Kamis, 07 Mei 2020
Ramadhan Dan Kecerdasan Umat I Ustadz Masturi Istamar Suhadi
Seorang Muslim memiliki kecerdasan yang utuh, yaitu :
1. Kecerdasan Spiritual ( Adzaka' Ar Ruhiy )
2. Kecerdasan Intelektual ( Adzaka' Al Fikriy)
3. Kecerdasan Emosional ( Adzaka' Al ‘Athifiy)
4. Kecerdasan Sosial ( Adzaka' A Ijtima’iy )
Rabu, 06 Mei 2020
04- Sudah Persiapan - Tapi Kurang Gimana I Ustadz Masturi Istamar Suhadi
Mau mengikuti secara runtut tentang SPN I Sekolah Pra Nikah ???? Silahkan bergabung dan subcribes di Channel Masturi Istamar
Jumat, 27 Maret 2020
Pilar Kelangsungan Sebuah Negara
( Refleksi Kemerdekaan RI Ke 72 – 17 Agustus 2017 )
Dalam membersamai kedatangan hari kemerdekaan negara kita yang ke 72 ini, di tengah berbagai aktivitas keramaian memperingati kemerdekaan ini alangkah baiknya kita gunakan untuk merenungkan kembali kondisi kita. Cara terbaik merefleksikan kondisi kita dengan mengambil pelajaran dari kitab Suci Al Quran yang menjadi sumber dan inspirasi kehidupan umat Islam.
Refleksi ini kita ambil dari renungan kita terhadap Firman Allah swt dalam surat Ibrahim ayat 34 – 37. Allah swt berfirman:
وَآتَاكُم مِّن كُلِّ مَا سَأَلْتُمُوهُ ۚ وَإِن تَعُدُّوا نِعْمَتَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا ۗ إِنَّ الْإِنسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ (34) وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَٰذَا الْبَلَدَ آمِنًا وَاجْنُبْنِي وَبَنِيَّ أَن نَّعْبُدَ الْأَصْنَامَ (35) رَبِّ إِنَّهُنَّ أَضْلَلْنَ كَثِيرًا مِّنَ النَّاسِ ۖ فَمَن تَبِعَنِي فَإِنَّهُ مِنِّي ۖ وَمَنْ عَصَانِي فَإِنَّكَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ (36) رَّبَّنَا إِنِّي أَسْكَنتُ مِن ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ غَيْرِ ذِي زَرْعٍ عِندَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُوا الصَّلَاةَ فَاجْعَلْ أَفْئِدَةً مِّنَ النَّاسِ تَهْوِي إِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُم مِّنَ الثَّمَرَاتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُونَ (37
34. Dan Dia telah memberikan kepadamu segala apa yang kamu mohonkan kepada-Nya. Jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya. Sungguh, manusia itu sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).
35. Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdoa, “Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku agar tidak menyembah berhala.
36. Ya Tuhanku, berhala-berhala itu telah menyesatkan banyak dari manusia[3]. Barang siapa mengikutiku[4], maka orang itu termasuk golonganku, dan barang siapa mendurhakaiku, maka Engkau Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
37. Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, Ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan berilah mereka rezeki dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.
38. Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau mengetahui apa yang kami sembunyikan dan apa yang kami tampakkan; dan tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi bagi Allah, baik yang ada di bumi maupun yang ada di langit. ( Surat Ibrahim 33-37)
Dalam ayat-ayat di atas mengisahkan tentang Nabi Ibrahim a.s. dan keluarganya yang Allah swt utus sebagai seorang Nabi dan Rasul. Keteladanan yang mengajarkan kepada kita tentang kehidupan secara luas.
Nabi Ibrahim diperintah oleh Allah swt untuk membawa Sayyidah Hajar a.s. sang Istri dan bayi Ismail .a.s. ke tengah padang pasir yang tandus, tidak ada air, tidak ada manusia, tidak ada tumbuhan, tidak ada makanan, yang kelak menjadi sebuah kota yang disebut Mekkah hingga saat ini.
Pilar Kelangsungan Sebuah Negara
Yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim dan keluarganya ternyata adalah proses membentuk sebuah negara. Dan bagaimana pondasi yang harus diletakkan untuk kelangsungan sebuah negara. Negara yang benar pondasinya, benar aktivitasnya, kuat jalinan sosialnya, sejahtera kondisinya dan panjang sejarahnya. Dari ayat-ayat di atas kita bisa mendapatkan pondasi sebuah negara adalah:
Pertama : Ideologi
Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdoa, “Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku agar tidak menyembah berhala. [ Q,s, Ibrahim : 35].
Sebelum meletakkan anak dan istrinya di tengah padang pasir, Nabi Ibrahim a.s. meletakkan sebuah dasar Tauhid yaitu Mengesakan Allah swt dan menjauhkan sejauh-jauhnya kesyirikan menyekutukan Allah swt. Tauhid adalah pondasi ideologis dan kesyirikan adalah perusak dari ideology tersebut.
Kedua : Aktivitas Yang Menjaga Kelangsungan Ideologi
Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, Ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat … ( Q.s. Ibrahim 37 )
Ideologi adalah pondasi yang akan hancur dan tergerus bila tidak dijaga setiap saat. Tauhid adalah ideology, syirik adalah perusak yang menggerogoti dari pondasi tersebut. Maka Sholat adalah aktivitas yang menjaga ideology tersebut. Oleh karena itu, maka Nabi Ibrahim mengusahakan agar keluarganya anak-cucu dan keturunannya agar menegakkan sholat. Bila sholat tidak ditegakkan, maka tauhid akan lenyap, ideology akan tergerus. Kehancuran akan menjadi sebuah keniscayaan.
Ketiga : Kesholehan Sosial
….maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka ….( Q.s. Ibrahim 37 )
Berikutnya yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim adalah menjadikan keluarga dan keturunannya menjadi orang-orang yang berakhlak mulia. Sehingga menjadi pribadi yang menarik. Siapa yang memandangnya menjadi tertarik, sayang, hormat, setia dan akan senang bersama mereka, dilingkungan mereka, beraktivitas bersama mereka. Karena mereka adalah pribadi-pribadi yang memang menarik. Bila kesolehan social ini terbentuk, maka orang-orang yang tidak soleh, aktivitas yang tidak sholeh, dan kondisi yang tidak sholeh akan menjauh sejauh-jauhnya, dan akan tersingkir dengan sendirinya.
Keempat : Jaminan Kesejahteraan Materi
….dan berilah mereka rezeki dari buah-buahan …. ( Q.s. Ibrahim 37 )
Yang harus diperhatikan untuk kelangsungan sebuah negara adalah kesejahteraan materi yang dinikmati bersama oleh semua penduduknya.
Semua warga negara agar berusaha seoptimal mungkin untuk mewujudkan kesejahteraan materi ini. Sehingga kesejahteraan materi ini bisa mereka raih. Kemudian kesejahteraan materi ini harus dinikmati bersama oleh semua penduduk negeri dengan adil. Tidak boleh kesejahteraan negeri itu dinikmati oleh sebagian orang, dan tidak bisa dinikmati oleh sebagian yang lain. Kebersamaan mereka dalam menikmati kesejahteraan adalah jaminan untuk stabilitas social negara tersebut.
Mungkinkah hal ini terwujudkan? Sangat mungkin sekali, karena kesejahteraan ini diwujudkan di atas pondasi ideologis yang kuat, yaitu tauhid yang dijaga dengan aktivitas sholat, dikawal dengan kesholehan social. Maka kesejahteraan akan bisa dinikmati bersama secara adil oleh seluruh warga negara.
Kelima : Senantiasa bersyukur
….mudah-mudahan mereka bersyukur. ( Q.s. Ibrahim 37 )
Pilar berikutnya adalah bersyukur atas karunia Allah swt, syukur atas :
- pondasi ideologis yang kuat, yaitu tauhid
- aktivitas yang menjaga keutuhan ideologis, yaitu sholat
- perilaku yang baik yang menjaga kesolidan social, yaitu akhlak
- kenikmatan dan kesejahteraan materi yang mereka dapatkan
Kesyukuran atas pondasi ideologis akan menjadikan seluruh warga negara mengingat selalu apa yang mengabadikan eksistensi mereka. Wujudnya sebuah negara adalah ideologinya,bila ideology itu hancur, maka hancurlah negara itu.
Kesyukuran atas aktivitas yang menjaga keutuhan ideologis, yaitu sholat dengan senantiasa mendirikan dan menegakkannya selalu. Karena dengan menegakkannya maka ideology akan terjaga, bila tidak ditegakkan, maka akan hancurlah ideology itu. Yang berarti musnahnya entitas negara tersebut.
Kesyukuran kesolidan social, yaitu semua warga negara mengusahakan dirinya untuk menjadi pribadi yang menarik. Yaitu pribadi yang bermoral. Menjauhkan dirinya dari berbuat dholim. Kedzoliman berusaha dijauhkan dari pribadi, keluarga dan masyarakat.
Kesyukuran atas kenikmatan dan kesejahteraan materi yang mereka dapatkan dengan berbagi dengan orang yang tidak mendapatkan. Karena kondisi warga negara berbeda-beda. Yang membedakan mereka itu adalah taqdir. Masing-masing orang harus ikhlas, menerima, rela menjalaninya dengan senang hati. Sehingga perbedaan kondisi ini pasti terjadi. Orang yang mendapatkan kesejahteraan lebih, mensyukurinya dengan berbagi kepada orang yang Allah swt takdirkan tidak bisa mendapatkannya.
Maka dengan mensyukuri semua hal di atas, akan menjaga kelangsungan sebuah negara. Maka akan tercipta kondisi seperti yang dikisahkan Al Quran Negeri Saba yang makmur sebelum dihancurkan karena kekafiran mereka:
بلدة طيبة ورب غفور
“ Sebuah negara yang baik dan Tuhan Yang Maha Pengampun”
Semoga kita semua bisa mengambil pelajaran dari kisah di atas. Amin
Kesimpulan
Pilar kelangsungan sebuah negara, yaitu: Ideologi, Aktivitas yang menjaga ideology, kesholehan social, kecukupan materi, kesyukuran
Kelima hal di atas harus wujud. Itulah yang akan menjadi pilar kelangsungan sebuah negara baldatun thoyyibatun wa robbun ghofur.
Kita sebagai bangsa Indonesia dan umat Islam yang NKRI menjadi semangat kita dalam bernegara, maka kelima hal di atas harus kita terapkan dalam diri, keluarga dan masyarakat muslim kita. Karena itu yang akan menjamin kelangsungan negara ini. Bila tidak semua akan berlalu dan hilang seperti negara-negara dan peradaban yang pernah wujud. Dulu ada Imperium Romawi, Persi, Mesir, India, Cina, Saba, Majapahit, Sriwijaya, Kutai dan seterusnya. Semua sudah hilang, berlalu tanpa ada yang tertinggal dan tidak akan pernah kembali lagi.
Hal yang sama juga akan terjadi pada NKRI kita bila kita tidak menyadari hal ini. Usia 72 tahun untuk sebuah peradabaan itu sangat pendek. Bila kita tidak menjaganya seperti yang saya sebutkan pilar-pilarnya di atas, maka ia akan menjadi sejarah seperti yang lain.
Semoga Allah swt memberikan kesadaran kepada kita, masyarakat kita dan semua umat Islam. Sehingga tercipta baldatun thoyyibatun wa robbun ghofur. amin
Sya’ban, Persiapan Menuju Ramadhan
Tanpa terasa Ramadzan sudah hampir menjelang. Padahal rasanya belum lama kita meninggalkan Ramadzan. Kala kita renungkan keberadaan bulan Rajab, Sya’ban, Ramadhan, ketiga bulan tersebut saling berurutan. Pasti ada hikmah di sana. Setidaknya, deretan bulan itu mengisyaratkan pentingnya penekanan ibadah menjelang bulan penuh ampunan, Ramadhan.
Untuk mengoptimalkan ibadah di bulan Ramadzan, maka diperlukan langkah-langkah persiapan. Sebuah kesuksesan kerap kali tak bisa lepas dari persiapan yang matang. Seorang murid yang berhasil lulus ujian maka ia jauh-jauh hari telah bersiap diri menghadapi tes kelulusan itu. Sayangnya, keutamaan persiapan diri itu, tak banyak diketahui oleh kebanyakan orang. Ini seperti yang pernah di wanti-wanti Rasulullah SAW:
Usamah bin Zaid, beliau berkata, “Katakanlah wahai Rasulullah, aku tidak pernah melihatmu berpuasa selama sebulan dari bulan selain di bulan Sya’ban”. Nabi saw bersabda,
ذلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ
“Bulan Sya’ban adalah bulan di mana manusia mulai lalai yaitu di antara bulan Rajab dan Ramadhan. Bulan tersebut adalah bulan dinaikkannya berbagai amalan kepada Allah, Rabb semesta alam. Oleh karena itu, aku amatlah suka untuk berpuasa ketika amalanku dinaikkan.” (HR. An Nasa’i. hadits hasan.)
Hadis itu menyatakan tak sedikit mereka lalai akan keutamaan Rajab dan Sya’ban untuk menghadapi Ramadhan. Kedua bulan itu, terlebih Sya’ban, merupakan bulan tatkala segenap amalan langsung diangkat ke hadapan Allah SWT. Dan, Rajab laksana terminal utama untuk pemberhentian berikutnya, yakni Sya’ban dan Ramadhan.
Maksud Penekanan Ibadah di Ke 3 Bulan
Penekanan ibadah itu, bukan berarti hanya berfokus di tiga bulan tersebut. Melainkan, intensitas ibadah di ketiga bulan itu memiliki dampak yang luar biasa, yakni pemaksimalan Ramadhan. Hal utama yang mesti dilakukan ialah mengatur niat. Perbaruilah niat selalu. Niat yang terbarukan akan membantu mendongkrak semangat ibadah. Selain itu, perbanyaklah melaksanakan puasa di bulan Rajab dan bulan Sya’ban. Anjuran-anjuran tertentu berikut keutamaan berpuasa di bulan Rajab, memang beberapa hadisnya dikategorikan lemah. Namun, berpuasa pada bulan Rajab landasannya secara umum hadis-hadis berpuasa di bulan-bulan mulia (asyhur al hurum). Karena bulan Rajab adalah salah satu dari bulan haram, sebagaimana firman Allah swt :
إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْراً فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ )سورة التوبة: 36 (
"Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu.” (QS. At-Taubah: 36)
Di bulan-bulan haram ini kita dianjurkan untuk memperbanyak ibadah, terutama puasa. Rasulullah saw bersabda:
أفضل الصلاة بعد المكتوبة الصلاة في جوف الليل وأفضل الصيام بعد شهر رمضان الشهر الذي يدعونه المحرم
"Shalat yang paling utama setelah shalat wajib adalah shalat di penghujung malam, dan puasa yang paling utama setelah bulan Ramadhan adalah pada bulan yang disebut dengan Muharram."
( HR. Muslim: 1163 )
صُمْ مِنْ الْحُرُمِ وَاتْرُكْ (رواه أبو داود ، رقم 2428 وضعفه الألباني في ضعيف أبي داود (
“Berpuasalah di (bulan-bulan) Haram dan tinggalkanlah.” (HR. Abu Daud, 2428 dan dilemahkan oleh Al-Bany dalam kitab Dhaif Abu Daud)
Sedangkan berpuasa Sya’ban, sebagaimana disebutkan dalam hadis riwayat Bukhari Muslim dari Aisyah ra. Rasulullah paling tampak berpuasa sunah di Sya’ban.
Diantara pelaksanaan puasa pada bulan tersebut dilakukan sebagai persiapan dan pemanasan menghadapi Ramadhan. Selain itu, Imam Ibnu Hajar menjelaskan bahwa amalan sholeh di bulan Rojab dan khususnya Sya’ban sering terlupakan. Sebagaimana yang disebutkan hadist Rasulullah saw riwayat Usamah bin Zaid.
Kegiatan Ibadah Di Bulan Sya’ban
Tarhib Ramadhan
Kegiatan yang bisa kita lakukan pada bulan Sya’ban dalam rangka untuk persiapan Ramadhan adalah berbagi kabar gembira dan memotivasi sesama. Ini bagus kita lakukan sejak bulan Rajab, yaitu saling memberitahu keutamaan Ramadhan. Rasulullah saw dalam rangka tarhib Ramadzan dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Nasai. “Telah datang kalian Ramadhan, bulan yang diberkahi, Allah mewajibkan atas kalian berpuasa. Pintu langit dibuka dan pintu neraka ditutup.”
Penyiapan Spiritul
Saat datang Bulan Sya’ban kalau perlu bulan sebelumny, yaitu Rajab, mulai tingkatkan frekuensi penempaan spiritual. Karena bulan Ramadhan adalah madrasah dan tempat penempaan bagi orang-orang yang bertakwa. Pembiasaan sejak dini, sebelum datangnya Ramadan, yaitu sejak bulan Rajab dan bulan Sya’ban akan mempermudah program ibadah sepanjang Ramadhan. Mulai dari hal-hal yang kecil, seperti menjauhi perkataan yang sia-sia, ungkapan-ungkapan yang jorok. Karena jika hal-hal tersebut tak dihindari, ucapan-ucapan yang tak pantas itu bisa merusak pahala Ramadhan. Nabi sallallahu’alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْجَهْلَ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِي أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ (رواه البخاري، رقم 1903- 6075 (
“Barangsiapa tidak meninggalkan perkataan dusta, bersikap bodoh dan beramal dengannya. Maka Allah tidak butuh dari meninggalkan makan dan minumnya.” (HR. Bukhari, 1903, 6075)
Perkataan keji, nista dan dusta mencakup semua perkataan haram seperti bohong, mengguncing, namimah (mengadu domba), menghina dan menghardik, perkataan jorok dan lain sebagainya.
Nabi saw bersabda:
إِذَا أَصْبَحَ أَحَدُكُمْ يَوْمًا صَائِمًا فَلا يَرْفُثْ ، وَلا يَجْهَلْ ، فَإِنْ امْرُؤٌ شَاتَمَهُ أَوْ قَاتَلَهُ فَلْيَقُلْ : إِنِّي صَائِمٌ إِنِّي صَائِمٌ (رواه البخاري، رقم 1894 ومسلم، رقم 1151 )
“Barangsiapa salah satu di antara kalian di pagi hari dalam kondisi berpuasa, maka jangan berkata jorok dan jangan bersikap bodoh. Kalau ada seseorang yang menghardiknya atau menghinanya maka katakan kepadanya, sesungguhnya saya sedang puasa, sesungguhnya saya sedang puasa." (HR. Bukhari, no. 1894 dan Muslim, no. 1151)
Menyambung Silaturrahim
Amalan lain yang bisa kita lakukan pada bulan Sya’ban dalam rangka mempersiapkan kedatangan bulan Ramadzan adalah menyambung dan menjaga silaturahim. Menyambung silaturrahim artinya adalah menyambung kembali silaturrahim yang pernah putus di karenakan banyak hal, seperti pertikaian, perselisihan dan lain sebagainya. Sedangkan menjaga silaturrahim adalah memperkuat silaturrahim yang sudah ada, dan tidak putus agar lebih kuat dan lebih kokoh.
Ada banyak faedah di balik memperkuat tali silaturahim. Menyambung silaturahim akan memperbanyak rezeki dan menjadikan umur bertambah berkah. Dari bersilaturahim pula akan mengikis kesalahan-kesalahan yang pernah diperbuat. Dengan demikian, saat Ramadhan tiba, kondisi diri telah siap dan bersih.
Membayar Hutang Puasa Ramadhan
Penting untuk dilakukan dan diperhatikan adalah segera membayar hutang puasa Ramadhan yang terlewat. Terutama kaum wanita, yang bisa dipastikan punya hutang puasa Ramadzan. Para ulama sepakat, hendaknya seseorang membayar hutang puasa wajib terlebih dahulu dan lebih utama sebelum menunaikan puasa sunah.
Melatih Bersedekah
Yang tak kalah penting juga yang kita bisa lakukan dan kita biasakan pada bulan Rajab ini adalah membiasakan diri untuk bersedekah. Bersedekahlah dari sekarang. Mulailah dari yang kecil. Lakukan yang mampu untuk dilakukan.
Kenapa demikian? Karena pahala tiap amalan selama Ramadhan akan dilipatgandakan, tak terkecuali bersedekah.
Bagaimana melatih diri kita untuk sedekah? Ini bisa dimulai dengan membiasakan diri memberikan makanan bagi fakir miskin. Berbagi makanan, terlebih untuk berbuka, sarat dengan pahala. Rasulullah saw bersabda:
Dari Zaid bin Kholid AL-Juhani berkata, Rasulullah sallallahu’alaihi wa sallam bersabda:
مَن فطَّر صائماً كان له مثل أجره غير أنه لا ينقص من أجر الصائم شيء " . رواه الترمذي ( 807 ) وابن ماجه ( 1746 ) وصححه ابن حبان ( 8 / 216 ) والألباني في " صحيح الجامع " ( 6415 )
“Barangsiapa yang memberi buka orang puasa, maka baginya pahala semisalnya tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa sedikitpun.” HR. Tirmizi, 807. Ibnu Majah, 1746. Dan dishohehkan oleh Ibnu Hibban, 8/216. Dan oleh Al-Bany di shoheh Al-Jami’, 6415.
Rasul menegaskan bahwa sedekah berupa pemberian menu berbuka tersebut diganjar dengan pahala puasa dari penerima sedekah. “Tanpa kurang sedikit pun,”
Kala Rojab datang berarti Ramadhan sebentar lagi menjelang. . Hadapkan ruhani, pikiran, sosial dan fisik kita untuk menyambut masa panen pahala. Ini perlu kesadaran dari kita. Bukan hanya kesadaran pribadi, tapi perlu kesadaran pribadi, keluarga dan masyarakat. Kalau tidak, maka semua akan berlalu begitu saja, dan kita akan memasuki Ramdzan dengan tanpa persiapan.
Kita mesti ingat, aktivitas kehidupan kita merupakan rutinitas yang secara otomatis akan jalan. Waktu akan terus berjalan, kita mau atau tidak. Waktu akan terus mendekat, kita siap atau tidak. Oleh karena itu mari kita siapkan diri untuk menyambutnya. Kita mulai dari sekarang, yaitu dengan menyambut datangnya bulan Rajab dengan aktivitas-aktivitas yang sudah penulis sampaikan di atas. Semoga Allah swt memudahkan kita semua untuk mempersiapkan diri di bulan Rajab ini, baik diri pribadi kita, keluarga kita dan masyarakat kita.
Untuk mengoptimalkan ibadah di bulan Ramadzan, maka diperlukan langkah-langkah persiapan. Sebuah kesuksesan kerap kali tak bisa lepas dari persiapan yang matang. Seorang murid yang berhasil lulus ujian maka ia jauh-jauh hari telah bersiap diri menghadapi tes kelulusan itu. Sayangnya, keutamaan persiapan diri itu, tak banyak diketahui oleh kebanyakan orang. Ini seperti yang pernah di wanti-wanti Rasulullah SAW:
Usamah bin Zaid, beliau berkata, “Katakanlah wahai Rasulullah, aku tidak pernah melihatmu berpuasa selama sebulan dari bulan selain di bulan Sya’ban”. Nabi saw bersabda,
ذلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ
“Bulan Sya’ban adalah bulan di mana manusia mulai lalai yaitu di antara bulan Rajab dan Ramadhan. Bulan tersebut adalah bulan dinaikkannya berbagai amalan kepada Allah, Rabb semesta alam. Oleh karena itu, aku amatlah suka untuk berpuasa ketika amalanku dinaikkan.” (HR. An Nasa’i. hadits hasan.)
Hadis itu menyatakan tak sedikit mereka lalai akan keutamaan Rajab dan Sya’ban untuk menghadapi Ramadhan. Kedua bulan itu, terlebih Sya’ban, merupakan bulan tatkala segenap amalan langsung diangkat ke hadapan Allah SWT. Dan, Rajab laksana terminal utama untuk pemberhentian berikutnya, yakni Sya’ban dan Ramadhan.
Maksud Penekanan Ibadah di Ke 3 Bulan
Penekanan ibadah itu, bukan berarti hanya berfokus di tiga bulan tersebut. Melainkan, intensitas ibadah di ketiga bulan itu memiliki dampak yang luar biasa, yakni pemaksimalan Ramadhan. Hal utama yang mesti dilakukan ialah mengatur niat. Perbaruilah niat selalu. Niat yang terbarukan akan membantu mendongkrak semangat ibadah. Selain itu, perbanyaklah melaksanakan puasa di bulan Rajab dan bulan Sya’ban. Anjuran-anjuran tertentu berikut keutamaan berpuasa di bulan Rajab, memang beberapa hadisnya dikategorikan lemah. Namun, berpuasa pada bulan Rajab landasannya secara umum hadis-hadis berpuasa di bulan-bulan mulia (asyhur al hurum). Karena bulan Rajab adalah salah satu dari bulan haram, sebagaimana firman Allah swt :
إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْراً فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ )سورة التوبة: 36 (
"Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu.” (QS. At-Taubah: 36)
Di bulan-bulan haram ini kita dianjurkan untuk memperbanyak ibadah, terutama puasa. Rasulullah saw bersabda:
أفضل الصلاة بعد المكتوبة الصلاة في جوف الليل وأفضل الصيام بعد شهر رمضان الشهر الذي يدعونه المحرم
"Shalat yang paling utama setelah shalat wajib adalah shalat di penghujung malam, dan puasa yang paling utama setelah bulan Ramadhan adalah pada bulan yang disebut dengan Muharram."
( HR. Muslim: 1163 )
صُمْ مِنْ الْحُرُمِ وَاتْرُكْ (رواه أبو داود ، رقم 2428 وضعفه الألباني في ضعيف أبي داود (
“Berpuasalah di (bulan-bulan) Haram dan tinggalkanlah.” (HR. Abu Daud, 2428 dan dilemahkan oleh Al-Bany dalam kitab Dhaif Abu Daud)
Sedangkan berpuasa Sya’ban, sebagaimana disebutkan dalam hadis riwayat Bukhari Muslim dari Aisyah ra. Rasulullah paling tampak berpuasa sunah di Sya’ban.
Diantara pelaksanaan puasa pada bulan tersebut dilakukan sebagai persiapan dan pemanasan menghadapi Ramadhan. Selain itu, Imam Ibnu Hajar menjelaskan bahwa amalan sholeh di bulan Rojab dan khususnya Sya’ban sering terlupakan. Sebagaimana yang disebutkan hadist Rasulullah saw riwayat Usamah bin Zaid.
Kegiatan Ibadah Di Bulan Sya’ban
Tarhib Ramadhan
Kegiatan yang bisa kita lakukan pada bulan Sya’ban dalam rangka untuk persiapan Ramadhan adalah berbagi kabar gembira dan memotivasi sesama. Ini bagus kita lakukan sejak bulan Rajab, yaitu saling memberitahu keutamaan Ramadhan. Rasulullah saw dalam rangka tarhib Ramadzan dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Nasai. “Telah datang kalian Ramadhan, bulan yang diberkahi, Allah mewajibkan atas kalian berpuasa. Pintu langit dibuka dan pintu neraka ditutup.”
Penyiapan Spiritul
Saat datang Bulan Sya’ban kalau perlu bulan sebelumny, yaitu Rajab, mulai tingkatkan frekuensi penempaan spiritual. Karena bulan Ramadhan adalah madrasah dan tempat penempaan bagi orang-orang yang bertakwa. Pembiasaan sejak dini, sebelum datangnya Ramadan, yaitu sejak bulan Rajab dan bulan Sya’ban akan mempermudah program ibadah sepanjang Ramadhan. Mulai dari hal-hal yang kecil, seperti menjauhi perkataan yang sia-sia, ungkapan-ungkapan yang jorok. Karena jika hal-hal tersebut tak dihindari, ucapan-ucapan yang tak pantas itu bisa merusak pahala Ramadhan. Nabi sallallahu’alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْجَهْلَ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِي أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ (رواه البخاري، رقم 1903- 6075 (
“Barangsiapa tidak meninggalkan perkataan dusta, bersikap bodoh dan beramal dengannya. Maka Allah tidak butuh dari meninggalkan makan dan minumnya.” (HR. Bukhari, 1903, 6075)
Perkataan keji, nista dan dusta mencakup semua perkataan haram seperti bohong, mengguncing, namimah (mengadu domba), menghina dan menghardik, perkataan jorok dan lain sebagainya.
Nabi saw bersabda:
إِذَا أَصْبَحَ أَحَدُكُمْ يَوْمًا صَائِمًا فَلا يَرْفُثْ ، وَلا يَجْهَلْ ، فَإِنْ امْرُؤٌ شَاتَمَهُ أَوْ قَاتَلَهُ فَلْيَقُلْ : إِنِّي صَائِمٌ إِنِّي صَائِمٌ (رواه البخاري، رقم 1894 ومسلم، رقم 1151 )
“Barangsiapa salah satu di antara kalian di pagi hari dalam kondisi berpuasa, maka jangan berkata jorok dan jangan bersikap bodoh. Kalau ada seseorang yang menghardiknya atau menghinanya maka katakan kepadanya, sesungguhnya saya sedang puasa, sesungguhnya saya sedang puasa." (HR. Bukhari, no. 1894 dan Muslim, no. 1151)
Menyambung Silaturrahim
Amalan lain yang bisa kita lakukan pada bulan Sya’ban dalam rangka mempersiapkan kedatangan bulan Ramadzan adalah menyambung dan menjaga silaturahim. Menyambung silaturrahim artinya adalah menyambung kembali silaturrahim yang pernah putus di karenakan banyak hal, seperti pertikaian, perselisihan dan lain sebagainya. Sedangkan menjaga silaturrahim adalah memperkuat silaturrahim yang sudah ada, dan tidak putus agar lebih kuat dan lebih kokoh.
Ada banyak faedah di balik memperkuat tali silaturahim. Menyambung silaturahim akan memperbanyak rezeki dan menjadikan umur bertambah berkah. Dari bersilaturahim pula akan mengikis kesalahan-kesalahan yang pernah diperbuat. Dengan demikian, saat Ramadhan tiba, kondisi diri telah siap dan bersih.
Membayar Hutang Puasa Ramadhan
Penting untuk dilakukan dan diperhatikan adalah segera membayar hutang puasa Ramadhan yang terlewat. Terutama kaum wanita, yang bisa dipastikan punya hutang puasa Ramadzan. Para ulama sepakat, hendaknya seseorang membayar hutang puasa wajib terlebih dahulu dan lebih utama sebelum menunaikan puasa sunah.
Melatih Bersedekah
Yang tak kalah penting juga yang kita bisa lakukan dan kita biasakan pada bulan Rajab ini adalah membiasakan diri untuk bersedekah. Bersedekahlah dari sekarang. Mulailah dari yang kecil. Lakukan yang mampu untuk dilakukan.
Kenapa demikian? Karena pahala tiap amalan selama Ramadhan akan dilipatgandakan, tak terkecuali bersedekah.
Bagaimana melatih diri kita untuk sedekah? Ini bisa dimulai dengan membiasakan diri memberikan makanan bagi fakir miskin. Berbagi makanan, terlebih untuk berbuka, sarat dengan pahala. Rasulullah saw bersabda:
Dari Zaid bin Kholid AL-Juhani berkata, Rasulullah sallallahu’alaihi wa sallam bersabda:
مَن فطَّر صائماً كان له مثل أجره غير أنه لا ينقص من أجر الصائم شيء " . رواه الترمذي ( 807 ) وابن ماجه ( 1746 ) وصححه ابن حبان ( 8 / 216 ) والألباني في " صحيح الجامع " ( 6415 )
“Barangsiapa yang memberi buka orang puasa, maka baginya pahala semisalnya tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa sedikitpun.” HR. Tirmizi, 807. Ibnu Majah, 1746. Dan dishohehkan oleh Ibnu Hibban, 8/216. Dan oleh Al-Bany di shoheh Al-Jami’, 6415.
Rasul menegaskan bahwa sedekah berupa pemberian menu berbuka tersebut diganjar dengan pahala puasa dari penerima sedekah. “Tanpa kurang sedikit pun,”
Kala Rojab datang berarti Ramadhan sebentar lagi menjelang. . Hadapkan ruhani, pikiran, sosial dan fisik kita untuk menyambut masa panen pahala. Ini perlu kesadaran dari kita. Bukan hanya kesadaran pribadi, tapi perlu kesadaran pribadi, keluarga dan masyarakat. Kalau tidak, maka semua akan berlalu begitu saja, dan kita akan memasuki Ramdzan dengan tanpa persiapan.
Kita mesti ingat, aktivitas kehidupan kita merupakan rutinitas yang secara otomatis akan jalan. Waktu akan terus berjalan, kita mau atau tidak. Waktu akan terus mendekat, kita siap atau tidak. Oleh karena itu mari kita siapkan diri untuk menyambutnya. Kita mulai dari sekarang, yaitu dengan menyambut datangnya bulan Rajab dengan aktivitas-aktivitas yang sudah penulis sampaikan di atas. Semoga Allah swt memudahkan kita semua untuk mempersiapkan diri di bulan Rajab ini, baik diri pribadi kita, keluarga kita dan masyarakat kita.
Rabu, 25 Maret 2020
Mengambil Sikap Yang Bijak
Hari ini Rabu, 25 Maret 2020, terjadi banyak polemik di masyarkat, termasuk tempt tinggal saya di Kota Tangerang Selatan, Banten, yaitu saat ada yang meninggal. Masyarakat dan lingkungan banyak berbisik-bisik tentang yang meninggal, apalagi kalau yang meninggal itu orang lansia di atas 60 tahun, Memang saat ini virus Corona menjadi pandemi. Mereka ada yang membisikkan orang tersebut karena Corona. Yang lain mengatakan belum tentu. Hal ini menjadikan keluarga yang kesusahan menjadi resah dan galau. Apalagi bisikan-bisikan tersebut ditulis ke medsos, akan menjadi viral dan berita yang hangat.
Siapakah yang kompeten menanganinya? Siapa yang kompeten mengumumkan? Bagaimana kita menyikpinya?
Dalam kondisi seperti ini menurut saya:
1. Menjaga lisan lebih baik. Karena saat ini berita benar bisa dibilang hoax, hoax bisa dibilang berita benar. Maka tatkala kita diam terlepas dari kedua hal tersebut.
2. Laporkan kejadian tersebut kepada instansi yang kompeten dalam hal ini, mulai dari RT, RW, Puskesmas Setempat, bahkan Dinas Kesehatan, untuk memastikan perihal kematian tersebut. Tidak bijak bila kita mengatakan dan memastikan meninggal karena Corona, atau bukan karena Corona sebelum dipastikan instansi terkait. Ini erat kaitannya dengan keselamatan keluarga yang ditinggal terutama lingkungan sekitar dan masyarakat banyak.
3. Pegangan informasi kembalikan kepada yang punya otoritas, yaitu pemerintah, dinas / jawatan, ahli dibidangnya. Sehingga kita tidak kehilangan pedoman.
4. Informasi yang sampai kepada kita cukup kita keep di rumah kita saja. Sebab berapa bantak minta konfirmasi berita ternyata menjadi berita. Contoh :
Ada berita tentang sesuatu di blog E. Pertanyaan adakah yang tahu kebenarannya?
Ternyata permintaan konfirmasi tersebut ditangkap menjadi berita bagi orang lain.
5. Menyikapi berita apapun, positif atau negatif, cukup kita jadikan pelajaran buat kita agar kita berhati-hati.
6. Tetap menjaga kekompakan dan solidaritas dilingkungan kita, kita ikuti arahan RT / RW kita, kita dengarkan nasehat sesepuh kita karena kita satu lingkungan satu tempat tinggal.
Salam cinta dan kompak selalu.
Siapakah yang kompeten menanganinya? Siapa yang kompeten mengumumkan? Bagaimana kita menyikpinya?
Dalam kondisi seperti ini menurut saya:
1. Menjaga lisan lebih baik. Karena saat ini berita benar bisa dibilang hoax, hoax bisa dibilang berita benar. Maka tatkala kita diam terlepas dari kedua hal tersebut.
2. Laporkan kejadian tersebut kepada instansi yang kompeten dalam hal ini, mulai dari RT, RW, Puskesmas Setempat, bahkan Dinas Kesehatan, untuk memastikan perihal kematian tersebut. Tidak bijak bila kita mengatakan dan memastikan meninggal karena Corona, atau bukan karena Corona sebelum dipastikan instansi terkait. Ini erat kaitannya dengan keselamatan keluarga yang ditinggal terutama lingkungan sekitar dan masyarakat banyak.
3. Pegangan informasi kembalikan kepada yang punya otoritas, yaitu pemerintah, dinas / jawatan, ahli dibidangnya. Sehingga kita tidak kehilangan pedoman.
4. Informasi yang sampai kepada kita cukup kita keep di rumah kita saja. Sebab berapa bantak minta konfirmasi berita ternyata menjadi berita. Contoh :
Ada berita tentang sesuatu di blog E. Pertanyaan adakah yang tahu kebenarannya?
Ternyata permintaan konfirmasi tersebut ditangkap menjadi berita bagi orang lain.
5. Menyikapi berita apapun, positif atau negatif, cukup kita jadikan pelajaran buat kita agar kita berhati-hati.
6. Tetap menjaga kekompakan dan solidaritas dilingkungan kita, kita ikuti arahan RT / RW kita, kita dengarkan nasehat sesepuh kita karena kita satu lingkungan satu tempat tinggal.
Salam cinta dan kompak selalu.
Jumat, 20 Maret 2020
Tadabbur Surat Attin ayat 1-8
Oleh:
Ust. Masturi
Istamar Suhadi, Lc. MPhil
وَالتِّينِ وَالزَّيْتُونِ (1) وَطُورِ سِينِينَ (2) وَهَذَا الْبَلَدِ الْأَمِينِ
(3) لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ (4) ثُمَّ رَدَدْنَاهُ أَسْفَلَ
سَافِلِينَ (5) إِلَّا الَّذِينَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ فَلَهُمْ أَجْرٌ
غَيْرُ مَمْنُونٍ (6) فَمَا يُكَذِّبُكَ بَعْدُ بِالدِّينِ (7) أَلَيْسَ اللَّهُ بِأَحْكَمِ
الْحَاكِمِينَ (8)
Artinya:
1. demi (buah) Tin dan
(buah) Zaitun[1587],
2. dan demi bukit
Sinai[1588],
3. dan demi kota (Mekah)
ini yang aman,
4. Sesungguhnya Kami telah
menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya .
5. kemudian Kami kembalikan
Dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka),
6. kecuali orang-orang yang
beriman dan mengerjakan amal saleh; Maka bagi mereka pahala yang tiada
putus-putusnya.
7. Maka Apakah yang
menyebabkan kamu mendustakan (hari) pembalasan sesudah (adanya
keterangan-keterangan) itu?
8. Bukankah Allah hakim
yang seadil-adilnya?
Mukoddimah
Karakteristik Surat Attin :
Artinya : Buah
Tin
Klasifikasi: Makkiyah
Surah ke : 95
Juz : Juz
30
Jumlah ayat : 8
ayat
Surah At-Tin adalah
surah ke-95 dalam al-Qur'an. Surah ini terdiri atas 8 ayat dan termasuk
golongan surah Makkiyah. Surah ini diturunkan setelah surah Al-Buruj. Nama
At-Tin diambil dari kata At-Tin yang terdapat pada ayat pertama surah ini yang
artinya buah Tin.
Mufrodat / Kosa-Kata
و :
Demi – Qosam / Sumpah
وَالتِّـيْنِ : demi buah Tin
وَالزَّيْـتُوْنِ : dan
(buah) Zaitun
وَطُوْرِ سِيْـنِيْنَ : bukit
Sinai
الْبَلَد الأَمِيْنِ
: negeri (kota)
yang aman ( Makkah ) artinya dan demi kota (Mekah) ini yang aman”
أَحْسَنِ تَقْوِيْم : sebaik-baik
bentuk (kejadian)
أَسْفَلَ سَافِلِيْنَ
: tempat yang
rendah Lebih rendah/paling rendah
رَدَدْنَاهُ : Kami
kembalikan dia, artinya:”Kemudian Kami
kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka)” (5)
أَجْرٌ غَيْرُ مَمْـنُوْنٍ : pahala bukan/tidak terputus
فَمَا يُكَذِّبُكَ بَعْدُ بِالدِّيْنِ: artinya:”Maka
apakah yang menyebabkan kamu mendustakan (hari) pembalasan sesudah (adanya keterangan-keterangan)
itu?” (7)
أَلَيْسَ اللَّهُ بِأَحْكَمِ
الْحَاكِمِيْنَ: Bukankah Allah Hakim
lebih bijaksana/seadil-adilnya
Asbab Nuzul
Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dari al-‘Aufi yang
bersumber dari Ibnu ‘Abbas bahwa firman Allah at-Tiin ayat 5 “kemudian Kami
kembalikan Dia ke tempat yang serendah-rendahnya” mengandung arti dikembalikan
ke tingkat pikun (seperti bayi lagi). Sehubungan dengan hal ini, Rasulullah saw
pernah ditanya tentang kedudukan orang-orang pikun. Maka Allah menurunkan ayat
selanjutnya (at-Tiin ayat 6), yang menegaskan bahwa mereka yang beriman dan
beramal sholeh sebelum pikun, akan mendapat pahala yang tiada putus-putusnya.
قالَ جَلاَلُ الدِّينِ عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ أبي بَكْرٍ السُّيُوطِيُّ (ت:
911هـ): (قوله تعالى: {ثُمَّ رَدَدْنَاهُ أَسْفَلَ سَافِلِينَ}
أخرج ابن جرير من طريق العوفي عن ابن عباس في قوله: {ثُمَّ رَدَدْنَاهُ أَسْفَلَ
سَافِلِينَ} قال: هم نفر ردوا إلى أرذل العمر على عهد رسول الله صلى الله عليه وسلم
فسئل حين سفهت عقولهم، فأنزل الله عذرهم أن لهم أجرهم الذي عملوا قبل أن تذهب عقولهم).
[لباب النقول: 299]
Ma’na Umum Ayat
Allah swt bersumpah dengan sesuatu yang penting, yaitu dengan :
1. Buah tin dan zaitun,
2. Bukit Tursina,
3. Kota mekkah.
Ini menunjukkan keutamaan hal-hal tersebut di atas.
Ini bisa juga ditafsirkan dengan tempat dari ketiga hal yang
disebut, yaitu :
1. Asal buah Tien dan Zaitun, yaitu negeri syam ( Syria, Lebanon, Palestina )
2. Bukit Sinai yaitu sebuah gunung (bukit) tempat Allah
berbicara langsung kepada Nabi Musa as.
3. Kota Makkah diutusnya Nabi Muhammad saw,
Ketiga tempat di atas menunjukkan 3 risalah Allah swt:
Nabi Isa, Nabi Musa, Nabi Muhammad saw. Melalui Rasulullah saw
telah memberi tahukan kepada kita , jalan selamat adalah mengikuti ajaran Allah swt, yaitu Islam. Dan kesengsaraan bagi orang yang mendustakan islam dan tidak
mengikutinya.
Allah swt adalah
hakim yang paling adil, manusia akan mendapatkan balasan sesuai dengan apa yang
telah diusahakannya salama hidup di dunia,
pembalasan itu karena hasil tindakan manusia, dan bukan karena Allah swt berbuat dholim.
Pelajaran
1. Allah swt bersumpah dengan sesuatu yang penting.
2. Sumpah itu untuk menegaskan tentang manusia sebagai makhluk yang paling sempurna.
3. Sumpah itu juga
menegaskan, kemuliaan manusia akan berobah menjadi kehinaan bila tidak diisi dengan iman dan amal sholeh.
4. Jalan
keselamatan adalah dengan mengikuti ajaran islam, sedangkan kesengsaraan adalah
dengan mendustakan ajaran Islam.
5. Allah swt Maha
Adil, balasan baik dan buruk yang diterima oleh manusia adalah hasil dari
tindakannya sendiri.
Penutup
Semoga Allah swt menjadikan kita tetap menjadi
hamba-hamba yang mulia, dan menjaga kita dari kembali ke tempat yang hina di
dunia dan akhirat. Amin
Bahan Bacaan:
Tafsir Atthobari
Tafsir Ibnu katsir
Lubabunnuqul fi
asbabinnuzul
Virus Corona - Menjaga Lebih Baik
by : Masturi Istamar, Lc., M.Phil.,
Dosen dan Penggiat Sosial Kemasyarakatan
Dalam menghadapi polemik masalah berbagai aktivitas yang mengumpulkan orang banyak, termasuk pelaksanaan ritual keagamaan, antara dilaksanakan atau tidak ? Terutama di kalangan umat Islam seperti sholat lima waktu berjamaah di Masjid, bahkan pelaksanaan sholat Jumat, bagimana menyikapinya?
Menurut saya, kita ikuti penetapan 2 pekan 16 Maret 2020 - 30 Maret 2020, yang ditetapkan pemerintah untuk tidak berinteraksi dengan orang banyak. Sehingga selama 2 pekan itu :
1. Tidak berjamaah di masjid dan berjamaah di rumah. Saat inilah sholat di rumah pahalanya lebih banyak daripada di masjid. Belum tentu kesempatan ini datang di waktu yang lain.
2. Tidak Sholat Jumat, karena posisi hifdzunnafsi itu lebih tinggi daripada menegakkan syiar, apalagi yang punya otoritas menyelenggarakan syiar yaitu pemerintah dan ulama sudah menyampaikan fatwanya.
3. Kita tidak ke masjid bukan hanya takut ketularan. Kalau ketularan dan mati, insyaallah mati syahid.
Kalau saya sendiri justru khawatir menulari, karena kita tidak bisa memastikan kita bebas virus. Kalau menulari, yang kita tulari adalah orang beriman. Bisa dibayangkan dosa yang kita tanggung bila kita menulari, yang kita tulari menulari orang lain dan seterusnya.
Bisakah kita menghentikannya? Saya teringat dengan surat An Nur ayat 19.
" Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang amat keji itu tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka azab yang pedih di dunia dan di akhirat. Dan Allah mengetahui, sedang, kamu tidak mengetahui."
Wallahu a'lam.
Dosen dan Penggiat Sosial Kemasyarakatan
Dalam menghadapi polemik masalah berbagai aktivitas yang mengumpulkan orang banyak, termasuk pelaksanaan ritual keagamaan, antara dilaksanakan atau tidak ? Terutama di kalangan umat Islam seperti sholat lima waktu berjamaah di Masjid, bahkan pelaksanaan sholat Jumat, bagimana menyikapinya?
Menurut saya, kita ikuti penetapan 2 pekan 16 Maret 2020 - 30 Maret 2020, yang ditetapkan pemerintah untuk tidak berinteraksi dengan orang banyak. Sehingga selama 2 pekan itu :
1. Tidak berjamaah di masjid dan berjamaah di rumah. Saat inilah sholat di rumah pahalanya lebih banyak daripada di masjid. Belum tentu kesempatan ini datang di waktu yang lain.
2. Tidak Sholat Jumat, karena posisi hifdzunnafsi itu lebih tinggi daripada menegakkan syiar, apalagi yang punya otoritas menyelenggarakan syiar yaitu pemerintah dan ulama sudah menyampaikan fatwanya.
3. Kita tidak ke masjid bukan hanya takut ketularan. Kalau ketularan dan mati, insyaallah mati syahid.
Kalau saya sendiri justru khawatir menulari, karena kita tidak bisa memastikan kita bebas virus. Kalau menulari, yang kita tulari adalah orang beriman. Bisa dibayangkan dosa yang kita tanggung bila kita menulari, yang kita tulari menulari orang lain dan seterusnya.
Bisakah kita menghentikannya? Saya teringat dengan surat An Nur ayat 19.
" Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang amat keji itu tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka azab yang pedih di dunia dan di akhirat. Dan Allah mengetahui, sedang, kamu tidak mengetahui."
Wallahu a'lam.
دعاء تحصين البيوت (Doa Membentengi Rumah)
Dalam suasana menghadapi penyebaran virus Corona - Covid 19 - yang meland dunia secara umum dan negara kita Indonesia secara khusus, maka alangkah baiknya kita baca doa-doa yang membentengi rumah dan keluarga kita. Silahkan di baca, dihafalkan dan dirutinkan untuk dibaca. Semoga Allah swt lindungi rumah kita dan keluarga kita dari semua hal yang buruk dan semua penyakit yang jahat. Amin.
Doa Membentengi Rumah
اللهم املأ بيوتنا
بالعفو والعافية
Ya Allah
penuhilah rumah-rumah kami dengan ampunan
dan kesehatan
اللهم واصرف عن
بيوتنا البلاء وأسباب الشقاء
Ya Allah, jauhkanlah dari rumah-rumah kami bala’
( bahaya ) dan berbagai sebab kesengsaraan.
اللهم اجعل بيوتنا
تمسي وتصبح على ذكرك وشكرك وحسن عبادتك
Ya Allah, jadikanlah rumah-rumah kami sepanjang petang
dan sepnjang pagi dalam suasana berdzikir kepada-Mu, terus bersyukur kepada-Mu
dan melaksanakan ibadah terbaik kepada-Mu
اللهم لا تدع في
بيوتنا ولا بيوت المسلمين هما إلا فرجته
Ya Allah jangan Engkau tingglkan di rumah-rumh kami
dan rumah-rumah orang muslim kesedihan kecuali
Engkau karuniakan jalan keluar
ولا كربا إلا
نفثته
Tidak pula
kesulitan hidup, kecuali Engkau karuniakan solusi.
ولا مريضا إلا
شفيته
Tidak pula sakit kecuali Engkau karuniakan kesembuhan
ولا مبتلى إلا
عافيته
Tidak pula ujian hidup, kecuali Engkau karuniakan kemudahan
ولا غائبا إلا
رددته
Tidak pula orang yang bepergin,
kecuali Engkau kembalikan dalam keadaan
selamat
ولا ولدا إلا
أصلحته
Tidak pula anak-anak kecuali Engkau jadikan mereka
sholih dan sholihah
ولا والدا إلا
وفقته
Tidak pula
orang tua, kecuali Engkau mudahkan mereka untuk mendidik anak-anak
ولا مريضا إلا
شفيته
Tidak pula
orang sakit, keculi Engku karuniakan kesembuhan
ولا دينا إلا
قضيته
Tidak pul
hutng,kecuali Engkau mudahkan membayarnya
ولا عقيما إلا
وهبته
Tidak pula
orang mandul, kecuali Engkau karunikan
kepdanya keturunan
برحمتك وجودك
وعطائك
Dengan
segala kasih sayang-Mu, kedermawan-Mu dan karunia-Mu
يا أكرم الأكرمين
Wahai Dzat
yang Maha Pemurah
Rabu, 11 Maret 2020
Mengidentifikasi Aliran Sesat
Betapa
banyak peristiwa yang menyita perhatian kita semua sebagai bangsa Indonesia.
Apalagi sebagai umat Islam. Karena semua peristiwa ini seakan menjadi PR bagi
umat Islam yang harus diselesaikan. PR yang silih berganti, belum selesai satu
PR sudah ada PR yang baru. Ditambah lagi kondisi internal umat Islam sendiri
sedang acak-acakan. Tidak kompak, tidak menyatu ditambah berbagai macam masalah
yang tidak bisa diselesaikan.
Baru
kemarin 14 Januari 2016 terjadi peledakan bom. Seakan semua mata mengarah kepada Umat Islam. Semua
telunuk seakan menuding umat Islam sebagai pelakunya. Wallahul musta’an. Saat ini juga marak
kebejatan moral dengan munculnya LGBT secara demonstrative di masyarakat. Semua
masmedia membicarakan dan menjadikannya headline. Sebelum itu semua isu
Gerakan Fajar Nusantara ( GAFATAR ), yang disinyalir merupakan aliran yang menyimpang
dari Islam, tapi mengaku Islam.
Mendeteksi Penyelewengan
Bagaimana
kita mengenal sebuah kelompok, atau komunitas itu menyeleweng dari ajaran Islam
atau tidak?
Dalam
kehidupan bermasyarakat, ketika kita perhatikan ada dua sisi penting yang ada
pada mereka, yaitu :
1. Mafahim ( paradigm / pola pikir )
2. Suluk ( perilaku / tindakan )
Dua
hal ini adalah satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Keduanya saling
mempengaruhi dan saling mewarnai. Dalam hal yang benar seseorang yang berpola pikir
benar, maka akan menjadikan perilakunya benar. Orang yang berperilaku
salah, kebanyakan dikarenakan pola pikir
yang salah juga.
Dalam kesalahan, pola pikir yang salah lebih bahaya
daripada orang yang berperilaku yang salah.
Orang
yang berpola pikir benar, namun dalam perilakunya salah, maka ia
mudah untuk diingatkan dan diperbaiki. Karena pola pikirnya benar, dan
perilakunya salah. Karena ia merasa tindakannya yang salah sehingga
perilakunya disesuaikan dengan pola
pikir yang benar tadi. Sebaliknya, orang yang berpola pikir salah, tapi perilakunya
benar, maka ia melakukan amal tersebut bukan karena kesadaran. Tetapi karena
kondisi, ikut-ikutan dan seterusnya, sehingga suatu saat perilakunya yang benar
itu akan dia tinggalkan mengikuti pola pikirnya yang salah. Sehingga
kerusakan pola pikir lebih berbahaya daripada kerusakan perilaku. Walaupun
secara kasat mata kerusakan perilaku kelihatan
kerusakannya besar. Seperti kerusakan materi, lingkungan dan seterusnya.
Bagaimana
mengenal seseorang, sebuah komunitas atau kelompok itu menyeleweng atau tidak. Hal
ini bisa kita lihat dari kedua sisi di atas, yaitu dari mafahim/paradigm
berpikirnya dan suluk atau perilakunya. Apabila terindikasi berbeda dengan pokok-pokok ( ushul Islam )
maka ia menyeleweng. Bila menyeleweng
maka sebenarnya ia sudah keluar dari Islam.
Pertama
: Dari sisi mafahim.
Mafahim
yang dilihat di sini ada dua mafahim (
pola piker ).
Pertama
: Pola piker akidah ( mafahim aqidah ).
Islam memiliki mafahim aqidah islamiyah
yang jelas, dan tidak samar.
Dengan mudah orang akan mengetahuinya dan mengenalinya. Ushul Aqidah Islam adalah hal yang
aksiomatik, yang mudah diketahui oleh
kebanyakan umat Islam, sekalipun ia bukan seorang ulama Islam. Ushul
Aqidah islam ini terjelma dalam rukun Iman.
Rukun
Iman ada enam, yaitu: 1. Iman kepada Allah swt
2. Iman kepada hari akhir. 3. Iman kepada para Malaikat Allah swt 4. Iman
kepada kitab-kitab Allah swt. 5.Iman kepada Para Rasul Allah swt. 6. Iman kepada Qodho dan Qodar.
Ini
adalah merupakan ushul, atau pokok keimanan ajaran Islam. Apabila ada orang,
atau komunitas atau kelompok yang mengingkari salah satu dari rukun Iman ini,
maka bukan merupakan perbedaan yang dibolehkan. Bila berbeda, berarti beda
agama.
Dengan
melihat dari sisi Pokok Akidah ini, maka
dengan mudah kita akan mendapatkan, itu sesat atau tidak.
Kedua
: Mafahim Minhaj Islamy ( cara pandang terhadap Islam )
Allah
swt dan Rasul-Nya menyuruh kepada kita untuk menjadikan Islam sebagai:
1. Jalan
Hidup, yang menjadikan kehidupan kita harus
mengikuti rel-rel Islam.
2. Arah
hidup, yaitu menjadikan Islam sebagai patokan untuk menjalani kehidupan Ini.
Allah swt berfirman: “ Masuklah kamu
ke dalam Islam secara keseluruhan.”
“ Apakah kalian beriman dengan
sebagian isi Al Quran dan kafir dengan sebagian yang lain?. Apakah kalian tidak
berpikir?”
“ Katakanlah, sesungguhnya sholatku,
ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah
untuk Allah semata.”
Rasulullah saw mengajarkan kepada
kita hidup dalam Islam. Mulai bangun tidur kita di ajarkan berdoa. Sampai tidur lagi, kita diajarkan berdoa. Mulai dari bangun tidur, sampai tidur lagi itulah aktivitas
kita. Dan semua aktivitas itu diatur oleh Islam. Sehingga Islam adalah system kehidupan itu
sendiri. Apabila ada orang yang tidak menjadikan Islam seperti ini,
maka ia akan sesat dan akan berujung kepada kesesatan.
Misalnya: orang menganggap bahwa Islam itu hanya di
mesjid. Di luar masjid tidak mesti Islam. Maka nanti yang terjadi
adalah ketika di masjid khusyu sholat, namun ketika di luar bisa saja mabuk.
Seperti ungkapan , “ Ibadah ya
ibadah, bisnis ya bisnis.” Artinya adalah ketika kita sholat di masjid harus khusyu, namun ketika
bisnis yang penting adalah untung apapun caranya. Halal haram hantam saja. Mafahim yang sesat ini akan menyesatkan ke mana-mana.
Bagaimana
kita mengetahui mafahim seseorang? Padahal ia adalah merupakan hal yang abstrak
dan tidak bisa dilihat?
Kita
bisa mengetahuinya dengan melalui beberapa hal berikut:
a. Dengan
berdialog
b. Dengan
mendengarkan pidato atau ceramahnya.
c. Melalui
tulisannya di majalah atau bulletin
d. Melalui buku karangannya.
Dengan
melalui media-media di atas, maka kita akan tahu dengan mudah paradigm (
mafahim seseorang )
Sisi yang
kedua : Dengan melihat suluk atau perilakunya.
Perilaku
akan mudah untuk diketahui, karena ia
kelihatan dan Nampak kasat mata. Suluk atau perilaku yang
dilihat ada 3:
a. Suluk
Taabbudy ( tatacara peribadatan ), yaitu tata cara peribadatan
b. Suluk
ijtima’iy ( perilaku social )
c. Suluk
Akhlaqy, perilaku akhlaq atau moral.
Perilaku
peribadatan .
Islam
memiliki perilaku peribadatan yang sudah ditetapkan oleh Syariat. Ushul atau
pokok peribadatan dalam Islam terjelma dalam rukun Islam. Rukun Islam yang lima sudah kita kenal semuanya. Rukun
Islam itu:
1. Membaca
dua kalimah syahadat
2. Mendirikan
sholat
3. Melaksanakan
puasa Ramadhan
4. Membayar
Zakat
5. Melaksanakan
Haji bagi yang mampu.
Pokok-pokok
peribadatan Islam ini merupakan hal yang mudah untuk dikenali, sekalipun oleh
orang awam sekalipun.
Bila
ada orang, atau komunitas atau kelompok, mengingkari atau tidak melaksanakan
salah satu dari rukun ini, maka ia jelas sesat. Bahkan kafir.
Yang
kedua dari suluk adalah suluk ijtimaiy,
yaitu perilaku social dan komunikasi dengan sesame manusia. Islam mengajarkan
kepada kita pokok perilaku social yang harus kita laksanakan. Ini terjelma
dalam kandungan Syariat Islam dalam Muamalah. Seperti hubungan laki-laki dan perempuan yang dihalalkan
hanya melalui pernikahan. Dibolehkannya jual-beli dan diharamkannya riba. Orang
menghutang harus membayar, sekalipun yang dihutangi itu orang berbeda akidah.
Dan lain sebagainya.
Apabila
ada orang, komunitas, kelompok yang melanggar hal di atas, seperti membolehkan zina, atau membolehkan
riba, membolehkan menipu yang penting bukan kelompok sendiri, maka ia telah melanggar muamalah Islamiyah. Apabila
mereka membolehkan melanggar hal-hal di atas maka telah sesat.
Yang ketiga dari suluk itu adalah
suluk akhlaqy, atau perilaku akhlaq.
Pokok-pokok
akhlaq sangat mudah diketahui oleh semua
umat Islam. Karena ia adalah merupakan hal yang aksiomatik. Pokok-pokok akhlaq ini antara lain adalah:
Haram
minum khomr, diharamkannya zina, diharamkannya mencuri, diharamkannya membunuh
dan lain sebagainya.
Hal-hal
tersebut adalah merupakan ushul akhlaq yang semua umat Islam sudah
mengetahuinya. Bila ada orang, atau komunitas menghalalkan hal-hal di atas, seperti membolehkan membunuh, maka jelas ia
bukan ajaran Islam. Dengan demikian dengan mudah kita akan mengetahui benar dan
salahnya sebuah ajaran bila diukur dengan ajaran Islam.
Demikianlah,
semoga kita bisa memahaminya dengan baik. Jangan sampai kita dan masyarakat
terjerumus dalam kesesatan, sementara tidak menyadarinya bahkan sebaliknya
merasa benar. Amin
Bagaimana aliran-aliran sesat itu menyesatkan seorang muslim?
Mereka
menyesatkan dengan melalui 3 hal:
Pertama: Dengan menghilangkan logic. Kebanyakan aliran sesat, ajarannya tidak
logis, dan para pengikutnya tidak menggunakan logikanya. Karena memang sengaja
dihilangkan peran logika itu. Karena logika itu dipakai, maka runtuhlah ajaran
sesat itu. Misalnya dengan menghilangkan kesadaran otaknya. Atau dengan
mengatakan, agama jangan dilogikakan, kalau agama dilogikakan akan sesat. Dan
seterusnya. Padahal logika ( akal ) adalah salah satu dasar dari taklif (
tuntutan syariat). Dan senantiasa mendampingi syariat setiap saat, dan tidak
pernah terlepas dari syariat.
Kedua: Dengan meningkatkan peran perasaan, karena perasaan itu tidak ada
ukurannya dan tidak ada batasnya. Dan perasaan menjadi sandaran doktrin dan
ajaran. Apalagi bila perasaan itu tidak dilandasi dengan logika. Perasaan
ini seperti perasaan cinta, perasaan benci, perasaan marah, perasaan
dendam dan seterusnya. Perasaan-perasaan di atas kalau dibiarkan liar tanpa
pengawalan logika dan ilmu syariat, maka akan rusak dan merusak.
Ketiga: Dengan menjauhkan dari ulum syar’iyyah dan para ulama.
Ilmu
syariah dan ulama dijauhkan dengan berbagai alas an. Seperti saya tidak
berbicara menurut fikih, menurut hadist, menurut tafsir dan lain sebagainya.
Alasannya fikih pasti ada perbedaan pendapat. Hadist ada yang shohih ada yang
dhoif. Tafsir, semua orang punya penafsiran yan berbeda. Begitu juga dijauhkan dari para ulama. Alasan mereka
berbicara dengan menggunakan hati. Karena
semua orang punya hati. Sehingga tidak akan berbeda. Padahal ilmu-ilmu
syariat tadi dikodifikasi oleh para ulama dalam rangka untuk menjaga syariat.
Oleh karena itu, gunakan selalu logika. Karena
logika adalah landasan agama. Logika lah yang dibimbing wahyu. Bukan
menghilangkan logika. Jadikan
perasaan itu dibimbing oleh logika dan wahyu, bukan dibiarkan liar, tanpai
bimbingan logika dan wahyu. Karena perasaan itu
tidak ada batasnya. Ulum syariyyah fikih, hadist, ushul fiqih, tafsir,
ulumul quran dan para ulama harus
dilibatkan. Bila tidak hasilnya adalah sesat.
Langganan:
Postingan (Atom)