Tampilkan postingan dengan label Agama Islam. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Agama Islam. Tampilkan semua postingan

Jumat, 27 Maret 2020

Sya’ban, Persiapan Menuju Ramadhan

Tanpa terasa Ramadzan sudah hampir menjelang.  Padahal rasanya  belum lama kita meninggalkan Ramadzan.  Kala kita renungkan keberadaan bulan Rajab, Sya’ban, Ramadhan, ketiga bulan tersebut saling berurutan. Pasti ada hikmah di sana. Setidaknya, deretan bulan itu mengisyaratkan pentingnya penekanan ibadah menjelang bulan penuh ampunan, Ramadhan. 
Untuk mengoptimalkan ibadah di bulan Ramadzan, maka diperlukan langkah-langkah persiapan. Sebuah kesuksesan kerap kali tak bisa lepas dari persiapan yang matang.  Seorang murid yang berhasil lulus ujian maka ia jauh-jauh hari telah bersiap diri menghadapi tes kelulusan itu. Sayangnya, keutamaan persiapan diri itu,  tak banyak diketahui oleh kebanyakan orang. Ini seperti yang pernah di wanti-wanti Rasulullah SAW:
Usamah bin Zaid, beliau berkata, “Katakanlah wahai Rasulullah, aku tidak pernah melihatmu berpuasa selama sebulan dari bulan selain di bulan Sya’ban”. Nabi saw bersabda,
ذلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ
“Bulan Sya’ban adalah bulan di mana manusia mulai lalai yaitu di antara bulan Rajab dan Ramadhan. Bulan tersebut adalah bulan dinaikkannya berbagai amalan kepada Allah, Rabb semesta alam. Oleh karena itu, aku amatlah suka untuk berpuasa ketika amalanku dinaikkan.” (HR. An Nasa’i. hadits hasan.)
Hadis itu menyatakan tak sedikit mereka lalai akan keutamaan Rajab dan Sya’ban untuk menghadapi Ramadhan.  Kedua bulan itu, terlebih Sya’ban, merupakan bulan tatkala segenap amalan langsung diangkat ke hadapan Allah SWT. Dan, Rajab laksana terminal utama untuk pemberhentian berikutnya, yakni Sya’ban dan Ramadhan. 


Maksud Penekanan Ibadah di Ke 3 Bulan
Penekanan ibadah itu,  bukan berarti hanya berfokus di tiga bulan tersebut. Melainkan, intensitas ibadah di ketiga bulan itu memiliki dampak yang luar biasa, yakni pemaksimalan Ramadhan. Hal utama  yang mesti dilakukan ialah mengatur niat. Perbaruilah niat selalu. Niat yang terbarukan akan membantu mendongkrak semangat ibadah.   Selain itu, perbanyaklah melaksanakan puasa di bulan  Rajab dan bulan  Sya’ban.   Anjuran-anjuran tertentu berikut keutamaan berpuasa di bulan Rajab, memang beberapa hadisnya dikategorikan lemah. Namun, berpuasa pada bulan Rajab  landasannya  secara umum hadis-hadis berpuasa di bulan-bulan mulia (asyhur al hurum).  Karena bulan Rajab adalah salah satu dari bulan  haram, sebagaimana firman Allah swt :
إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْراً فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ   )سورة التوبة: 36 (
"Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang  lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu.” (QS. At-Taubah: 36)
Di bulan-bulan  haram ini kita dianjurkan untuk memperbanyak ibadah, terutama puasa. Rasulullah saw bersabda:
 أفضل الصلاة بعد المكتوبة الصلاة في جوف الليل وأفضل الصيام بعد شهر رمضان الشهر الذي يدعونه المحرم
"Shalat yang paling utama setelah shalat wajib adalah shalat di penghujung malam, dan puasa yang paling utama setelah bulan Ramadhan adalah pada bulan yang disebut dengan Muharram." 
 ( HR. Muslim: 1163 )
صُمْ مِنْ الْحُرُمِ وَاتْرُكْ  (رواه أبو داود ، رقم 2428 وضعفه الألباني في ضعيف أبي داود  (
“Berpuasalah di (bulan-bulan) Haram dan tinggalkanlah.”  (HR. Abu Daud, 2428 dan dilemahkan  oleh  Al-Bany dalam kitab Dhaif Abu Daud)
Sedangkan berpuasa Sya’ban,  sebagaimana disebutkan dalam hadis riwayat Bukhari Muslim dari Aisyah ra. Rasulullah paling tampak berpuasa sunah di Sya’ban.
Diantara  pelaksanaan puasa pada bulan tersebut  dilakukan sebagai persiapan dan pemanasan menghadapi Ramadhan.  Selain itu, Imam   Ibnu Hajar menjelaskan bahwa amalan  sholeh di bulan  Rojab dan khususnya Sya’ban sering terlupakan.  Sebagaimana yang disebutkan hadist Rasulullah saw riwayat  Usamah bin Zaid.

Kegiatan Ibadah Di Bulan  Sya’ban
Tarhib Ramadhan
Kegiatan  yang bisa kita lakukan pada bulan Sya’ban   dalam rangka untuk   persiapan  Ramadhan adalah  berbagi kabar gembira dan memotivasi sesama. Ini bagus kita lakukan sejak bulan Rajab, yaitu saling memberitahu  keutamaan Ramadhan.  Rasulullah saw  dalam rangka tarhib Ramadzan   dalam hadis  yang diriwayatkan oleh Imam  Nasai. “Telah datang kalian Ramadhan, bulan yang diberkahi, Allah mewajibkan atas kalian berpuasa. Pintu langit dibuka dan pintu neraka ditutup.”
Penyiapan Spiritul
Saat datang Bulan Sya’ban kalau perlu bulan sebelumny, yaitu Rajab,   mulai tingkatkan  frekuensi penempaan spiritual. Karena  bulan Ramadhan adalah madrasah dan tempat  penempaan bagi orang-orang yang bertakwa. Pembiasaan sejak dini, sebelum datangnya Ramadan, yaitu sejak bulan Rajab dan bulan Sya’ban  akan mempermudah program ibadah sepanjang Ramadhan. Mulai dari hal-hal yang kecil, seperti menjauhi perkataan  yang sia-sia, ungkapan-ungkapan yang jorok. Karena jika  hal-hal tersebut tak dihindari, ucapan-ucapan yang tak pantas itu bisa merusak pahala Ramadhan.  Nabi sallallahu’alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْجَهْلَ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِي أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ   (رواه البخاري، رقم 1903- 6075 (
“Barangsiapa tidak meninggalkan perkataan dusta, bersikap bodoh dan beramal dengannya. Maka Allah tidak butuh dari meninggalkan makan dan minumnya.” (HR. Bukhari, 1903, 6075)
Perkataan keji, nista dan dusta mencakup semua perkataan haram seperti bohong, mengguncing, namimah (mengadu domba), menghina dan menghardik, perkataan jorok dan  lain sebagainya.
Nabi saw  bersabda:
 إِذَا أَصْبَحَ أَحَدُكُمْ يَوْمًا صَائِمًا فَلا يَرْفُثْ ، وَلا يَجْهَلْ ، فَإِنْ امْرُؤٌ شَاتَمَهُ أَوْ قَاتَلَهُ فَلْيَقُلْ : إِنِّي صَائِمٌ إِنِّي صَائِمٌ  (رواه البخاري، رقم 1894 ومسلم، رقم 1151 )
“Barangsiapa salah satu di antara kalian di pagi hari dalam kondisi berpuasa, maka jangan berkata jorok dan jangan bersikap bodoh. Kalau ada seseorang yang menghardiknya atau menghinanya maka katakan kepadanya, sesungguhnya saya sedang puasa, sesungguhnya saya sedang puasa." (HR. Bukhari, no. 1894 dan  Muslim, no. 1151)

Menyambung Silaturrahim
Amalan lain yang bisa kita lakukan pada bulan Sya’ban dalam rangka mempersiapkan kedatangan bulan  Ramadzan adalah  menyambung  dan menjaga silaturahim.  Menyambung silaturrahim artinya adalah menyambung kembali silaturrahim yang  pernah putus di karenakan banyak hal, seperti pertikaian, perselisihan dan lain sebagainya. Sedangkan menjaga silaturrahim adalah memperkuat silaturrahim yang sudah ada, dan tidak putus agar lebih kuat dan lebih kokoh.
Ada banyak faedah di balik memperkuat tali silaturahim. Menyambung silaturahim akan memperbanyak rezeki dan menjadikan umur bertambah berkah. Dari bersilaturahim pula akan mengikis kesalahan-kesalahan yang pernah diperbuat. Dengan demikian, saat Ramadhan tiba, kondisi diri telah siap dan bersih.
Membayar Hutang Puasa Ramadhan
Penting untuk dilakukan dan diperhatikan  adalah  segera  membayar hutang puasa Ramadhan yang terlewat.  Terutama kaum wanita, yang bisa dipastikan punya hutang puasa Ramadzan. Para ulama sepakat, hendaknya seseorang membayar hutang puasa wajib terlebih dahulu dan lebih utama sebelum menunaikan puasa sunah.

Melatih Bersedekah
Yang tak kalah penting juga  yang kita bisa lakukan dan kita biasakan pada bulan Rajab ini adalah membiasakan diri  untuk bersedekah.  Bersedekahlah dari sekarang. Mulailah dari yang kecil.  Lakukan yang mampu untuk dilakukan.
Kenapa demikian? Karena pahala tiap amalan selama Ramadhan akan dilipatgandakan, tak terkecuali bersedekah.
Bagaimana melatih diri kita untuk sedekah?  Ini bisa dimulai dengan membiasakan diri memberikan makanan bagi fakir miskin. Berbagi makanan, terlebih untuk berbuka, sarat dengan pahala.  Rasulullah saw bersabda:
Dari Zaid bin Kholid AL-Juhani berkata, Rasulullah sallallahu’alaihi wa sallam bersabda:
مَن فطَّر صائماً كان له مثل أجره غير أنه لا ينقص من أجر الصائم شيء " . رواه الترمذي ( 807 ) وابن ماجه ( 1746 ) وصححه ابن حبان ( 8 / 216 ) والألباني في " صحيح الجامع " ( 6415 )
“Barangsiapa yang memberi buka orang puasa, maka baginya pahala semisalnya tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa sedikitpun.” HR. Tirmizi, 807. Ibnu Majah, 1746. Dan dishohehkan oleh Ibnu Hibban, 8/216. Dan oleh Al-Bany di shoheh Al-Jami’, 6415.
Rasul menegaskan bahwa sedekah berupa pemberian menu berbuka tersebut diganjar dengan pahala puasa dari penerima sedekah. “Tanpa kurang sedikit pun,”
Kala Rojab datang berarti Ramadhan  sebentar lagi menjelang. .  Hadapkan  ruhani, pikiran, sosial dan fisik kita untuk menyambut masa panen pahala. Ini perlu kesadaran dari kita. Bukan hanya kesadaran pribadi, tapi perlu kesadaran pribadi, keluarga dan masyarakat.  Kalau tidak, maka  semua akan berlalu begitu saja, dan kita  akan memasuki Ramdzan dengan tanpa persiapan.
Kita mesti ingat, aktivitas kehidupan kita merupakan rutinitas yang secara otomatis akan jalan. Waktu akan terus berjalan, kita mau atau tidak.  Waktu akan terus mendekat, kita siap atau tidak.  Oleh karena itu mari kita siapkan diri untuk menyambutnya. Kita mulai dari sekarang, yaitu dengan menyambut datangnya bulan Rajab dengan aktivitas-aktivitas yang sudah penulis sampaikan di atas. Semoga Allah swt memudahkan kita semua untuk mempersiapkan diri di bulan Rajab ini, baik diri pribadi kita, keluarga kita dan masyarakat kita.

Rabu, 11 Maret 2020

Mengidentifikasi Aliran Sesat


Betapa banyak peristiwa yang menyita perhatian kita semua sebagai bangsa Indonesia. Apalagi sebagai umat Islam. Karena semua peristiwa ini seakan menjadi PR bagi umat Islam yang harus diselesaikan. PR yang silih berganti, belum selesai satu PR sudah ada PR yang baru. Ditambah lagi kondisi internal umat Islam sendiri sedang acak-acakan. Tidak kompak, tidak menyatu ditambah berbagai macam masalah yang tidak bisa diselesaikan.
Baru kemarin 14 Januari 2016 terjadi peledakan bom. Seakan  semua mata mengarah kepada Umat Islam. Semua telunuk seakan menuding umat Islam sebagai pelakunya. Wallahul musta’an. Saat ini juga marak kebejatan moral dengan munculnya LGBT secara demonstrative di masyarakat. Semua masmedia membicarakan dan menjadikannya headline.  Sebelum  itu semua isu Gerakan Fajar Nusantara ( GAFATAR ), yang disinyalir merupakan aliran yang menyimpang dari Islam, tapi mengaku Islam.

Mendeteksi Penyelewengan
Bagaimana kita mengenal sebuah kelompok, atau komunitas itu menyeleweng dari ajaran Islam atau tidak?
Dalam kehidupan bermasyarakat, ketika kita perhatikan ada dua sisi penting yang ada pada mereka, yaitu :
1.        Mafahim ( paradigm /  pola pikir )
2.        Suluk ( perilaku / tindakan )
Dua hal ini adalah satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Keduanya saling mempengaruhi dan saling mewarnai.  Dalam  hal yang benar seseorang yang berpola pikir benar, maka akan menjadikan perilakunya benar. Orang yang berperilaku salah,  kebanyakan dikarenakan pola pikir yang salah juga.
Dalam  kesalahan, pola pikir yang salah lebih bahaya daripada orang yang berperilaku yang salah.
Orang yang  berpola pikir  benar, namun dalam perilakunya salah, maka ia mudah untuk diingatkan dan diperbaiki. Karena pola pikirnya benar, dan perilakunya salah. Karena ia merasa tindakannya yang salah sehingga perilakunya  disesuaikan dengan pola pikir  yang benar tadi.  Sebaliknya, orang yang berpola pikir salah, tapi perilakunya benar, maka ia melakukan amal tersebut bukan karena kesadaran. Tetapi karena kondisi, ikut-ikutan dan seterusnya, sehingga suatu saat perilakunya yang benar itu akan dia tinggalkan mengikuti pola pikirnya yang salah. Sehingga kerusakan pola pikir lebih berbahaya daripada kerusakan perilaku. Walaupun secara kasat mata kerusakan perilaku kelihatan  kerusakannya besar. Seperti kerusakan materi, lingkungan dan seterusnya.
Bagaimana mengenal seseorang, sebuah komunitas atau kelompok itu menyeleweng atau tidak. Hal ini bisa kita lihat dari kedua sisi di atas, yaitu dari mafahim/paradigm berpikirnya dan suluk atau perilakunya.  Apabila terindikasi berbeda dengan pokok-pokok ( ushul Islam ) maka ia  menyeleweng. Bila menyeleweng maka sebenarnya ia sudah keluar dari Islam.
Pertama : Dari sisi mafahim.
Mafahim yang dilihat di sini  ada dua mafahim ( pola piker ).
Pertama : Pola piker akidah  ( mafahim aqidah ). Islam memiliki mafahim aqidah islamiyah  yang  jelas, dan tidak samar. Dengan mudah orang akan mengetahuinya dan mengenalinya.   Ushul Aqidah Islam adalah hal yang aksiomatik, yang mudah diketahui oleh  kebanyakan umat Islam, sekalipun ia bukan seorang ulama Islam. Ushul Aqidah islam ini terjelma dalam rukun Iman. 
Rukun Iman ada enam, yaitu: 1. Iman kepada Allah swt  2. Iman kepada hari akhir. 3. Iman kepada para Malaikat Allah swt 4. Iman kepada kitab-kitab Allah swt. 5.Iman kepada Para Rasul  Allah swt. 6. Iman kepada Qodho dan Qodar.
Ini adalah merupakan ushul, atau pokok keimanan ajaran Islam. Apabila ada orang, atau komunitas atau kelompok yang mengingkari salah satu dari rukun Iman ini, maka bukan merupakan perbedaan yang dibolehkan. Bila berbeda, berarti beda agama.
Dengan melihat dari sisi  Pokok Akidah ini, maka dengan mudah kita akan mendapatkan, itu sesat atau tidak.

Kedua : Mafahim Minhaj Islamy ( cara pandang terhadap Islam )
Allah swt dan Rasul-Nya menyuruh kepada kita untuk menjadikan Islam sebagai:
1.    Jalan Hidup, yang menjadikan kehidupan kita harus  mengikuti rel-rel Islam.
2.    Arah hidup, yaitu menjadikan Islam sebagai patokan untuk menjalani kehidupan Ini.
Allah swt berfirman: “ Masuklah  kamu  ke dalam Islam secara keseluruhan.”
“ Apakah kalian beriman dengan sebagian isi Al Quran dan kafir dengan sebagian yang lain?. Apakah kalian tidak berpikir?”
“ Katakanlah, sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku dan matiku  hanyalah untuk Allah semata.”
Rasulullah saw mengajarkan kepada kita hidup dalam Islam. Mulai bangun tidur kita di ajarkan berdoa.  Sampai tidur lagi, kita diajarkan berdoa.  Mulai dari bangun tidur, sampai tidur lagi itulah aktivitas kita. Dan  semua aktivitas itu  diatur oleh Islam.  Sehingga Islam adalah system kehidupan itu sendiri. Apabila ada orang yang tidak menjadikan Islam seperti ini, maka ia akan sesat dan akan berujung kepada kesesatan.
Misalnya:   orang menganggap bahwa Islam itu hanya di mesjid. Di luar masjid tidak mesti Islam.   Maka nanti yang terjadi adalah ketika di masjid khusyu sholat, namun ketika di  luar bisa saja mabuk.
Seperti ungkapan , “ Ibadah ya ibadah, bisnis ya bisnis.” Artinya adalah ketika kita  sholat di masjid harus khusyu, namun ketika bisnis yang penting adalah untung apapun caranya. Halal haram hantam saja.  Mafahim yang sesat ini akan menyesatkan  ke mana-mana.
Bagaimana kita mengetahui mafahim seseorang? Padahal ia adalah merupakan hal yang abstrak dan tidak bisa dilihat?
Kita bisa mengetahuinya dengan melalui beberapa hal berikut:
a.     Dengan berdialog
b.    Dengan mendengarkan pidato atau ceramahnya.
c.     Melalui tulisannya  di majalah atau bulletin
d.    Melalui  buku karangannya.
Dengan melalui media-media di atas, maka kita akan tahu dengan mudah paradigm ( mafahim seseorang )

Sisi yang kedua : Dengan melihat suluk atau perilakunya.
Perilaku akan mudah  untuk diketahui, karena ia kelihatan dan Nampak kasat mata.  Suluk atau perilaku yang dilihat ada 3:
a.     Suluk Taabbudy ( tatacara peribadatan ), yaitu tata cara peribadatan
b.    Suluk ijtima’iy ( perilaku social )
c.     Suluk Akhlaqy, perilaku akhlaq atau moral.
Perilaku peribadatan .
Islam memiliki perilaku peribadatan yang sudah ditetapkan oleh Syariat. Ushul atau pokok peribadatan dalam Islam terjelma dalam rukun Islam. Rukun Islam  yang lima sudah kita kenal semuanya. Rukun Islam  itu:
1.    Membaca dua kalimah syahadat
2.    Mendirikan sholat
3.    Melaksanakan puasa Ramadhan
4.    Membayar Zakat
5.    Melaksanakan Haji bagi yang mampu.
Pokok-pokok peribadatan Islam ini merupakan hal yang mudah untuk dikenali, sekalipun oleh orang awam  sekalipun.
Bila ada orang, atau komunitas atau kelompok, mengingkari atau tidak melaksanakan salah satu dari rukun ini, maka ia jelas sesat. Bahkan kafir.

Yang kedua  dari suluk adalah suluk ijtimaiy, yaitu perilaku social dan komunikasi dengan sesame manusia. Islam mengajarkan kepada kita pokok perilaku social yang harus kita laksanakan. Ini terjelma dalam kandungan Syariat Islam dalam Muamalah.  Seperti hubungan laki-laki dan perempuan yang dihalalkan hanya melalui pernikahan. Dibolehkannya jual-beli dan diharamkannya riba. Orang menghutang harus membayar, sekalipun yang dihutangi itu orang berbeda akidah. Dan lain sebagainya.
Apabila ada orang, komunitas, kelompok yang melanggar hal di atas,  seperti membolehkan zina, atau membolehkan riba, membolehkan menipu yang penting bukan kelompok sendiri, maka  ia telah melanggar muamalah Islamiyah.  Apabila  mereka membolehkan melanggar hal-hal di atas maka telah sesat.

Yang ketiga  dari suluk itu adalah suluk akhlaqy, atau perilaku akhlaq.
Pokok-pokok akhlaq  sangat mudah diketahui oleh semua umat Islam. Karena ia adalah merupakan hal yang aksiomatik.  Pokok-pokok akhlaq ini antara lain adalah:
Haram minum khomr, diharamkannya zina, diharamkannya mencuri, diharamkannya membunuh dan lain sebagainya.
Hal-hal tersebut adalah merupakan ushul akhlaq yang semua umat Islam sudah mengetahuinya.   Bila ada orang, atau komunitas menghalalkan hal-hal di atas,  seperti membolehkan membunuh, maka jelas ia bukan ajaran Islam.  Dengan demikian  dengan mudah kita akan mengetahui benar dan salahnya sebuah ajaran bila diukur dengan ajaran Islam.
Demikianlah, semoga kita bisa memahaminya dengan baik. Jangan sampai kita dan masyarakat terjerumus dalam kesesatan, sementara tidak menyadarinya bahkan sebaliknya merasa benar. Amin



Bagaimana aliran-aliran sesat itu menyesatkan seorang muslim? 
Mereka menyesatkan dengan melalui 3 hal:
Pertama: Dengan menghilangkan logic. Kebanyakan aliran sesat, ajarannya tidak logis, dan para pengikutnya tidak menggunakan logikanya. Karena memang sengaja dihilangkan peran logika itu. Karena logika itu dipakai, maka runtuhlah ajaran sesat itu. Misalnya dengan menghilangkan kesadaran otaknya. Atau dengan mengatakan, agama jangan dilogikakan, kalau agama dilogikakan akan sesat. Dan seterusnya. Padahal logika ( akal ) adalah salah satu dasar dari taklif ( tuntutan syariat). Dan senantiasa mendampingi syariat setiap saat, dan tidak pernah terlepas dari syariat.
Kedua: Dengan meningkatkan peran perasaan, karena perasaan itu tidak ada ukurannya dan tidak ada batasnya. Dan perasaan menjadi sandaran doktrin dan ajaran. Apalagi bila perasaan itu tidak dilandasi dengan logika.  Perasaan  ini seperti perasaan cinta, perasaan benci, perasaan marah, perasaan dendam dan seterusnya. Perasaan-perasaan di atas kalau dibiarkan liar tanpa pengawalan logika dan ilmu syariat, maka akan rusak dan merusak.
Ketiga: Dengan menjauhkan dari ulum syar’iyyah dan para ulama.
Ilmu syariah dan ulama dijauhkan dengan berbagai alas an. Seperti saya tidak berbicara menurut fikih, menurut hadist, menurut tafsir dan lain sebagainya. Alasannya fikih pasti ada perbedaan pendapat. Hadist ada yang shohih ada yang dhoif. Tafsir, semua orang punya penafsiran yan berbeda.  Begitu juga dijauhkan dari para ulama. Alasan mereka berbicara dengan menggunakan hati. Karena  semua orang punya hati. Sehingga tidak akan berbeda. Padahal ilmu-ilmu syariat tadi dikodifikasi oleh para ulama dalam rangka untuk menjaga syariat.  
Oleh karena itu, gunakan selalu logika. Karena logika adalah landasan agama. Logika lah yang dibimbing wahyu. Bukan menghilangkan logika. Jadikan perasaan itu dibimbing oleh logika dan wahyu, bukan dibiarkan liar, tanpai bimbingan logika dan wahyu. Karena perasaan itu  tidak ada batasnya. Ulum syariyyah fikih, hadist, ushul fiqih, tafsir, ulumul quran dan  para ulama harus dilibatkan. Bila tidak hasilnya adalah sesat.

Kamis, 05 Maret 2020

Keteladanan Nabi Ibrohim Dan Kemerdekaan 2018

Pada hari ini 73  tahun yang lalu, tepatnya adalah  pada hari Jumat 17 Agustus 1945 M  yang bertepatan dengan  9 Ramadhan  1364 Hpada jam 10.00 di jalan  Pegangsaan Timur, no 56 Jakarta  atas nama bangsa Indonesia  Sukarno-Hatta membacakan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.  Proklamasi kemerdekaan itu adalah salah satu dari rangkaian panjang perjuangan Bangsa Indonesia  secara keseluruhan dari Sabang sampai Merauke. Kita Umat Islam sebagai Bangsa dan Umat, tidak terlepas dari peran penting pembebasan tanah air, bangsa dan negara Indonesia dari belenggu penjajahan. Dan negara baru itu disebut dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Kini kita sudah 73 tahun dari proklamasi kemerdekaan Indonesia. Sebagai bangsa dan Umat, kita dari nenek moyang kita hingga saat ini, telah mengarungi berbagai macam peristiwa; pahit getir, asam garam perjalanan sebuah bangsa kita alami. Hingga  sampai masa kita saat ini.
Baru saja  kita lewati  hirup pikuk memperingati kemerdekaan Indonesia sedang dilaksanakan. Berbagai macam acara,program, keramaian, tontonan digelar untuk memeriah peringatan 17 Agustus ini. Tidak lupa berbagai macam hiasan dari pernak-pernik warnanya bendera merah dan putih menghiasi segala penjuru   lingkungan kita.  Sebuah perayaan dan keramaian  yang mengungkapkan kebahagiaan atas merdekanya sebuah bangsa dan lahirnya sebuah negara yang disebut dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Di sela-sela hiruk pikuk itu, apakah sebenarnya yang dimaksud dengan kemerdekaan itu? Kita sebagai seorang muslim yang merupakan bagian besar dari bangsa dan negara ini,  apakah kita sudah memahami makna  akan kemerdekaan menurut agama kita?  Ketika kita tidak memahami arti kemerdekaan, maka  mungkinkah kita akan mengisi kemerdekaan ini dengan cara yang benar?  Oleh karena itulah, perlunya kita mengerti apa arti kemerdekaan menurut Islam.
Bicara tentang kemerdekaan  mengingatkan kita kepada ungkapan Sayyidina Umar r.a.  saat berkata kepada Sayyidina Amru bin Ash:
" متى استعبدتم النّاس وقد ولدتهم أمهاتهم أحراراً "
“Sejak kapan engkau memperbudak manusia, padahal ia telah dilahirkan oleh ibunya dalam keadaan merdeka?”
Sebuah ungkapan yang  abadi tertulis dalam  tinta emas sejarah, tersimpan dalam hati sanubari peradaban dari masa ke masa.  Ungkapan yang telah memekakkan telinga orang-orang dholim, menghentakkan  dada  para penguasa diktator dari masa ke masa.  Sebuah kebebasan yang diberikan oleh Islam  kepada manusia di saat dunia terjerumus dalam kesewenang-wenangan, kedholiman,  angkara murka para penjajah dan penguasa.
Masa saat  itu orang kuat memperbudak yang lemah, penguasa menghisap darah dan keringat rakyat yang menyelimuti seluruh jazirah Arab, bahkan seluruh dunia saat itu. Kelompok yang banyak  memperbudak kelompok yang kecil. Seorang perempuan tidak mendapatkan kebebasan sama sekali, bahkan hak untuk hidup sekalipun. Hak kebebasan sikap apalagi hak atas harta. Kemudian datanglah Islam melakukan pembebasan dalam arti yang sebenarnya.  
Manusia dibebaskan oleh Islam dari berbagai macam kedholiman, dibebaskan dari penguasa yang dholim, bahkan dibebaskan dari perbudakan. Perempuan diberikan kebebasannya, sebuah kebebasan yang tidak pernah mereka dapatkan sebelumnya sama sekali di manapun dari belahan dunia. Hingga Islam menjadi contoh kebaikan dalam segala hal. Bahkan di Eropa sekalipun saat itu yang terjadi adalah  kediktatoran dan kesewenang-wenangan atas nama agama dan tokoh-tokoh agama.
Rib’iy bin Amir  mengungkapkan tentang tujuan dari risalah Islam dalam ungkapannya yang terkenal ketika dia mengucapkannya untuk penguasa Persi Kisro:
" بعثنا الله لإخراج العباد من عبادة العباد إلى عبادة ربّ العباد، ومن جور الأديان إلى عدل الإسلام ومن  ضيق الدنيا إلى سعة الدنيا والآخرة؛"
“ Allah swt telah mengutus kami untuk mengeluarkan manusia dari peribadatan kepada makahluk  untuk menuju kepada peribadatan Tuhannya para makhluk, dan mengeluarkan kami dari  kedholiman  agama menuju kepada keadilan Islam, dan  mengeluarkan manusia dari sempitnya dunia menuju luasnya dunia dan akhirat. “
Islam adalah yang pertama kali memberikan kemerdekaan  manusia secara sempurna. 

Arti Kemerdekaan  Menurut Islam 
Apa yang  arti kemerdekaan  menurut Islam? 
Kemerdekaan menurut Islam  diungkapkan dalam kata-kata:
الأرادة الكاملة في الاختيار دون قهرٍ أو إجبار
“ Kebebasan yang sempurna untuk memilih dan melakukan sesuatu tanpa ada paksaan.”
Kemerdekaan artinya adalah kebebasan untuk mengekspresikan keinginan tanpa ada yang menghalangi. Karena  manusia sebenarnya dilahirkan oleh ibunya dengan membawa kebebasan dan kemerdekaannya.
Kemerdekaan yang diberikan oleh Islam kepada manusia bukan sekedar slogan kosong, atau ungkapan tanpa makna. Tapi kemerdekaan  yang diberikan oleh Islam  memiliki tampilan dan madhohir yang bisa dilihat dan dirasakan oleh  diri sendiri maupun orang lain. Kemerdekaan itu dilindungi oleh syariat dan oleh hukum.

 Performance  atau Madhohir Atau Tampilan  Kemerdekaan Dalam Islam
Apa  madhohir atau tampilan  kemerdekaan dalam Islam?
Bentuk kemerdekaan yang diberikan oleh Islam antara lain:
Pertama : Kemerdekaan Aqidah ( Keyakinan )
Islam memberikan kebebasan  kepada manusia untuk  memeluk agamanya. Tidak boleh seorang pun untuk memaksa orang lain untuk memeluk satu agama. Manusia bebas untuk memeluk agamanya.
Sekalipun agama Islam adalah agama yang benar, dan selain Islam adalah agama yang salah menurut Islam, namun  Islam melarang siapapun untuk memaksa orang lain untuk memeluk Islam, maupun memeluk agama-agama yang lain.  Setiap individu bebas untuk menentukan keyakinannya.
فمن شاء فليؤمن من شاء فليكفر
“ Yang mau beriman silahkan beriman, yang mau tidak beriman silahkan tidak  beriman.”
Namun bila ia memeluk Islam, maka  tidak boleh meninggalkannya sama sekali. Dan ia harus tunduk dan patuh kepada aturan Islam.
Layaknya  orang yang  sedang bertamu ke rumah anda, siapa saja boleh bertamu atau tidak bertamu, namun bila sudah masuk menjadi tamu anda, maka ia harus tunduk  terhadap aturan yang sudah anda buat di rumah anda.
Bila seseorang telah memilih Islam sebagai agamanya, maka ia sudah memilih dengan pilihan yang tepat, yang  akan membawa kebahagiaan di dunia dan akhirat.  Namun bila ia tidak mau memeluk Islam, maka Islam tidak memaksa manusia  harus memeluk Islam. Ia bebas memeluk agamanya tanpa ada gangguan sama sekali dari Islam.
لكم دينكم وليدين
“ Bagimu agamamu dan bagiku agamaku.”
Kedua : Kemerdekaan  Kehidupan
Kemerdekaan yang diberikan oleh Islam dalam kehidupan bahwa manusia memiliki kebebasan yang sempurna  untuk memilih jalan kehidupannya. Namun Allah swt telah memberikan  penjelasan yang  lengkap tentang  jalan yang benar dan jalan yang tidak benar.
Ketika ia memilih jalan yang benar, maka kebaikan akan kembali kepada diri manusia itu sendiri.  Namun bila ia memilih jalan yang tidak benar, maka ia akan  memetik buah hasil yang tidak benar tersebut. Manusia bertanggung jawab atas  apa yang ia lakukan baik dan buruknya.   Bila urusan itu urusan akhirat, maka ia akan bertanggung jawab terhadap apa yang diperbuat di akhirat kelak. Bila baik, ia akan mendapatkan surga, namun bila  tidak baik, maka ia akan mendapatkan neraka.
Namun bila  masalah yang dilakukan masalah dunia, maka  ia akan bertanggung jawab atas  apa yang dilakukannya itu. Bila baik, maka ia akan dikenal dan disebut sebagai orang sholeh dan baik, namun bila sudah merusak kebebasan dan kenyamanan masyarakat, maka ia harus mempertanggungjawabkannya di depan hukum.
Ketiga : Kemerdekaan Individu
Islam memberikan kebebasan kepada individu manusia. Ia bebas makan apa yang dia mau, atau minum yang dia mau,  ia juga bebas untuk menikmati apa saja yang baik. Ia bebas untuk melakukan transaksi jual dan beli. Semua tadi diberikan kemerdekaan selagi tidak membahayakan diri manusia dan tidak merusak masyarakat. 
Kemerdekaan dalam konsumsi diri
Kemerdekaan dalam bertransaksi
Kemerdekaan dari perbudakan
Kemerdekaan dari  nafsu dan syahwat
Kemerdekaan untuk membuat komunitas
Kemerdekaan atas harga diri
Kemerdekaan untuk menentukan sikap dan pilihan
Di peringatan 17 Agustus 2018 ini, sebagai muslim, apakah kita sudah memerdekaan diri kita seperti yang dikehendaki oleh Islam seperti yang sudah dijelaskan di atas? Kalau belum, bukan  pesta  gembira yang mestinya kita lakukan, karena sebenarnya kita belum merdeka. Karena pesta itu bagi orang yang sudah merdeka, alangkah  lucunya seorang budak yang masih terbelenggu perbudakan, namun merasa sudah merdeka dan berpesta merayakan kemerdekaan.
Keteladanan kita adalah Nabi Ibrahim a.s yang merupakan contoh yang diikuti oleh Nabi Muhammad saw dalam membangun kemerdekaan dalam arti yang sebenarnya. Akidah, bangsa, Negara, masyarakat, harga diri dst.