Timur, no 56 Jakarta  atas nama bangsa Indonesia  Sukarno-Hatta membacakan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.  Proklamasi kemerdekaan itu adalah salah satu dari rangkaian panjang perjuangan Bangsa Indonesia  secara keseluruhan dari Sabang sampai Merauke. Kita Umat Islam sebagai Bangsa dan Umat, tidak terlepas dari peran penting pembebasan tanah air, bangsa dan negara Indonesia dari belenggu penjajahan. Dan negara baru itu disebut dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Kini kita sudah 73 tahun dari proklamasi kemerdekaan Indonesia. Sebagai bangsa dan Umat, kita dari nenek moyang kita hingga saat ini, telah mengarungi berbagai macam peristiwa; pahit getir, asam garam perjalanan sebuah bangsa kita alami. Hingga  sampai masa kita saat ini.
Baru saja  kita lewati  hirup pikuk memperingati kemerdekaan Indonesia sedang dilaksanakan. Berbagai macam acara,program, keramaian, tontonan digelar untuk memeriah peringatan 17 Agustus ini. Tidak lupa berbagai macam hiasan dari pernak-pernik warnanya bendera merah dan putih menghiasi segala penjuru   lingkungan kita.  Sebuah perayaan dan keramaian  yang mengungkapkan kebahagiaan atas merdekanya sebuah bangsa dan lahirnya sebuah negara yang disebut dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Di sela-sela hiruk pikuk itu, apakah sebenarnya yang dimaksud dengan kemerdekaan itu? Kita sebagai seorang muslim yang merupakan bagian besar dari bangsa dan negara ini,  apakah kita sudah memahami makna  akan kemerdekaan menurut agama kita?  Ketika kita tidak memahami arti kemerdekaan, maka  mungkinkah kita akan mengisi kemerdekaan ini dengan cara yang benar?  Oleh karena itulah, perlunya kita mengerti apa arti kemerdekaan menurut Islam.
Bicara tentang kemerdekaan  mengingatkan kita kepada ungkapan Sayyidina Umar r.a.  saat berkata kepada Sayyidina Amru bin Ash:
" متى استعبدتم النّاس وقد ولدتهم أمهاتهم أحراراً "
“Sejak kapan engkau memperbudak manusia, padahal ia telah dilahirkan oleh ibunya dalam keadaan merdeka?”
Sebuah ungkapan yang  abadi tertulis dalam  tinta emas sejarah, tersimpan dalam hati sanubari peradaban dari masa ke masa.  Ungkapan yang telah memekakkan telinga orang-orang dholim, menghentakkan  dada  para penguasa diktator dari masa ke masa.  Sebuah kebebasan yang diberikan oleh Islam  kepada manusia di saat dunia terjerumus dalam kesewenang-wenangan, kedholiman,  angkara murka para penjajah dan penguasa.
Masa saat  itu orang kuat memperbudak yang lemah, penguasa menghisap darah dan keringat rakyat yang menyelimuti seluruh jazirah Arab, bahkan seluruh dunia saat itu. Kelompok yang banyak  memperbudak kelompok yang kecil. Seorang perempuan tidak mendapatkan kebebasan sama sekali, bahkan hak untuk hidup sekalipun. Hak kebebasan sikap apalagi hak atas harta. Kemudian datanglah Islam melakukan pembebasan dalam arti yang sebenarnya.  
Manusia dibebaskan oleh Islam dari berbagai macam kedholiman, dibebaskan dari penguasa yang dholim, bahkan dibebaskan dari perbudakan. Perempuan diberikan kebebasannya, sebuah kebebasan yang tidak pernah mereka dapatkan sebelumnya sama sekali di manapun dari belahan dunia. Hingga Islam menjadi contoh kebaikan dalam segala hal. Bahkan di Eropa sekalipun saat itu yang terjadi adalah  kediktatoran dan kesewenang-wenangan atas nama agama dan tokoh-tokoh agama.
Rib’iy bin Amir  mengungkapkan tentang tujuan dari risalah Islam dalam ungkapannya yang terkenal ketika dia mengucapkannya untuk penguasa Persi Kisro:
" بعثنا الله لإخراج العباد من عبادة العباد إلى عبادة ربّ العباد، ومن جور الأديان إلى عدل الإسلام ومن  ضيق الدنيا إلى سعة الدنيا والآخرة؛"
“ Allah swt telah mengutus kami untuk mengeluarkan manusia dari peribadatan kepada makahluk  untuk menuju kepada peribadatan Tuhannya para makhluk, dan mengeluarkan kami dari  kedholiman  agama menuju kepada keadilan Islam, dan  mengeluarkan manusia dari sempitnya dunia menuju luasnya dunia dan akhirat. “
Islam adalah yang pertama kali memberikan kemerdekaan  manusia secara sempurna. 

Arti Kemerdekaan  Menurut Islam 
Apa yang  arti kemerdekaan  menurut Islam? 
Kemerdekaan menurut Islam  diungkapkan dalam kata-kata:
الأرادة الكاملة في الاختيار دون قهرٍ أو إجبار
“ Kebebasan yang sempurna untuk memilih dan melakukan sesuatu tanpa ada paksaan.”
Kemerdekaan artinya adalah kebebasan untuk mengekspresikan keinginan tanpa ada yang menghalangi. Karena  manusia sebenarnya dilahirkan oleh ibunya dengan membawa kebebasan dan kemerdekaannya.
Kemerdekaan yang diberikan oleh Islam kepada manusia bukan sekedar slogan kosong, atau ungkapan tanpa makna. Tapi kemerdekaan  yang diberikan oleh Islam  memiliki tampilan dan madhohir yang bisa dilihat dan dirasakan oleh  diri sendiri maupun orang lain. Kemerdekaan itu dilindungi oleh syariat dan oleh hukum.

 Performance  atau Madhohir Atau Tampilan  Kemerdekaan Dalam Islam
Apa  madhohir atau tampilan  kemerdekaan dalam Islam?
Bentuk kemerdekaan yang diberikan oleh Islam antara lain:
Pertama : Kemerdekaan Aqidah ( Keyakinan )
Islam memberikan kebebasan  kepada manusia untuk  memeluk agamanya. Tidak boleh seorang pun untuk memaksa orang lain untuk memeluk satu agama. Manusia bebas untuk memeluk agamanya.
Sekalipun agama Islam adalah agama yang benar, dan selain Islam adalah agama yang salah menurut Islam, namun  Islam melarang siapapun untuk memaksa orang lain untuk memeluk Islam, maupun memeluk agama-agama yang lain.  Setiap individu bebas untuk menentukan keyakinannya.
فمن شاء فليؤمن من شاء فليكفر
“ Yang mau beriman silahkan beriman, yang mau tidak beriman silahkan tidak  beriman.”
Namun bila ia memeluk Islam, maka  tidak boleh meninggalkannya sama sekali. Dan ia harus tunduk dan patuh kepada aturan Islam.
Layaknya  orang yang  sedang bertamu ke rumah anda, siapa saja boleh bertamu atau tidak bertamu, namun bila sudah masuk menjadi tamu anda, maka ia harus tunduk  terhadap aturan yang sudah anda buat di rumah anda.
Bila seseorang telah memilih Islam sebagai agamanya, maka ia sudah memilih dengan pilihan yang tepat, yang  akan membawa kebahagiaan di dunia dan akhirat.  Namun bila ia tidak mau memeluk Islam, maka Islam tidak memaksa manusia  harus memeluk Islam. Ia bebas memeluk agamanya tanpa ada gangguan sama sekali dari Islam.
لكم دينكم وليدين
“ Bagimu agamamu dan bagiku agamaku.”
Kedua : Kemerdekaan  Kehidupan
Kemerdekaan yang diberikan oleh Islam dalam kehidupan bahwa manusia memiliki kebebasan yang sempurna  untuk memilih jalan kehidupannya. Namun Allah swt telah memberikan  penjelasan yang  lengkap tentang  jalan yang benar dan jalan yang tidak benar.
Ketika ia memilih jalan yang benar, maka kebaikan akan kembali kepada diri manusia itu sendiri.  Namun bila ia memilih jalan yang tidak benar, maka ia akan  memetik buah hasil yang tidak benar tersebut. Manusia bertanggung jawab atas  apa yang ia lakukan baik dan buruknya.   Bila urusan itu urusan akhirat, maka ia akan bertanggung jawab terhadap apa yang diperbuat di akhirat kelak. Bila baik, ia akan mendapatkan surga, namun bila  tidak baik, maka ia akan mendapatkan neraka.
Namun bila  masalah yang dilakukan masalah dunia, maka  ia akan bertanggung jawab atas  apa yang dilakukannya itu. Bila baik, maka ia akan dikenal dan disebut sebagai orang sholeh dan baik, namun bila sudah merusak kebebasan dan kenyamanan masyarakat, maka ia harus mempertanggungjawabkannya di depan hukum.
Ketiga : Kemerdekaan Individu
Islam memberikan kebebasan kepada individu manusia. Ia bebas makan apa yang dia mau, atau minum yang dia mau,  ia juga bebas untuk menikmati apa saja yang baik. Ia bebas untuk melakukan transaksi jual dan beli. Semua tadi diberikan kemerdekaan selagi tidak membahayakan diri manusia dan tidak merusak masyarakat. 
Kemerdekaan dalam konsumsi diri
Kemerdekaan dalam bertransaksi
Kemerdekaan dari perbudakan
Kemerdekaan dari  nafsu dan syahwat
Kemerdekaan untuk membuat komunitas
Kemerdekaan atas harga diri
Kemerdekaan untuk menentukan sikap dan pilihan
Di peringatan 17 Agustus 2018 ini, sebagai muslim, apakah kita sudah memerdekaan diri kita seperti yang dikehendaki oleh Islam seperti yang sudah dijelaskan di atas? Kalau belum, bukan  pesta  gembira yang mestinya kita lakukan, karena sebenarnya kita belum merdeka. Karena pesta itu bagi orang yang sudah merdeka, alangkah  lucunya seorang budak yang masih terbelenggu perbudakan, namun merasa sudah merdeka dan berpesta merayakan kemerdekaan.
Keteladanan kita adalah Nabi Ibrahim a.s yang merupakan contoh yang diikuti oleh Nabi Muhammad saw dalam membangun kemerdekaan dalam arti yang sebenarnya. Akidah, bangsa, Negara, masyarakat, harga diri dst.

Jumat, 29 Mei 2015

Bangsa Indonesia Keturunan Budak ?????

Kalau ada yang menanyakan ke saya," Apakah anda orang Indonesia?"  Saya akan menjawab," Ya. Ada masalah? "
Kalau dia bertanya lagi," Orang Indonesia adalah keturunan budak. Betulkah itu?"
Sikap saya:
Saya akan angkat kaki dan saya tendangkan kaki itu di mulutnya. Karena orang itu buta. Buta sejarah, buta hati, dan buta harga diri.
Bukankah bangsa Indonesia  memeras keringat dan bermandi darah untuk mempertahankan harga dirinya sebagai seorang muslim dan merdeka. Sedangkan ia tidak tahu itu.
Tapi saya tidak tahu, jangan-jangan dia memang keturunan budak. Kalau aku, aku orang merdeka. Dan akan tetap merdeka. Merdeka !!!

Lihat ungkapan ini:
http://linkis.com/dlvr.it/L0vI0