Tanpa terasa Ramadzan sudah hampir menjelang. Padahal rasanya belum lama kita meninggalkan Ramadzan. Kala kita renungkan keberadaan bulan Rajab, Sya’ban, Ramadhan, ketiga bulan tersebut saling berurutan. Pasti ada hikmah di sana. Setidaknya, deretan bulan itu mengisyaratkan pentingnya penekanan ibadah menjelang bulan penuh ampunan, Ramadhan.
Untuk mengoptimalkan ibadah di bulan Ramadzan, maka diperlukan langkah-langkah persiapan. Sebuah kesuksesan kerap kali tak bisa lepas dari persiapan yang matang. Seorang murid yang berhasil lulus ujian maka ia jauh-jauh hari telah bersiap diri menghadapi tes kelulusan itu. Sayangnya, keutamaan persiapan diri itu, tak banyak diketahui oleh kebanyakan orang. Ini seperti yang pernah di wanti-wanti Rasulullah SAW:
Usamah bin Zaid, beliau berkata, “Katakanlah wahai Rasulullah, aku tidak pernah melihatmu berpuasa selama sebulan dari bulan selain di bulan Sya’ban”. Nabi saw bersabda,
ذلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ
“Bulan Sya’ban adalah bulan di mana manusia mulai lalai yaitu di antara bulan Rajab dan Ramadhan. Bulan tersebut adalah bulan dinaikkannya berbagai amalan kepada Allah, Rabb semesta alam. Oleh karena itu, aku amatlah suka untuk berpuasa ketika amalanku dinaikkan.” (HR. An Nasa’i. hadits hasan.)
Hadis itu menyatakan tak sedikit mereka lalai akan keutamaan Rajab dan Sya’ban untuk menghadapi Ramadhan. Kedua bulan itu, terlebih Sya’ban, merupakan bulan tatkala segenap amalan langsung diangkat ke hadapan Allah SWT. Dan, Rajab laksana terminal utama untuk pemberhentian berikutnya, yakni Sya’ban dan Ramadhan.
Maksud Penekanan Ibadah di Ke 3 Bulan
Penekanan ibadah itu, bukan berarti hanya berfokus di tiga bulan tersebut. Melainkan, intensitas ibadah di ketiga bulan itu memiliki dampak yang luar biasa, yakni pemaksimalan Ramadhan. Hal utama yang mesti dilakukan ialah mengatur niat. Perbaruilah niat selalu. Niat yang terbarukan akan membantu mendongkrak semangat ibadah. Selain itu, perbanyaklah melaksanakan puasa di bulan Rajab dan bulan Sya’ban. Anjuran-anjuran tertentu berikut keutamaan berpuasa di bulan Rajab, memang beberapa hadisnya dikategorikan lemah. Namun, berpuasa pada bulan Rajab landasannya secara umum hadis-hadis berpuasa di bulan-bulan mulia (asyhur al hurum). Karena bulan Rajab adalah salah satu dari bulan haram, sebagaimana firman Allah swt :
إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْراً فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ )سورة التوبة: 36 (
"Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu.” (QS. At-Taubah: 36)
Di bulan-bulan haram ini kita dianjurkan untuk memperbanyak ibadah, terutama puasa. Rasulullah saw bersabda:
أفضل الصلاة بعد المكتوبة الصلاة في جوف الليل وأفضل الصيام بعد شهر رمضان الشهر الذي يدعونه المحرم
"Shalat yang paling utama setelah shalat wajib adalah shalat di penghujung malam, dan puasa yang paling utama setelah bulan Ramadhan adalah pada bulan yang disebut dengan Muharram."
( HR. Muslim: 1163 )
صُمْ مِنْ الْحُرُمِ وَاتْرُكْ (رواه أبو داود ، رقم 2428 وضعفه الألباني في ضعيف أبي داود (
“Berpuasalah di (bulan-bulan) Haram dan tinggalkanlah.” (HR. Abu Daud, 2428 dan dilemahkan oleh Al-Bany dalam kitab Dhaif Abu Daud)
Sedangkan berpuasa Sya’ban, sebagaimana disebutkan dalam hadis riwayat Bukhari Muslim dari Aisyah ra. Rasulullah paling tampak berpuasa sunah di Sya’ban.
Diantara pelaksanaan puasa pada bulan tersebut dilakukan sebagai persiapan dan pemanasan menghadapi Ramadhan. Selain itu, Imam Ibnu Hajar menjelaskan bahwa amalan sholeh di bulan Rojab dan khususnya Sya’ban sering terlupakan. Sebagaimana yang disebutkan hadist Rasulullah saw riwayat Usamah bin Zaid.
Kegiatan Ibadah Di Bulan Sya’ban
Tarhib Ramadhan
Kegiatan yang bisa kita lakukan pada bulan Sya’ban dalam rangka untuk persiapan Ramadhan adalah berbagi kabar gembira dan memotivasi sesama. Ini bagus kita lakukan sejak bulan Rajab, yaitu saling memberitahu keutamaan Ramadhan. Rasulullah saw dalam rangka tarhib Ramadzan dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Nasai. “Telah datang kalian Ramadhan, bulan yang diberkahi, Allah mewajibkan atas kalian berpuasa. Pintu langit dibuka dan pintu neraka ditutup.”
Penyiapan Spiritul
Saat datang Bulan Sya’ban kalau perlu bulan sebelumny, yaitu Rajab, mulai tingkatkan frekuensi penempaan spiritual. Karena bulan Ramadhan adalah madrasah dan tempat penempaan bagi orang-orang yang bertakwa. Pembiasaan sejak dini, sebelum datangnya Ramadan, yaitu sejak bulan Rajab dan bulan Sya’ban akan mempermudah program ibadah sepanjang Ramadhan. Mulai dari hal-hal yang kecil, seperti menjauhi perkataan yang sia-sia, ungkapan-ungkapan yang jorok. Karena jika hal-hal tersebut tak dihindari, ucapan-ucapan yang tak pantas itu bisa merusak pahala Ramadhan. Nabi sallallahu’alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْجَهْلَ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِي أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ (رواه البخاري، رقم 1903- 6075 (
“Barangsiapa tidak meninggalkan perkataan dusta, bersikap bodoh dan beramal dengannya. Maka Allah tidak butuh dari meninggalkan makan dan minumnya.” (HR. Bukhari, 1903, 6075)
Perkataan keji, nista dan dusta mencakup semua perkataan haram seperti bohong, mengguncing, namimah (mengadu domba), menghina dan menghardik, perkataan jorok dan lain sebagainya.
Nabi saw bersabda:
إِذَا أَصْبَحَ أَحَدُكُمْ يَوْمًا صَائِمًا فَلا يَرْفُثْ ، وَلا يَجْهَلْ ، فَإِنْ امْرُؤٌ شَاتَمَهُ أَوْ قَاتَلَهُ فَلْيَقُلْ : إِنِّي صَائِمٌ إِنِّي صَائِمٌ (رواه البخاري، رقم 1894 ومسلم، رقم 1151 )
“Barangsiapa salah satu di antara kalian di pagi hari dalam kondisi berpuasa, maka jangan berkata jorok dan jangan bersikap bodoh. Kalau ada seseorang yang menghardiknya atau menghinanya maka katakan kepadanya, sesungguhnya saya sedang puasa, sesungguhnya saya sedang puasa." (HR. Bukhari, no. 1894 dan Muslim, no. 1151)
Menyambung Silaturrahim
Amalan lain yang bisa kita lakukan pada bulan Sya’ban dalam rangka mempersiapkan kedatangan bulan Ramadzan adalah menyambung dan menjaga silaturahim. Menyambung silaturrahim artinya adalah menyambung kembali silaturrahim yang pernah putus di karenakan banyak hal, seperti pertikaian, perselisihan dan lain sebagainya. Sedangkan menjaga silaturrahim adalah memperkuat silaturrahim yang sudah ada, dan tidak putus agar lebih kuat dan lebih kokoh.
Ada banyak faedah di balik memperkuat tali silaturahim. Menyambung silaturahim akan memperbanyak rezeki dan menjadikan umur bertambah berkah. Dari bersilaturahim pula akan mengikis kesalahan-kesalahan yang pernah diperbuat. Dengan demikian, saat Ramadhan tiba, kondisi diri telah siap dan bersih.
Membayar Hutang Puasa Ramadhan
Penting untuk dilakukan dan diperhatikan adalah segera membayar hutang puasa Ramadhan yang terlewat. Terutama kaum wanita, yang bisa dipastikan punya hutang puasa Ramadzan. Para ulama sepakat, hendaknya seseorang membayar hutang puasa wajib terlebih dahulu dan lebih utama sebelum menunaikan puasa sunah.
Melatih Bersedekah
Yang tak kalah penting juga yang kita bisa lakukan dan kita biasakan pada bulan Rajab ini adalah membiasakan diri untuk bersedekah. Bersedekahlah dari sekarang. Mulailah dari yang kecil. Lakukan yang mampu untuk dilakukan.
Kenapa demikian? Karena pahala tiap amalan selama Ramadhan akan dilipatgandakan, tak terkecuali bersedekah.
Bagaimana melatih diri kita untuk sedekah? Ini bisa dimulai dengan membiasakan diri memberikan makanan bagi fakir miskin. Berbagi makanan, terlebih untuk berbuka, sarat dengan pahala. Rasulullah saw bersabda:
Dari Zaid bin Kholid AL-Juhani berkata, Rasulullah sallallahu’alaihi wa sallam bersabda:
مَن فطَّر صائماً كان له مثل أجره غير أنه لا ينقص من أجر الصائم شيء " . رواه الترمذي ( 807 ) وابن ماجه ( 1746 ) وصححه ابن حبان ( 8 / 216 ) والألباني في " صحيح الجامع " ( 6415 )
“Barangsiapa yang memberi buka orang puasa, maka baginya pahala semisalnya tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa sedikitpun.” HR. Tirmizi, 807. Ibnu Majah, 1746. Dan dishohehkan oleh Ibnu Hibban, 8/216. Dan oleh Al-Bany di shoheh Al-Jami’, 6415.
Rasul menegaskan bahwa sedekah berupa pemberian menu berbuka tersebut diganjar dengan pahala puasa dari penerima sedekah. “Tanpa kurang sedikit pun,”
Kala Rojab datang berarti Ramadhan sebentar lagi menjelang. . Hadapkan ruhani, pikiran, sosial dan fisik kita untuk menyambut masa panen pahala. Ini perlu kesadaran dari kita. Bukan hanya kesadaran pribadi, tapi perlu kesadaran pribadi, keluarga dan masyarakat. Kalau tidak, maka semua akan berlalu begitu saja, dan kita akan memasuki Ramdzan dengan tanpa persiapan.
Kita mesti ingat, aktivitas kehidupan kita merupakan rutinitas yang secara otomatis akan jalan. Waktu akan terus berjalan, kita mau atau tidak. Waktu akan terus mendekat, kita siap atau tidak. Oleh karena itu mari kita siapkan diri untuk menyambutnya. Kita mulai dari sekarang, yaitu dengan menyambut datangnya bulan Rajab dengan aktivitas-aktivitas yang sudah penulis sampaikan di atas. Semoga Allah swt memudahkan kita semua untuk mempersiapkan diri di bulan Rajab ini, baik diri pribadi kita, keluarga kita dan masyarakat kita.
Tampilkan postingan dengan label Agama Islam. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Agama Islam. Tampilkan semua postingan
Jumat, 27 Maret 2020
Rabu, 11 Maret 2020
Mengidentifikasi Aliran Sesat
Betapa
banyak peristiwa yang menyita perhatian kita semua sebagai bangsa Indonesia.
Apalagi sebagai umat Islam. Karena semua peristiwa ini seakan menjadi PR bagi
umat Islam yang harus diselesaikan. PR yang silih berganti, belum selesai satu
PR sudah ada PR yang baru. Ditambah lagi kondisi internal umat Islam sendiri
sedang acak-acakan. Tidak kompak, tidak menyatu ditambah berbagai macam masalah
yang tidak bisa diselesaikan.
Baru
kemarin 14 Januari 2016 terjadi peledakan bom. Seakan semua mata mengarah kepada Umat Islam. Semua
telunuk seakan menuding umat Islam sebagai pelakunya. Wallahul musta’an. Saat ini juga marak
kebejatan moral dengan munculnya LGBT secara demonstrative di masyarakat. Semua
masmedia membicarakan dan menjadikannya headline. Sebelum itu semua isu
Gerakan Fajar Nusantara ( GAFATAR ), yang disinyalir merupakan aliran yang menyimpang
dari Islam, tapi mengaku Islam.
Mendeteksi Penyelewengan
Bagaimana
kita mengenal sebuah kelompok, atau komunitas itu menyeleweng dari ajaran Islam
atau tidak?
Dalam
kehidupan bermasyarakat, ketika kita perhatikan ada dua sisi penting yang ada
pada mereka, yaitu :
1. Mafahim ( paradigm / pola pikir )
2. Suluk ( perilaku / tindakan )
Dua
hal ini adalah satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Keduanya saling
mempengaruhi dan saling mewarnai. Dalam hal yang benar seseorang yang berpola pikir
benar, maka akan menjadikan perilakunya benar. Orang yang berperilaku
salah, kebanyakan dikarenakan pola pikir
yang salah juga.
Dalam kesalahan, pola pikir yang salah lebih bahaya
daripada orang yang berperilaku yang salah.
Orang
yang berpola pikir benar, namun dalam perilakunya salah, maka ia
mudah untuk diingatkan dan diperbaiki. Karena pola pikirnya benar, dan
perilakunya salah. Karena ia merasa tindakannya yang salah sehingga
perilakunya disesuaikan dengan pola
pikir yang benar tadi. Sebaliknya, orang yang berpola pikir salah, tapi perilakunya
benar, maka ia melakukan amal tersebut bukan karena kesadaran. Tetapi karena
kondisi, ikut-ikutan dan seterusnya, sehingga suatu saat perilakunya yang benar
itu akan dia tinggalkan mengikuti pola pikirnya yang salah. Sehingga
kerusakan pola pikir lebih berbahaya daripada kerusakan perilaku. Walaupun
secara kasat mata kerusakan perilaku kelihatan
kerusakannya besar. Seperti kerusakan materi, lingkungan dan seterusnya.
Bagaimana
mengenal seseorang, sebuah komunitas atau kelompok itu menyeleweng atau tidak. Hal
ini bisa kita lihat dari kedua sisi di atas, yaitu dari mafahim/paradigm
berpikirnya dan suluk atau perilakunya. Apabila terindikasi berbeda dengan pokok-pokok ( ushul Islam )
maka ia menyeleweng. Bila menyeleweng
maka sebenarnya ia sudah keluar dari Islam.
Pertama
: Dari sisi mafahim.
Mafahim
yang dilihat di sini ada dua mafahim (
pola piker ).
Pertama
: Pola piker akidah ( mafahim aqidah ).
Islam memiliki mafahim aqidah islamiyah
yang jelas, dan tidak samar.
Dengan mudah orang akan mengetahuinya dan mengenalinya. Ushul Aqidah Islam adalah hal yang
aksiomatik, yang mudah diketahui oleh
kebanyakan umat Islam, sekalipun ia bukan seorang ulama Islam. Ushul
Aqidah islam ini terjelma dalam rukun Iman.
Rukun
Iman ada enam, yaitu: 1. Iman kepada Allah swt
2. Iman kepada hari akhir. 3. Iman kepada para Malaikat Allah swt 4. Iman
kepada kitab-kitab Allah swt. 5.Iman kepada Para Rasul Allah swt. 6. Iman kepada Qodho dan Qodar.
Ini
adalah merupakan ushul, atau pokok keimanan ajaran Islam. Apabila ada orang,
atau komunitas atau kelompok yang mengingkari salah satu dari rukun Iman ini,
maka bukan merupakan perbedaan yang dibolehkan. Bila berbeda, berarti beda
agama.
Dengan
melihat dari sisi Pokok Akidah ini, maka
dengan mudah kita akan mendapatkan, itu sesat atau tidak.
Kedua
: Mafahim Minhaj Islamy ( cara pandang terhadap Islam )
Allah
swt dan Rasul-Nya menyuruh kepada kita untuk menjadikan Islam sebagai:
1. Jalan
Hidup, yang menjadikan kehidupan kita harus
mengikuti rel-rel Islam.
2. Arah
hidup, yaitu menjadikan Islam sebagai patokan untuk menjalani kehidupan Ini.
Allah swt berfirman: “ Masuklah kamu
ke dalam Islam secara keseluruhan.”
“ Apakah kalian beriman dengan
sebagian isi Al Quran dan kafir dengan sebagian yang lain?. Apakah kalian tidak
berpikir?”
“ Katakanlah, sesungguhnya sholatku,
ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah
untuk Allah semata.”
Rasulullah saw mengajarkan kepada
kita hidup dalam Islam. Mulai bangun tidur kita di ajarkan berdoa. Sampai tidur lagi, kita diajarkan berdoa. Mulai dari bangun tidur, sampai tidur lagi itulah aktivitas
kita. Dan semua aktivitas itu diatur oleh Islam. Sehingga Islam adalah system kehidupan itu
sendiri. Apabila ada orang yang tidak menjadikan Islam seperti ini,
maka ia akan sesat dan akan berujung kepada kesesatan.
Misalnya: orang menganggap bahwa Islam itu hanya di
mesjid. Di luar masjid tidak mesti Islam. Maka nanti yang terjadi
adalah ketika di masjid khusyu sholat, namun ketika di luar bisa saja mabuk.
Seperti ungkapan , “ Ibadah ya
ibadah, bisnis ya bisnis.” Artinya adalah ketika kita sholat di masjid harus khusyu, namun ketika
bisnis yang penting adalah untung apapun caranya. Halal haram hantam saja. Mafahim yang sesat ini akan menyesatkan ke mana-mana.
Bagaimana
kita mengetahui mafahim seseorang? Padahal ia adalah merupakan hal yang abstrak
dan tidak bisa dilihat?
Kita
bisa mengetahuinya dengan melalui beberapa hal berikut:
a. Dengan
berdialog
b. Dengan
mendengarkan pidato atau ceramahnya.
c. Melalui
tulisannya di majalah atau bulletin
d. Melalui buku karangannya.
Dengan
melalui media-media di atas, maka kita akan tahu dengan mudah paradigm (
mafahim seseorang )
Sisi yang
kedua : Dengan melihat suluk atau perilakunya.
Perilaku
akan mudah untuk diketahui, karena ia
kelihatan dan Nampak kasat mata. Suluk atau perilaku yang
dilihat ada 3:
a. Suluk
Taabbudy ( tatacara peribadatan ), yaitu tata cara peribadatan
b. Suluk
ijtima’iy ( perilaku social )
c. Suluk
Akhlaqy, perilaku akhlaq atau moral.
Perilaku
peribadatan .
Islam
memiliki perilaku peribadatan yang sudah ditetapkan oleh Syariat. Ushul atau
pokok peribadatan dalam Islam terjelma dalam rukun Islam. Rukun Islam yang lima sudah kita kenal semuanya. Rukun
Islam itu:
1. Membaca
dua kalimah syahadat
2. Mendirikan
sholat
3. Melaksanakan
puasa Ramadhan
4. Membayar
Zakat
5. Melaksanakan
Haji bagi yang mampu.
Pokok-pokok
peribadatan Islam ini merupakan hal yang mudah untuk dikenali, sekalipun oleh
orang awam sekalipun.
Bila
ada orang, atau komunitas atau kelompok, mengingkari atau tidak melaksanakan
salah satu dari rukun ini, maka ia jelas sesat. Bahkan kafir.
Yang
kedua dari suluk adalah suluk ijtimaiy,
yaitu perilaku social dan komunikasi dengan sesame manusia. Islam mengajarkan
kepada kita pokok perilaku social yang harus kita laksanakan. Ini terjelma
dalam kandungan Syariat Islam dalam Muamalah. Seperti hubungan laki-laki dan perempuan yang dihalalkan
hanya melalui pernikahan. Dibolehkannya jual-beli dan diharamkannya riba. Orang
menghutang harus membayar, sekalipun yang dihutangi itu orang berbeda akidah.
Dan lain sebagainya.
Apabila
ada orang, komunitas, kelompok yang melanggar hal di atas, seperti membolehkan zina, atau membolehkan
riba, membolehkan menipu yang penting bukan kelompok sendiri, maka ia telah melanggar muamalah Islamiyah. Apabila
mereka membolehkan melanggar hal-hal di atas maka telah sesat.
Yang ketiga dari suluk itu adalah
suluk akhlaqy, atau perilaku akhlaq.
Pokok-pokok
akhlaq sangat mudah diketahui oleh semua
umat Islam. Karena ia adalah merupakan hal yang aksiomatik. Pokok-pokok akhlaq ini antara lain adalah:
Haram
minum khomr, diharamkannya zina, diharamkannya mencuri, diharamkannya membunuh
dan lain sebagainya.
Hal-hal
tersebut adalah merupakan ushul akhlaq yang semua umat Islam sudah
mengetahuinya. Bila ada orang, atau komunitas menghalalkan hal-hal di atas, seperti membolehkan membunuh, maka jelas ia
bukan ajaran Islam. Dengan demikian dengan mudah kita akan mengetahui benar dan
salahnya sebuah ajaran bila diukur dengan ajaran Islam.
Demikianlah,
semoga kita bisa memahaminya dengan baik. Jangan sampai kita dan masyarakat
terjerumus dalam kesesatan, sementara tidak menyadarinya bahkan sebaliknya
merasa benar. Amin
Bagaimana aliran-aliran sesat itu menyesatkan seorang muslim?
Mereka
menyesatkan dengan melalui 3 hal:
Pertama: Dengan menghilangkan logic. Kebanyakan aliran sesat, ajarannya tidak
logis, dan para pengikutnya tidak menggunakan logikanya. Karena memang sengaja
dihilangkan peran logika itu. Karena logika itu dipakai, maka runtuhlah ajaran
sesat itu. Misalnya dengan menghilangkan kesadaran otaknya. Atau dengan
mengatakan, agama jangan dilogikakan, kalau agama dilogikakan akan sesat. Dan
seterusnya. Padahal logika ( akal ) adalah salah satu dasar dari taklif (
tuntutan syariat). Dan senantiasa mendampingi syariat setiap saat, dan tidak
pernah terlepas dari syariat.
Kedua: Dengan meningkatkan peran perasaan, karena perasaan itu tidak ada
ukurannya dan tidak ada batasnya. Dan perasaan menjadi sandaran doktrin dan
ajaran. Apalagi bila perasaan itu tidak dilandasi dengan logika. Perasaan
ini seperti perasaan cinta, perasaan benci, perasaan marah, perasaan
dendam dan seterusnya. Perasaan-perasaan di atas kalau dibiarkan liar tanpa
pengawalan logika dan ilmu syariat, maka akan rusak dan merusak.
Ketiga: Dengan menjauhkan dari ulum syar’iyyah dan para ulama.
Ilmu
syariah dan ulama dijauhkan dengan berbagai alas an. Seperti saya tidak
berbicara menurut fikih, menurut hadist, menurut tafsir dan lain sebagainya.
Alasannya fikih pasti ada perbedaan pendapat. Hadist ada yang shohih ada yang
dhoif. Tafsir, semua orang punya penafsiran yan berbeda. Begitu juga dijauhkan dari para ulama. Alasan mereka
berbicara dengan menggunakan hati. Karena
semua orang punya hati. Sehingga tidak akan berbeda. Padahal ilmu-ilmu
syariat tadi dikodifikasi oleh para ulama dalam rangka untuk menjaga syariat.
Oleh karena itu, gunakan selalu logika. Karena
logika adalah landasan agama. Logika lah yang dibimbing wahyu. Bukan
menghilangkan logika. Jadikan
perasaan itu dibimbing oleh logika dan wahyu, bukan dibiarkan liar, tanpai
bimbingan logika dan wahyu. Karena perasaan itu
tidak ada batasnya. Ulum syariyyah fikih, hadist, ushul fiqih, tafsir,
ulumul quran dan para ulama harus
dilibatkan. Bila tidak hasilnya adalah sesat.
Kamis, 05 Maret 2020
Keteladanan Nabi Ibrohim Dan Kemerdekaan 2018
Pada hari ini 73 tahun yang lalu,
tepatnya adalah pada hari Jumat 17
Agustus 1945 M yang bertepatan dengan 9 Ramadhan 1364 Hpada jam 10.00 di jalan Pegangsaan Timur, no 56 Jakarta atas nama bangsa Indonesia Sukarno-Hatta membacakan Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia. Proklamasi
kemerdekaan itu adalah salah satu dari rangkaian panjang perjuangan Bangsa Indonesia secara keseluruhan dari Sabang sampai
Merauke. Kita Umat Islam sebagai Bangsa dan Umat, tidak terlepas dari peran
penting pembebasan tanah air, bangsa dan negara Indonesia dari belenggu
penjajahan. Dan negara baru itu disebut dengan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Kini kita sudah 73 tahun dari proklamasi kemerdekaan Indonesia. Sebagai
bangsa dan Umat, kita dari nenek moyang kita hingga saat ini, telah mengarungi
berbagai macam peristiwa; pahit getir, asam garam perjalanan sebuah bangsa kita
alami. Hingga sampai masa kita saat ini.
Baru
saja kita lewati hirup pikuk memperingati kemerdekaan Indonesia
sedang dilaksanakan. Berbagai macam acara,program, keramaian, tontonan digelar
untuk memeriah peringatan 17 Agustus ini. Tidak lupa berbagai macam hiasan dari
pernak-pernik warnanya bendera merah dan putih menghiasi segala penjuru
lingkungan kita. Sebuah perayaan
dan keramaian yang mengungkapkan
kebahagiaan atas merdekanya sebuah bangsa dan lahirnya sebuah negara yang
disebut dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Di sela-sela hiruk pikuk itu, apakah sebenarnya yang dimaksud dengan
kemerdekaan itu? Kita sebagai seorang muslim yang merupakan bagian besar dari
bangsa dan negara ini, apakah kita sudah
memahami makna akan kemerdekaan menurut
agama kita? Ketika kita tidak memahami
arti kemerdekaan, maka mungkinkah kita
akan mengisi kemerdekaan ini dengan cara yang benar? Oleh karena itulah, perlunya kita mengerti apa
arti kemerdekaan menurut Islam.
Bicara
tentang kemerdekaan mengingatkan kita
kepada ungkapan Sayyidina Umar r.a. saat
berkata kepada Sayyidina Amru bin Ash:
" متى استعبدتم النّاس وقد ولدتهم أمهاتهم
أحراراً "
“Sejak kapan engkau memperbudak
manusia, padahal ia telah dilahirkan oleh ibunya dalam keadaan merdeka?”
Sebuah ungkapan yang abadi tertulis dalam tinta emas sejarah, tersimpan dalam hati
sanubari peradaban dari masa ke masa.
Ungkapan yang telah memekakkan telinga orang-orang dholim, menghentakkan dada
para penguasa diktator dari masa ke masa. Sebuah kebebasan yang diberikan oleh
Islam kepada manusia di saat dunia
terjerumus dalam kesewenang-wenangan, kedholiman, angkara murka para penjajah dan penguasa.
Masa saat itu orang kuat memperbudak yang lemah,
penguasa menghisap darah dan keringat rakyat yang menyelimuti seluruh jazirah
Arab, bahkan seluruh dunia saat itu. Kelompok yang banyak memperbudak kelompok yang kecil. Seorang
perempuan tidak mendapatkan kebebasan sama sekali, bahkan hak untuk hidup
sekalipun. Hak kebebasan sikap apalagi hak atas harta. Kemudian datanglah Islam
melakukan pembebasan dalam arti yang sebenarnya.
Manusia dibebaskan oleh Islam dari berbagai macam
kedholiman, dibebaskan dari penguasa yang dholim, bahkan dibebaskan dari
perbudakan. Perempuan diberikan kebebasannya, sebuah kebebasan yang tidak
pernah mereka dapatkan sebelumnya sama sekali di manapun dari belahan dunia.
Hingga Islam menjadi contoh kebaikan dalam segala hal. Bahkan di Eropa
sekalipun saat itu yang terjadi adalah
kediktatoran dan kesewenang-wenangan atas nama agama dan tokoh-tokoh
agama.
Rib’iy bin Amir
mengungkapkan tentang tujuan dari risalah Islam dalam ungkapannya yang
terkenal ketika dia mengucapkannya untuk penguasa Persi Kisro:
"
بعثنا الله لإخراج العباد من عبادة العباد إلى عبادة ربّ العباد، ومن جور الأديان إلى
عدل الإسلام ومن ضيق الدنيا إلى سعة الدنيا
والآخرة؛"
“ Allah swt telah mengutus kami
untuk mengeluarkan manusia dari peribadatan kepada makahluk untuk menuju kepada peribadatan Tuhannya para
makhluk, dan mengeluarkan kami dari kedholiman agama menuju kepada keadilan Islam, dan mengeluarkan manusia dari sempitnya dunia
menuju luasnya dunia dan akhirat. “
Islam adalah yang pertama kali memberikan
kemerdekaan manusia secara
sempurna.
Arti Kemerdekaan Menurut Islam
Apa yang
arti kemerdekaan menurut
Islam?
Kemerdekaan menurut Islam diungkapkan dalam kata-kata:
الأرادة الكاملة
في الاختيار دون قهرٍ أو إجبار
“ Kebebasan yang sempurna untuk memilih dan melakukan
sesuatu tanpa ada paksaan.”
Kemerdekaan artinya adalah kebebasan untuk
mengekspresikan keinginan tanpa ada yang menghalangi. Karena manusia sebenarnya dilahirkan oleh ibunya
dengan membawa kebebasan dan kemerdekaannya.
Kemerdekaan yang diberikan oleh Islam kepada
manusia bukan sekedar slogan kosong, atau ungkapan tanpa makna. Tapi
kemerdekaan yang diberikan oleh
Islam memiliki tampilan dan madhohir
yang bisa dilihat dan dirasakan oleh
diri sendiri maupun orang lain. Kemerdekaan itu dilindungi oleh syariat
dan oleh hukum.
Performance
atau Madhohir Atau Tampilan Kemerdekaan Dalam Islam
Apa madhohir
atau tampilan kemerdekaan dalam Islam?
Bentuk kemerdekaan yang diberikan oleh Islam antara
lain:
Pertama : Kemerdekaan Aqidah (
Keyakinan )
Islam memberikan kebebasan kepada manusia untuk memeluk agamanya. Tidak boleh seorang pun
untuk memaksa orang lain untuk memeluk satu agama. Manusia bebas untuk memeluk
agamanya.
Sekalipun agama Islam adalah agama yang benar, dan
selain Islam adalah agama yang salah menurut Islam, namun Islam melarang siapapun untuk memaksa orang
lain untuk memeluk Islam, maupun memeluk agama-agama yang lain. Setiap individu bebas untuk menentukan
keyakinannya.
فمن شاء فليؤمن من شاء فليكفر
“ Yang mau beriman silahkan beriman,
yang mau tidak beriman silahkan tidak
beriman.”
Namun bila ia memeluk Islam, maka tidak boleh meninggalkannya sama sekali. Dan
ia harus tunduk dan patuh kepada aturan Islam.
Layaknya
orang yang sedang bertamu ke
rumah anda, siapa saja boleh bertamu atau tidak bertamu, namun bila sudah masuk
menjadi tamu anda, maka ia harus tunduk
terhadap aturan yang sudah anda buat di rumah anda.
Bila seseorang telah memilih Islam sebagai
agamanya, maka ia sudah memilih dengan pilihan yang tepat, yang akan membawa kebahagiaan di dunia dan
akhirat. Namun bila ia tidak mau memeluk
Islam, maka Islam tidak memaksa manusia
harus memeluk Islam. Ia bebas memeluk agamanya tanpa ada gangguan sama
sekali dari Islam.
لكم دينكم وليدين
“ Bagimu agamamu dan bagiku agamaku.”
Kedua : Kemerdekaan Kehidupan
Kemerdekaan yang diberikan oleh Islam dalam
kehidupan bahwa manusia memiliki kebebasan yang sempurna untuk memilih jalan kehidupannya. Namun Allah
swt telah memberikan penjelasan
yang lengkap tentang jalan yang benar dan jalan yang tidak benar.
Ketika ia memilih jalan yang benar, maka kebaikan
akan kembali kepada diri manusia itu sendiri. Namun bila ia memilih jalan yang tidak benar,
maka ia akan memetik buah hasil yang
tidak benar tersebut. Manusia bertanggung jawab atas apa yang ia lakukan baik dan buruknya. Bila urusan itu urusan akhirat, maka ia akan
bertanggung jawab terhadap apa yang diperbuat di akhirat kelak. Bila baik, ia
akan mendapatkan surga, namun bila tidak
baik, maka ia akan mendapatkan neraka.
Namun bila
masalah yang dilakukan masalah dunia, maka ia akan bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya itu. Bila baik, maka ia
akan dikenal dan disebut sebagai orang sholeh dan baik, namun bila sudah
merusak kebebasan dan kenyamanan masyarakat, maka ia harus
mempertanggungjawabkannya di depan hukum.
Ketiga : Kemerdekaan Individu
Islam memberikan kebebasan kepada individu manusia.
Ia bebas makan apa yang dia mau, atau minum yang dia mau, ia juga bebas untuk menikmati apa saja yang
baik. Ia bebas untuk melakukan transaksi jual dan beli. Semua tadi diberikan
kemerdekaan selagi tidak membahayakan diri manusia dan tidak merusak
masyarakat.
Kemerdekaan dalam konsumsi diri
Kemerdekaan dalam bertransaksi
Kemerdekaan dari perbudakan
Kemerdekaan dari
nafsu dan syahwat
Kemerdekaan untuk membuat komunitas
Kemerdekaan atas harga diri
Kemerdekaan untuk menentukan sikap dan pilihan
Di peringatan 17 Agustus 2018 ini, sebagai muslim,
apakah kita sudah memerdekaan diri kita seperti yang dikehendaki oleh Islam
seperti yang sudah dijelaskan di atas? Kalau belum, bukan pesta
gembira yang mestinya kita lakukan, karena sebenarnya kita belum
merdeka. Karena pesta itu bagi orang yang sudah merdeka, alangkah lucunya seorang budak yang masih terbelenggu
perbudakan, namun merasa sudah merdeka dan berpesta merayakan kemerdekaan.
Keteladanan kita adalah Nabi Ibrahim a.s yang
merupakan contoh yang diikuti oleh Nabi Muhammad saw dalam membangun
kemerdekaan dalam arti yang sebenarnya. Akidah, bangsa, Negara, masyarakat,
harga diri dst.
Langganan:
Postingan (Atom)