Tampilkan postingan dengan label Solidaritas. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Solidaritas. Tampilkan semua postingan

Kamis, 17 Desember 2015

Dukungan Yayasan Lavender Indonesia Untuk Edwar Tech

Bapak, Ibu, Sahabat-sahabat EdWar Tech, Yayasan Lavender dan hadirin sekalian,

Terima kasih atas kesedian EdWar Tech menerima kami, Yayasan Lavender Indonesia, di pusat riset kanker yang kita cintai ini.

Kami hadir untuk menyatakan keprihatinan kami atas apa yang terjadi pada penelitian ECCT dan ECVT saat ini. Banyak sekali penerima anugerah kanker yang sangat ingin mendapat layanan ECCT dan ECVT tapi harus gigit jari karena tempat ini tak boleh lagi menerima tamu baru. Mereka ingin datang karena sebagian besar tak lagi dinyatakan punya harapan oleh dokter yang mereka datangi. Hal ini sangat menyedihkan hati kami.

Kami hadir untuk menyatakan dukungan kami. Banyak di antara anggota kami kembali punya harapan setelah menggunakan ECCT. Banyak pula yang sembuh dan kini menikmati hidup tanpa sel kanker. Semua berkat EdWar Tech.

Memang banyak juga yang tak berhasil sembuh, akhirnya harus mengambil metode lain atau akhirnya berpulang ke Rahmatullah. Kami percaya tak ada metode yang menjamin kesembuhan 100%, tak juga metode konvensional. Kami yakin metode yang telah teruji ini efektif, dan telah teruji bukan hanya pada kami, penggunanya di Indonesia, tapi juga di Jepang dan berbagai negara lain. Tapi keberhasilan bukan di tangan manusia. Setiap manusia unik dan membutuhkan penanganan yang unik. Banyak yang bisa sembuh dengan ECCT, banyak pula dengan cara lain.

Untuk melayani kebutuhan manusia yang unik inilah kita butuh tersedianya berbagai jenis metode sehingga kami bisa memilih metode yang paling sesuai dengan kondisi kami.

Untuk itulah kami harus memastikan keberlanjutan layanan ECCT bagi seluruh penerima anugerah kanker di Indonesia. Kami punya hak untuk memilih.

Kami juga hadir untuk menyatakan kesediaan kami menjadi komunitas pendamping C Care untuk membantu para pengguna ECCT mempelajari berbagai metode pendukung seperti pengelolaan stress, pengaturan pola makan, dll. Kami berharap pendampingan kami dapat meningkatkan prosentase kesembuhan pengguna ECCT.

Kami siap mendukung EdWar dan kami berharap semua yang kita perjuangkan bersama dapat membawa harapan bagi mereka yang tak lagi punya harapan, dapat pula membawa kebanggaan kalau Indonesia mampu menjadi pusat penelitian dan layanan ECCT bagi dunia.

Marilah kita bergandengan tangan bersama, demi kemanusiaan, memastikan keberlangsungan pelayanan ECCT di Indonesia.

Indira Abidin
atas nama seluruh warga
Yayasan Lavender Indonesia

Dari Icha di Taman Lavender

Dari grup alumni MIPA UGM 2007:

"April 2014 lalu saat semua rumah sakit angkat tangan dengan hasil pet scan Icha, mereka tak bisa melakukan apa apa karena jenis ca Icha yang langka dan tak merespon kemo juga radiasi.
Melalui informasi dari teteh Indi, dan seorang sahabat suami icha kami berangkat ke C care. Saat itu pak Warsito ada di luar negri kami bertemu para fisika medisnya saja, mereka  menginfokan bahwa mereka baru 1x menerima pasien jenis ca seperti icha dan pasien tersebut tak menunjukan progress baik, tersirat bahwa sepertinya progressnya lambat atau mungkin tdk ada progress.

Sekali lagi air mata Icha menetes, Icha mencoba menerima dan berdamai keadaan. Suami Icha tetap optimis dan terus menyemangati agar tetap mencoba.

Saat itu icha disarankan untuk menggunakan 3 alat, rompi untuk paru paru dan spinal, celana untuk lumbal dan abdomen bawah, satu lagi dibahu kiri yang bentuknya seperti penyangga patah tulang (cukup rame penyebarannya ).
Keadaan ekonomi kami hanya bisa untuk membeli 2 alat saja maka kami sepakat membeli 2 alat dulu untuk kemudian akan membeli 1 lagi setelah  ada THR (tunjangan hari raya).

Kami menunggu alat disiapkan sampai setengah 6 sore, saat itu bulan Ramadhan maka kami memutuskan untuk menunggu magrib, sholat baru kemudian pulang.

Lalu masuk seorang laki laki rambunya kelabu, wajahnya ramah penuh senyum. Ia melihat ke arah kami, tapi terlihat ragu untuk menyapa kami, kamipun demikian, dalam hati bertanya apakah ini beliau? (melihat rekaman video penjelasan beliau diawal tadi).

Suami Icha memberanikan diri untuk mendekati bertanya kepada beliau dan ternyata memang benar itu beliau.

Kemudian mereka bercakap cakap, Icha memilih untuk tak terlibat percakapan itu mungkin mereka mau menjaga perasaan Icha dan tak mau Icha mendengar apa yg Icha takut untuk dengar. Suami Icha menunjukan hasil pet scan dan memanggil Icha untuk mendekat. Beliau melihat Icha dengan seksama dan melihat kertas yang berisi anjuran pemakaian kemudian melihat lagi hasil pet scan, lalu ia berkata... "Jangan putus harapan..."

Dan air mata icha bukan hanya menetes tapi mengalir deras. Beliau tak mengatakan apa yang Icha takut untuk dengar. Beliau memberikan Icha kesempatan untuk berharap. Itu berarti sekali untuk Icha. Ia mengganti resep pemakaian alat dan menanyakan mengapa hanya ada 2 alat,  seharusnya ada 3 alat. Icha menjawab "Insya Allah Icha akan kembali 1 minggu lagi." Beliau tanya kenapa?
Icha jawab, "Keadaannya belum mengijinkan, tapi Icha akan kembali 1 minggu lagi (hati kecil icha berkata disini icha bisa berharap, sekecil apapun harapan itu akan icha perjuangkan)."

Kemudian beliau memanggil salah satu fisika medisnya dan meminta  Icha mengukur alat ke tiga. Icha tegaskan bahwa jangan sekarang keadaannya blm mengijinkan, namun beliau   berkata, "Ini untuk kamu dan kamu tak perlu menunggu 1 minggu, jangan putus harapan."

Allah mempertemukan Icha dengan beliau  dan memberikan Icha kesempatan berharap.

Sekarang 1 tahun berlalu, Icha masih disini bersama anak-anak dan suami tercinta, masih bersama keluarga tersayang Icha dan karena Pak War Icha tidak putus harapan.

Terimakasih Pak  Warsito dan "jangan putus harapan..."
Doa kami bersamamu selalu, Pak.
Love you always

������������

Kalau sampai C Care tak bisa lagi melayani pengguna ECCT baru, mau ke mana Icha-Icha lain?
Ada yang bisa jawab?
Bagaimana kalau Icha itu adikmu, istrimu, ibumu?

#PerempuanUntukKanker

Jumat, 17 Juli 2015

Masjid di Papua Dibakar Saat Sholat Idul Fitri,

Jumat, 17 Juli 2015
Masjid di Papua Dibakar Saat Sholat Idul Fitri, Ini Kronologisnya
Hari Raya Idul Fitri adalah hari bahagia bagi Umat Islam seluruh dunia. Namun kebahagian itu tak dirasakan Umat Islam di Karubaga Kabupaten Tolikara Papua yang merayakan Idul Fitri hari ini, Jumat (17/7/2015).

Berikut INFO yang redaksi Piyungan Online terima dari sumber di Papua. Sebelum kami posting kami sudah klarifikasi ke sumber untuk kevalidan data.

- Saat Umat Islam di Tolikara Papua menjalankan sholat Idul Fitri, tiba-tiba massa melempari jamaah saat Takbir ke-7 lalu masjid dibakar.

- Masjid diserbu dan dibakar orang-orang dari distrik.

- Massa yang disebut dari GIDI Papua (Gereje Injil Di Indonesia) menyerbu dan membakar masjid karena hari ini (Idul Fitri) mereka juga punya acara.

- Sehari sebelumnya GIDI sudah layangkan SURAT PERINGATAN agara Umat Islam TIDAK TAKBIRAN DAN TIDAK MENJALANKAN SHOLAT IED.

- Muslim dilarang Sholat Ied karena kata mereka hari ini adalah Harinya Yesus. Ada misionaris Luar Negeri juga disana untuk adakan acara GIDI hari ini.

- Setelah masjid dibakar, merembet ke rumah dan kios-kios pasar milik umat Islam. Barang-barang dijarah.

- 10 orang terkena luka bakar.

- Saat ini Umat Islam diungsikan

Demikian INFO sementara.

Berita ini sudah dimuat juga sebagian di METRO TV.

Saat Imam Takbir Pertama, Sekelompok Orang Datang dan Lempari Musala di Tolikara

Tolikara: Kekacauan terjadi pada pelaksanaan salat Idul Fitri 1436 Hijriah di Kabupaten Tolikara, Papua. Sebuah musala dilempar dan dibakar. Warga setempat jadi ketakutan.

Peristiwa itu terjadi sekira pukul 07.00 WIT, Jumat 17 Juli. Umat Islam tengah melaksanakan salat Id di halaman Koramil 1702 / JWY. Saat imam mengucapkan takbir pertama, tiba-tiba beberapa orang mendekati jemaah dan berteriak.

Jemaah bubar dan menyelamatkan diri ke markas Koramil. Sejam kemudian, orang-orang itu melempari Musala Baitul Mutaqin yang berada di sekitar lokasi kejadian. Mereka juga membakar rumah ibadah tersebut. Selain musala, enam rumah dan sebelas kios pun menjadi sasaran amukan orang-orang itu. 

Hingga berita ini dimuat, polisi dan TNI berjaga-jaga di sekitar lokasi kejadian. Petugas gabungan mengantisipasi kerusuhan berlanjut. Alasan pengrusakan dan pembakaran tersebut pun belum diketahui. Belum ada pula keterangan resmi dari aparat setempat. RRN

http://news.metrotvnews.com/read/2015/07/17/148328/saat-imam-takbir-pertama-sekelompok-orang-datang-dan-lempari-musala-di-tolikara