Kamis, 14 Maret 2019

Contoh-Contoh Akhlak Dalam Kehidupan

Akhalq  bagi seorang muslim harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Akhlaq sebagaimana kandungan ajaran Islam yang lain, harus menjelma menjadi  nyata dalam kehidupan seorang  muslim. Berikut contoh-contoh akhlaq   mahmudah dan  dan madzmumah dalam penerapan kehidupan sehari-hari: 

Pertama:  Akhlak Mahmudah

 
1. Menjaga Lisan dan Bertutur Kata Yang Baik. 

 
Allah SWT memerintahkan kepada kita untuk bertutur kata yang baik sebagaimana dalam firman-Nya: yang artinya :
“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan katakanlah perkataan yang baik.” (Al Ahzab: 70).


" Bila kamu belum bisa berkata yang baik, maka diamlah." Demikianlah petunjuk Rasulullah SAW kepada kita dalam sebuah sabdanya: yang artinya,  “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka katakanlah yang baik atau diamlah.” (HR. Al Bukhari, Muslim, dari shahabat Abu Hurairah ).


Allah SWT juga memerintahkan kepada kita untuk menjauhi perkataan kotor sebagaimana firman-Nya, yang artinya :
“Dan jauhilah perkataan kotor.” (Al Hajj: 30).
 

Berkata kotor merupakan dosa besar, seseorang dimasukkan ke dalam An Naar kebanyakan karena lisannya (yakni digunakan untuk berkata kotor). Allah SWT pun membenci orang yang berbuat keji dan juga orang yang berkata keji. Di antara sifat seorang mu’min yang baik adalah tidak suka mencela, mengumpat, melaknat, berbuat keji, dan berkata keji. 

Setiap apa yang kita ucapkan, di sana ada Malaikat yang Allah Swt perintahkan untuk mencatat setiap apa yang kita ucapkan tersebut.

2. Mengucapkan Dan Menjawab Salam
 

Seorang muslim dengan muslim yang lainnya bersaudara. maka sudah sepantasnya untuk saling mencintai satu dengan yang lainnya, karena Allah SWT menjadikan diantara syarat sempurnanya iman seseorang adalah dengan mencintai saudaranya sesama muslim. 
Di antara sebab agar kita saling mencintai adalah dengan mengucapkan salam ketika bertemu. Sebagaimana dalam hadits, yaing artinya:
 Dari shahabat Abu Hurairah ia berkata: “ Rasulullah  SAW bersabda (artinya): “Kalian tidak akan masuk jannah sampai kalian beriman, dan kalian tidak akan beriman sampai kalian saling mencintai. Maukah aku beritahukan sesuatu yang jika kalian melakukannya kalian akan saling mencintai?  Sebarkanlah salam diantara kalian.” (HR. Muslim).


3.    Memiliki Sikap Malu
Seorang muslim yang mempunyai sifat malu akan berusaha menjaga dirinya dari hal-hal yang bisa menjatuhkan muru’ah (harga dirinya), seperti menjauhi kemaksiatan atau perbuatan yang bisa mendatangkan celaan dari orang lain. Rasulullah SAW telah mengabarkan bahwa malu itu merupakan bagian dari keimanan, sebagaimana disebutkan dalam hadits:
Dari shahabat 'Abdullah bin 'Umar, ia berkata: Bersabda Rasulullah  SAW : “Malu itu termasuk bagian dari iman.” (Muttafaqun ‘Alaihi).
 

4.    Memiliki Sikap Pemurah, pemaaf, dan tawadhu’
 

Dalam kehidupan sehari-hari, kita diperintahkan untuk berta’awun (tolong-menolong) agar terjalin rasa kasih sayang terhadap sesama muslim, sehingga ketika melihat saudara kita kekurangan, kita harus segera membantunya, misalnya dengan memberikan shodaqoh dan sebagainya. Janganlah kamu khawatir hartamu akan berkurang dengan bershadaqah, bahkan sebaliknya Allah SWT akan menambahkan barakah pada hartamu. Jadilah kamu seorang muslim yang pemaaf, hilangkanlah darimu sifat dendam, dan janganlah segan untuk memulai meminta maaf ketika kamu beselisih dengan temanmu. Hiasilah hidupmu dengan sifat tawadhu’ (rendah hati) terhadap Allah SWT dan kaum muslimin, karena hal itu akan menjadikan dirimu mulia di hadapan Allah SWT dan kaum muslimin.
 

5.    Memiliki Sikap Ar Rifq (lemah lembut)
 

Allah SWT adalah Dzat Yang Maha Indah dan mencintai keindahan, dan Allah SWT telah menjadikan sifat Ar rifq (lemah lembut) sebagai perhiasan bagi kaum muslimin, yang dengan kelembutan tersebut menjadi sebab munculnya rasa kasih sayang dan saling mencintai. 

Kedua: Akhlak Madzmumah
 

1. Israaf
Berlebih-lebihan (israaf)adalah melakukan sesuatu di luar batas ukuran yang menimbulkan kemudharatan baik langsung ataupun tidak kepada manusia dan alam sekitarnya. Sikap berlebih-lebihan sangat dibenci Allah, sebagaimana dalam firmannya :
Artinya: “Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian.’’
 

 2. Tabdzir
 
Kata tabzir berasala dari kata bahasa arab yaitu bazara,yubaziru tabzir yang artinya pemborosan sihingga menjadi sia-sia, tidak berguna atau terbuang. Secara istilah tabzir adalah membelanjakan/mengeluarkan harta benda yang tidak ada manfaatnya dan bukan dijalan Allah. Sifat tabzir ini timbul karena adanya dorongan nafsu dari setan dan biasanya untuk hal-hal yang tidak disenagi oleh Allah. 
  

 3. Fitnah 

    Dalam bahasa sehari-hari kata ‘fitnah’ diartikan sebagai penisbatan atau tuduhan suatu perbuatan kepada orang lain, dimana sebenarnya orang yang dituduh tersebut tidak melakukan perbuatan yang dituduhkan. Maka perilaku tersebut disebut memfitnah. Allah SWT berfirman:
Artinya:’’ Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi dan (sehingga) ketaatan itu hanya semata-mata untuk Allah. Jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu), maka tidak ada permusuhan (lagi), kecuali terhadap orang-orang yang zalim.’
 

4. Serakah
 

Serakah artinya merasa tidak senang dan tidak cukup degan apa yang telah didapat nya sekarang meskipun yakin bisa mendapatkan lebih banyak. 
 

5.Dendam
 
Dendam dalam bahasa Arab disebut juga dengan Al-Hiqdu ( الحقد ).  Menurut Al-Gazali dalam bukunya Ihya Ulumud Din jilid III, dijelaskan bahwa Hiqdu atau dendam berawal dari sifat pemarah. 

Sifat marah (ghadab) itu terus dipelihara dan tidak segra diobati dengan memaafkan, maka akan menjadi dendam terhadap orang yang menyakiti kita.
 

Pengertian dendam secara istilah adalah perasaan ingin membalas karena sakit hati yag timbul sebab permusuhan, dan selalu mencari kesempatan untuk melampiaskan sakit hatinya agar lawannya mendapat celaka, barulah ia merasa puas.
 

6.    Takabur
Takabbur adalah: merasa paling mulia (serba bisa, paling hebat), adapun secara istilah yaitu menetapkan sesuatu pada dirinya terhadap segala sifat yang baik dan luhur karena memiliki harta yang banyak atau ilmu yang tinggi.Dari pengertian diatas, takabbur dapat diartikan merasa atau menganggap diri besar dan tinggi yang disebabkan oleh adanya kebaikan atau kesempurnaan pada dirinya, baik berupa harta, ilmu atau yang lainnya. 

Penutup
Rasulullah saw adalah qudwah kita dalam melaksanakan  akhlak yang terpuji. Diantara akhlaq terpuji Rasulullah saw berupa pemaaf, penyayang, penyabar, tawadhu’, dan jujur.

Dan Rasulullah saaw juga teladan bagi kita untuk menjauhi akhlaq yang tercela.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar