Tampilkan postingan dengan label Tokoh. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Tokoh. Tampilkan semua postingan

Kamis, 07 Februari 2019

Hafidz Cilik Hasan Bashri Dari Pulau Nias

Beberapa waktu yang lalu  saya mendapat kiriman video seorang Hafidz Kecil Hasan Bashri dan Adiknya.  Allah swt karuniakan suara yang merdu, menambah kenikmatan lantunan hafalan Al Qurannya. 

Video itu saya dapatkan dari grup WA  dan di grup itu hanya mengatakan,"  Merdu Alquran yang menggetarkan jiwa dari seorang  Hafidz Cilik" tanpa penjelasan apa-apa. 
Saya penasaran untuk mencari tahu siapa gerangan hamba Allah swt ini? Rasa penasaran ini mengantarkan saya untuk browsing di YOUTUBE, Alhamdulillah dengan mudah link di Youtube saya dapatkan. Maka kemudian saya tanyakan kepada yang mengupload di kolom komentarnya. Namun tidak saya dapatkan jawaban. 
Rasa penasaran itu  berlanjut yang saya tuangkan  di Coretan Masturi . Di  postingan itu saya tanyakan kepada siapa saja yang tahu, untuk menjapri saya, namun tidak  saya dapatkan juga. 
Pencarian karena penasaran saya lanjutkan lagi, alhamdulillah saya dapatkan  informasi yang agak lengkap tentang Hasan Bashri si Hafidz Cilik Dari Nias ini dari dua blog:
Pertama: Susi Anggraini 
Kedua : Blog Neny Suswati 
Kedua Ibu ini dari Propinsi Lampung. 

Ibu Susi Anggraini dalam blognya yang diberinama  DUNIAKU menulis dengan judul  Mengenal Keluarga Hafidz Dari Pulau Nias, ditulis dalam tiga postingan :

Profil singkat dari keluarga  ini adalah: ( Tulisan ke-2)
Ayah: Ramlan Dalimunte (Abdurrahim), lahir 4 Desember 1968
Ibu : Sri Mahrani Hasibuan (Siti Hajar), lahir 12 Maret 1978
Anak-anak:
1. Andriani Dalimunte (Fathimah), lahir 6 Juli 1998. Hafidz usia 12 tahun
2. Amin Rais (Abuzar), lahir 21 Oktober 1999. Hafidz usia 12 tahun
3. Muhammad Lutfi, lahir 4 Desember 2002. Hafidz usia 9 tahun
4. Ummu Kulsum, lahir 7 April 2004. Hafidz umur 9 tahun
5. Hasan Basri, lahir 30 Agustus 2006. Hafidz usia 8 tahun
6. Abdullah Zubair, lahir 20 November 2008. Hafidz usia 6 tahun. Saat ini, juga hafal lebih dari 400 hadist
7. Ahmad Hanzalah, lahir 19 Januari 2011. Hafal 19 juz
8. Muhammad Yusuf (alm), lahir 20 Oktober 2012. Wafat usia 1 tahun 10 bulan.
9. Aisyah, lahir 6 Agustus 2015.


Sedangkan Bu Neny Suswati menuliskan ringkas perjalanan KUNJUNGAN  beliau ke  Pulau Nias untuk bersilaturahim  dengan keluarga  yang ternyata keluarga Pencinta Al Quran. Bu Neny menuliskan dalam  blognya Blog Neny Suswati
Alhamdulillah sedikit banyak informasi ini sudah saya dapatkan, insyaallah akan saya lanjutkan untuk bersilaturrahim ke Pulau Nias, untuk belajar dari keluarga sederhana yang mulia ini. Sederhana  dengan penampilannya, mulia dengan Qurannya. Amin


Selasa, 20 Juli 2010

KH Abdur Rozzaq Fachruddin


Kiai Haji adalah pemegang rekor paling lama memimpin Muhammadiyah, yaitu selama 22 tahun (1968-1990). Ia lahir tanggal 14 Februari 1916 di Cilangkap, Purwanggan, Pakualaman, Yogyakarta. Ayahnya ialah KH. Fachruddin (seorang Lurah Naib atau Penghulu dari Puro Pakualaman yang diangkat oleh Kakek Sri Paduka Paku Alam VIII) yang berasal dari Bleberan, Brosot, Galur, Kulonprogo. Sementara ibunya ialah Maimunah binti KH. Idris Pakualaman. Pada tahun 1923, untuk pertama kalinya Abdur Rozak bersekolah formal di Standaad School Muhammadiyah Bausasran Yogyakarta.

Setelah ayahnya tidak menjadi Penghulu dan usahanya dagang batik juga jatuh, maka ia pulang ke desanya di Bleberan, Galur, Kulonprogo. Pada tahun 1925, ia pindah ke sekolah Standaard School (Sekolah Dasar) Muhammadiyah Prenggan, Kotagede, Yogyakarta. Setamat dari Standaard School di Kotagede pada tahun 1928, ia masuk di Madrasah Muallimin Muhammadiyah Yogyakarta. Baru belajar dua tahun di Muallimin, ayahnya memanggilnya untuk pulang ke Bleberan, dan belajar kepada beberapa kiai di sana, seperti ayahnya sendiri, KH. Abdullah Rosad, dan KH. Abu Amar. Sehabis Mahgrib sampai pukul 21.00, ia juga belajar di Madrasah Wustha Muhammadiyah Wanapeti, Sewugalur, Kulonprogo.

Setelah ayahnya meninggal di Bleberan dalam usia 72 tahun (1930), pada tahun 1932 Abdur Rozak masuk belajar di Madrasah Darul Ulum Muhammadiyah Wanapeti, Sewugalur. Selanjutnya pada tahun 1935 Abdur Rozak melanjutkan sekolahnya ke Madrasah Tabligh school (Madrasah Muballighin) Muhammadiyah kelas Tiga.

Pada tahun 1935, Abdur Rozak dikirim oleh Hoofdbestuur Muhammadiyah (pada periode KH. Hisyam) ke Talangbalai (sekarang dikenal dengan Ogan Komering Ilir) untuk mengembangkan gerakan dakwah Muhammadiyah. Di sana, ia mendirikan Sekolah Wustha Muallimin Muhammadiyah setingkat SMP. Pada tahun 1938, ia juga mengembangkan hal yang sama di Kulak Pajek, Sekayu, Musi Ilir (sekarang dikenal dengan Kabupaten Muba, Musi Banyu Asin). Tiga tahun kemudian, pada tahun 1941, ia pindah ke Sungai Batang, Sungai Gerong, Palembang sebagai pengajar HIS (Hollandcse Inlandevs School) Muhammadiyah yang setingkat dengan SD. Pada tanggal 14 Februari 1942, Jepang menyerbu pabrik minyak Sungai Gerong. Dengan sendirinya sekolah tempat mengajarnya ditutup. Kemudian Abdur Rozak dipindahkan mengajar di Sekolah Muhammadiyah Muara Maranjat, Tanjung Raja, Palembang, Sumatera Selatan sampai dengan tahun 1944. Selanjutnya ia akhirnya kembali ke Yogyakarta.

AR Fachruddin adalah ulama besar yang bewajah sejuk dan bersahaja, yang lebih dikenal dengan nama Pak AR. Kesejukannya sebagai pemimpin ummat Islam juga bisa dirasakan oleh ummat beragama lain. Ketika menyambut kunjungan Paus Yohanes Paulus II di Yogyakarta, sebenarnya ia menyampaikan kritikan, tetapi disampaikannya secara halus dan sejuk. Dalam sambutannya itu, ia mengungkapkan bahwa sebagian besar rakyat Indonesia adalah muslim. Akan tetapi disampaikannya pula tentang sikap mengganjal di kalangan umat Islam Indonesia bahwa umat Katholik banyak menggunakan kesempatan untuk mempengaruhi ummat Islam yang masih menderita agar mau masuk ke agama Katolik. Mereka diberi uang, dicukupi kebutuhannya, dibangun rumah-rumah sederhana, dipinjami uang untuk modal dagang, tetapi dengan ajakan agar menjadi umat kristen. Umat Islam dibujuk dan dirayu untuk pindah agama. Dalam tulisannya kepada Uskup Yohanes Paulus II, ia mengungkapkan bahwa agama harus disebarluaskan dengan cara-cara yang perwira dan sportif. Kritik ini diterima denganlapang dada oleh ummat lain karena disampaikan dengan lembut dan sejuk, serta dijiwai dengan semangat toleransi yang tinggi.

Pak AR menjadi Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah pada tahun 1968 setelah di-fait Accomply untuk menjadi Pejabat Ketua PP Muhammadiyah sehubungan dengan wafatnya KH. Faqih Usman. Dalam Sidang Tanwir di ponorogo (Jawa Timur) pada tahun 1969, ia akhirnya dikukuhkan menjadi Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah sampai Muktamar Muhammadiyah ke-38 di Ujung Pandang (Sulawesi Selatan) pada tahun 1971. Sejak saat itu ia terpilih secara berturut-turut dalam tiga kali Muktamar Muhammadiyah berikutnya untuk periode 1971-1974, 1974-1978, 1978-1985.

Di samping dikenal sebagai seorang mubaligh yang sejuk, ia juga dikenal sebagai penulis yang produktif. Karya tulisnya banyak dibukukan untuk dijadikan pedoman dalam beragama. Di antara karya-karyanya ialah Naskah Kesyukuran; Naskah Entheng, Serat Kawruh Islam Kawedar; Upaya Mewujudkan Muhammadiyah Sebagai Gerakan Amal; Pemikiran Dan Dakwah Islam; Syahadatain Kawedar; Tanya Jawab Entheng-Enthengan; Muhammadiyah adalah Organisasi Dakwah Islamiyah; Al-Islam Bagian Pertama; Menuju Muhammadiyah; Sekaten dan Tuntunan Sholat Basa Jawi; Kembali kepada Al-Qur`an dan Hadist; Chutbah Nikah dan Terjemahannya; Pilihlah Pimpinan Muhammadiyah yang Tepat; Soal-Jawab Entheng-enthengan; Sarono Entheng-enthengan Pancasila; Ruh Muhammadiyah; dan lain-lain.

Ulama kharismatik ini tidak bersedia dipilih kembali menjadi Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah pada Muktamar Muhammadiyah ke-42 di Yogyakarta, walaupun masih banyak yang mengharapkannya. Ia berharap ada alih generasi yang sehat dalam Muhammadiyah. Ia wafat pada 17 Maret 1995 di Rumah Sakit Islam Jakarta pada usia 79 tahun.


Sumber:
* http://62010.muhammadiyah.or.id/index.php?option=com_content& view=article&id=109&Itemid=142