Taqwa adalah cahaya yang menerangi hati kita. Dan cahaya yang
akan menerangi akhirat kita. Dia adalah
bekal yang terbaik untuk berjumpa dengan Allah swt, di hari yang semua hal tidak berharga kecuali hati
yang bersih.
Oleh karena itu, berusahalah semaksimal mungkin
untuk meraih ridho Allah swt. Ingatlah selalu, bahwa kita akan menghadap Allah
swt sendiri-sendiri. Menghadapi pengadilan dan persidangan Allah swt sendirian
tidak ada pembela, kecuali amal kita.
)) وَاتَّقُوا يَوْمًا تُرْجَعُونَ
فِيهِ إِلَى اللَّهِ ثُمَّ تُوَفَّى كُلُّ نَفْسٍ مَا كَسَبَتْ وَهُمْ لا يُظْلَمُونَ
[البقرة: 281]،
2:281. Dan peliharalah dirimu
dari (azab yang terjadi pada) hari yang pada waktu itu kamu semua dikembalikan
kepada Allah. Kemudian masing-masing diri diberi balasan yang sempurna terhadap
apa yang telah dikerjakannya, sedang mereka sedikit pun tidak dianiaya
(dirugikan). ( Al Baqoroh 281 ).
Semua orang yang hidup ini
berjualan dengan Allah, bisa untung dan bisa rugi. Tergantung pribadi kita.
Hal yang baik yang harus kita
gunakan untuk mengisi hari kita adalah
memaksimalkan amal ibadah di bulan Ramadzan yang tinggal beberapa hari ini.
Jangan disia-siakan. Dakam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Imam Ibnu
Huzaimah, dalam kitabnya “ Shohih Ibnu
Huzaimah “. Konon Rasulullah saw telah mengingatkan dalam sebuah khutbahnya:
عن سلمان قال: خطبنا رسول الله صلى الله عليه وسلم في آخر يوم من
شعبان فقال : ثم أيها الناس قد أظلكم شهر عظيم شهر مبارك شهر فيه ليلة خير من ألف شهر
جعل الله صيامه فريضة وقيام ليله تطوعا من تقرب فيه بخصلة من الخير كان كمن أدى فريضة
فيما سواه ومن أدى فيه فريضة كان كمن أدى سبعين فريضة فيما سواه وهو شهر الصبر والصبر
ثوابه الجنة وشهر المواساة وشهر يزداد فيه رزق المؤمن من فطر فيه صائما كان مغفرة لذنوبه
وعتق رقبته من النار وكان له مثل أجره أن ينتقص من أجره شيء قالوا ليس كلنا نجد ما
يفطر الصائم فقال يعطي الله هذا الثواب من فطر صائما على تمرة أو شربة ماء أو مذقة
لبن وهو شهر أوله رحمة أوسطه مغفرة وآخره عتق من النار من خفف عن مملوكه غفر الله له
وأعتقه من النار واستكثروا فيه من أربع خصال خصلتين ترضون بهما ربكم وخصلتين لا غنى
بكم عنهما فأما الخصلتان اللتان ترضون بهما ربكم فشهادة أن لا إله إلا الله وتستغفرونه
وأما اللتان لا غنى بكم عنها فتسألون الله الجنة وتعوذون به من النار ومن أشبع فيه
صائما سقاه الله من حوضي شربة لا يظمأ حتى يدخل الجنة.
"
العلل " لابن أبي حاتم (1 / 249)، " الضعيفة " (871).
Salman
Al Farisi berkata: Rasulullah saw berpidato di depan kami seraya berkata:
“Wahai
manusia, bulan yang agung telah mendatangi kalian. Di dalamnya terdapat satu
malam yang lebih baik dari 1. 000 bulan. Allah menjadikan puasa pada siang
harinya sebagai sebuah kewajiban, dan menghidupkan malamnya sebagai ibadah
tathawwu’ (sunnah). Barangsiapa pada bulan itu mendekatkan diri (kepada Allah)
dengan satu kebaikan, ia seolah-olah
mengerjakan satu ibadah wajib pada bulan yang lain. Barangsiapa mengerjakan
satu perbuatan wajib, ia seolah-olah mengerjakan 70 kebaikan di bulan yang
lain. Ramadhan adalah bulan kesabaran, sedangkan kesabaran itu balasannya
adalah surga. Ia (juga) bulan tolong-menolong. Di dalamnya rezki seorang mukmin
ditambah. Barangsiapa pada bulan Ramadhan memberikan hidangan berbuka kepada
seorang yang berpuasa, dosa-dosanya akan diampuni, diselamatkan dari api neraka
dan memperoleh pahala seperti orang yang berpuasa itu, tanpa mengurangi pahala
orang yang berpuasa tadi sedikitpun” Kemudian para sahabat berkata, “Wahai
Rasulullah, tidak semua dari kita memiliki makanan untuk diberikan kepada orang
yang berpuasa.” Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam berkata, “Allah
memberikan pahala tersebut kepada orang yang memberikan hidangan berbuka berupa
sebutir kurma, atau satu teguk air atau sedikit susu. Ramadhan adalah bulan
yang permulaannya rahmat, pertengahannya maghfirah (ampunan) dan akhirnya
pembebasan dari api neraka.”
Hadits
ini diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah (1887), oleh Al Mahamili dalam Amaliyyah
(293), Ibnu ‘Adi dalam Al Kamil Fid Dhu’afa (6/512), Al Mundziri dalam Targhib
Wat Tarhib (2/115)
Para
ulama menyebutkan hadist ini hadist dhoif. Namun ma’na yang terkandung di dalam
hadist ini, banyak dijelaskan oleh hadist-hadist shohih. Dan satu-satunya
hadist yang menjelaskan keutamaan Ramadzan secara utuh. Dan kandungan arti
hadist ini sangat bagus. [1]
وقال : يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ
الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Ketika Allah menyeru kita umat
Islam dalam firman-Nya, yang artinya : “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu
berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kamu
bertakwa” (QS. Al Baqarah: 183 )
Hasil
dari puasa adalah taqwa. Itu akan bisa kita raih, bila kita menjalankan
puasanya dengan semangat, dan sungguh-sungguh. Kita akan sungguh-sungguh kalau
kita tahu keutamaan Ramadzan. Diantara keutamaan Ramadzan yang disebutkan dalam
hadist Ibnu Huzaimah antara lain:
1.
Ramadzan bulan yang
agung, siapa yang berusaha keras untuk menjalankan dengan semangat, maka
ia akan mendapatkan keagungan hidup di dunia dan akhirta.
2.
Di bulan Ramadzan
adalah lailatul qodar, satu malam yang lebih baik dari 1. 000 bulan.
Seribu bulan itu sama dengan 84 tahun
3.
Allah menjadikan puasa pada siang harinya sebagai
sebuah kewajiban, dan rukun Islam. Pahalanya sangat banyak, yaitu pahala
fardhu.
4.
Menghidupkan malamnya sebagai ibadah tathawwu’
(sunnah).
5.
Amalan sunnah dibalas dengan pahala fardhu atau wajib
pada bulan yang lain.
6.
Amalan fardhu
di balas dengan pahala seolah-olah mengerjakan 70 kebaikan di bulan yang
lain.
7.
Ramadhan adalah bulan kesabaran, sedangkan
kesabaran itu balasannya adalah surga.
8.
Ramadzan bulan solidaritas .
9.
Pada bulan Ramadzan rezki seorang mukmin ditambah.
10.
Barangsiapa memberikan
hidangan berbuka kepada seorang yang berpuasa akan : diampuni dosa-dosanya, , diselamatkan dari api neraka, memperoleh pahala seperti orang yang berpuasa
itu, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa tadi sedikitpun. Walaupun buka
puasa itu hanya sekedar satu biji kurma, atau seteguk air, atau sesendok susu.
11.
Dan masih banyak lagi kebaikan yang terdapat dalam
bulan Ramadzan yang disebutkan oleh berbagai hadist yang lain.
Oleh karena itu, mari kita sambut Ramadzan yang
tinggal beberapa hari ini dengan berbagai persiapan, antara lain:
1.
Persiapan ruhy, menyambut ramadzan dengan penuh
harap, gembira dan bahagia. Allahumma balighna Ramadzan. Ya Allah sampaikan
kami kepada bulan Ramadzan.
2.
Persiapan fikri, yaitu dengan menambah ilmu kita tentang fiqih puasa. Apa syarat
puasa Ramadzan, apa rukun puasa Ramadzan, apa yang membatalkan puasa dan pahala
Ramadzan dan seterusnya.
3.
Persiapan Sosial, dengan menyiapkan keluarga kita,
masyarakat kita untuk menyambut dan melaksanakan puasa Ramadzan.
4.
Persiapan jasadi ( fisik ), yaitu dengan menjaga
dan menjadikan fisik kita tetap fit dan
sehat.
Sehingga
tatkalan Ramadzan datang, semua siap. Semua melaksanakan Ramadzan dengan penuh
kwalitas. Sehingga akan keluar dari Ramadzan menjadi pribadi yang bertakwa, keluarga yang
bertakwa, masyarakat yang bertakwa dan
negara yang bertakwa.
Ketakwaan
adalah hal dasar yang sangat kita perlukan dalam pribadi kita, keluarga kita,
masyarakat kita terutama negara kita agak bisa keluar dari berbagai kesulitan
yang sangat terasa menghimpit kita saat ini, tanpa tahu apa sebabnya, dan apa
solusinya.
[1]
Hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah
(1887), oleh Al Mahamili dalam Amaliyyah (293), Ibnu ‘Adi dalam Al Kamil Fid
Dhu’afa (6/512), Al Mundziri dalam Targhib Wat Tarhib (2/115)
Hadits ini
didhaifkan oleh para pakar hadits seperti Al Mundziri dalam At Targhib Wat
Tarhib (2/115), juga didhaifkan oleh Syaikh Ali Hasan Al Halabi di Sifatu
Shaumin Nabiy (110), bahkan dikatakan oleh Abu Hatim Ar Razi dalam Al ‘Ilal
(2/50) juga Al Albani dalam Silsilah Adh Dhaifah (871) bahwa hadits ini Munkar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar