( Refleksi Kemerdekaan RI Ke 72 – 17 Agustus 2017 )
Dalam membersamai kedatangan hari kemerdekaan negara kita yang ke 72 ini, di tengah berbagai aktivitas keramaian memperingati kemerdekaan ini alangkah baiknya kita gunakan untuk merenungkan kembali kondisi kita. Cara terbaik merefleksikan kondisi kita dengan mengambil pelajaran dari kitab Suci Al Quran yang menjadi sumber dan inspirasi kehidupan umat Islam.
Refleksi ini kita ambil dari renungan kita terhadap Firman Allah swt dalam surat Ibrahim ayat 34 – 37. Allah swt berfirman:
وَآتَاكُم مِّن كُلِّ مَا سَأَلْتُمُوهُ ۚ وَإِن تَعُدُّوا نِعْمَتَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا ۗ إِنَّ الْإِنسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ (34) وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَٰذَا الْبَلَدَ آمِنًا وَاجْنُبْنِي وَبَنِيَّ أَن نَّعْبُدَ الْأَصْنَامَ (35) رَبِّ إِنَّهُنَّ أَضْلَلْنَ كَثِيرًا مِّنَ النَّاسِ ۖ فَمَن تَبِعَنِي فَإِنَّهُ مِنِّي ۖ وَمَنْ عَصَانِي فَإِنَّكَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ (36) رَّبَّنَا إِنِّي أَسْكَنتُ مِن ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ غَيْرِ ذِي زَرْعٍ عِندَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُوا الصَّلَاةَ فَاجْعَلْ أَفْئِدَةً مِّنَ النَّاسِ تَهْوِي إِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُم مِّنَ الثَّمَرَاتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُونَ (37
34. Dan Dia telah memberikan kepadamu segala apa yang kamu mohonkan kepada-Nya. Jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya. Sungguh, manusia itu sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).
35. Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdoa, “Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku agar tidak menyembah berhala.
36. Ya Tuhanku, berhala-berhala itu telah menyesatkan banyak dari manusia[3]. Barang siapa mengikutiku[4], maka orang itu termasuk golonganku, dan barang siapa mendurhakaiku, maka Engkau Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
37. Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, Ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan berilah mereka rezeki dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.
38. Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau mengetahui apa yang kami sembunyikan dan apa yang kami tampakkan; dan tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi bagi Allah, baik yang ada di bumi maupun yang ada di langit. ( Surat Ibrahim 33-37)
Dalam ayat-ayat di atas mengisahkan tentang Nabi Ibrahim a.s. dan keluarganya yang Allah swt utus sebagai seorang Nabi dan Rasul. Keteladanan yang mengajarkan kepada kita tentang kehidupan secara luas.
Nabi Ibrahim diperintah oleh Allah swt untuk membawa Sayyidah Hajar a.s. sang Istri dan bayi Ismail .a.s. ke tengah padang pasir yang tandus, tidak ada air, tidak ada manusia, tidak ada tumbuhan, tidak ada makanan, yang kelak menjadi sebuah kota yang disebut Mekkah hingga saat ini.
Pilar Kelangsungan Sebuah Negara
Yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim dan keluarganya ternyata adalah proses membentuk sebuah negara. Dan bagaimana pondasi yang harus diletakkan untuk kelangsungan sebuah negara. Negara yang benar pondasinya, benar aktivitasnya, kuat jalinan sosialnya, sejahtera kondisinya dan panjang sejarahnya. Dari ayat-ayat di atas kita bisa mendapatkan pondasi sebuah negara adalah:
Pertama : Ideologi
Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdoa, “Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku agar tidak menyembah berhala. [ Q,s, Ibrahim : 35].
Sebelum meletakkan anak dan istrinya di tengah padang pasir, Nabi Ibrahim a.s. meletakkan sebuah dasar Tauhid yaitu Mengesakan Allah swt dan menjauhkan sejauh-jauhnya kesyirikan menyekutukan Allah swt. Tauhid adalah pondasi ideologis dan kesyirikan adalah perusak dari ideology tersebut.
Kedua : Aktivitas Yang Menjaga Kelangsungan Ideologi
Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, Ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat … ( Q.s. Ibrahim 37 )
Ideologi adalah pondasi yang akan hancur dan tergerus bila tidak dijaga setiap saat. Tauhid adalah ideology, syirik adalah perusak yang menggerogoti dari pondasi tersebut. Maka Sholat adalah aktivitas yang menjaga ideology tersebut. Oleh karena itu, maka Nabi Ibrahim mengusahakan agar keluarganya anak-cucu dan keturunannya agar menegakkan sholat. Bila sholat tidak ditegakkan, maka tauhid akan lenyap, ideology akan tergerus. Kehancuran akan menjadi sebuah keniscayaan.
Ketiga : Kesholehan Sosial
….maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka ….( Q.s. Ibrahim 37 )
Berikutnya yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim adalah menjadikan keluarga dan keturunannya menjadi orang-orang yang berakhlak mulia. Sehingga menjadi pribadi yang menarik. Siapa yang memandangnya menjadi tertarik, sayang, hormat, setia dan akan senang bersama mereka, dilingkungan mereka, beraktivitas bersama mereka. Karena mereka adalah pribadi-pribadi yang memang menarik. Bila kesolehan social ini terbentuk, maka orang-orang yang tidak soleh, aktivitas yang tidak sholeh, dan kondisi yang tidak sholeh akan menjauh sejauh-jauhnya, dan akan tersingkir dengan sendirinya.
Keempat : Jaminan Kesejahteraan Materi
….dan berilah mereka rezeki dari buah-buahan …. ( Q.s. Ibrahim 37 )
Yang harus diperhatikan untuk kelangsungan sebuah negara adalah kesejahteraan materi yang dinikmati bersama oleh semua penduduknya.
Semua warga negara agar berusaha seoptimal mungkin untuk mewujudkan kesejahteraan materi ini. Sehingga kesejahteraan materi ini bisa mereka raih. Kemudian kesejahteraan materi ini harus dinikmati bersama oleh semua penduduk negeri dengan adil. Tidak boleh kesejahteraan negeri itu dinikmati oleh sebagian orang, dan tidak bisa dinikmati oleh sebagian yang lain. Kebersamaan mereka dalam menikmati kesejahteraan adalah jaminan untuk stabilitas social negara tersebut.
Mungkinkah hal ini terwujudkan? Sangat mungkin sekali, karena kesejahteraan ini diwujudkan di atas pondasi ideologis yang kuat, yaitu tauhid yang dijaga dengan aktivitas sholat, dikawal dengan kesholehan social. Maka kesejahteraan akan bisa dinikmati bersama secara adil oleh seluruh warga negara.
Kelima : Senantiasa bersyukur
….mudah-mudahan mereka bersyukur. ( Q.s. Ibrahim 37 )
Pilar berikutnya adalah bersyukur atas karunia Allah swt, syukur atas :
- pondasi ideologis yang kuat, yaitu tauhid
- aktivitas yang menjaga keutuhan ideologis, yaitu sholat
- perilaku yang baik yang menjaga kesolidan social, yaitu akhlak
- kenikmatan dan kesejahteraan materi yang mereka dapatkan
Kesyukuran atas pondasi ideologis akan menjadikan seluruh warga negara mengingat selalu apa yang mengabadikan eksistensi mereka. Wujudnya sebuah negara adalah ideologinya,bila ideology itu hancur, maka hancurlah negara itu.
Kesyukuran atas aktivitas yang menjaga keutuhan ideologis, yaitu sholat dengan senantiasa mendirikan dan menegakkannya selalu. Karena dengan menegakkannya maka ideology akan terjaga, bila tidak ditegakkan, maka akan hancurlah ideology itu. Yang berarti musnahnya entitas negara tersebut.
Kesyukuran kesolidan social, yaitu semua warga negara mengusahakan dirinya untuk menjadi pribadi yang menarik. Yaitu pribadi yang bermoral. Menjauhkan dirinya dari berbuat dholim. Kedzoliman berusaha dijauhkan dari pribadi, keluarga dan masyarakat.
Kesyukuran atas kenikmatan dan kesejahteraan materi yang mereka dapatkan dengan berbagi dengan orang yang tidak mendapatkan. Karena kondisi warga negara berbeda-beda. Yang membedakan mereka itu adalah taqdir. Masing-masing orang harus ikhlas, menerima, rela menjalaninya dengan senang hati. Sehingga perbedaan kondisi ini pasti terjadi. Orang yang mendapatkan kesejahteraan lebih, mensyukurinya dengan berbagi kepada orang yang Allah swt takdirkan tidak bisa mendapatkannya.
Maka dengan mensyukuri semua hal di atas, akan menjaga kelangsungan sebuah negara. Maka akan tercipta kondisi seperti yang dikisahkan Al Quran Negeri Saba yang makmur sebelum dihancurkan karena kekafiran mereka:
بلدة طيبة ورب غفور
“ Sebuah negara yang baik dan Tuhan Yang Maha Pengampun”
Semoga kita semua bisa mengambil pelajaran dari kisah di atas. Amin
Kesimpulan
Pilar kelangsungan sebuah negara, yaitu: Ideologi, Aktivitas yang menjaga ideology, kesholehan social, kecukupan materi, kesyukuran
Kelima hal di atas harus wujud. Itulah yang akan menjadi pilar kelangsungan sebuah negara baldatun thoyyibatun wa robbun ghofur.
Kita sebagai bangsa Indonesia dan umat Islam yang NKRI menjadi semangat kita dalam bernegara, maka kelima hal di atas harus kita terapkan dalam diri, keluarga dan masyarakat muslim kita. Karena itu yang akan menjamin kelangsungan negara ini. Bila tidak semua akan berlalu dan hilang seperti negara-negara dan peradaban yang pernah wujud. Dulu ada Imperium Romawi, Persi, Mesir, India, Cina, Saba, Majapahit, Sriwijaya, Kutai dan seterusnya. Semua sudah hilang, berlalu tanpa ada yang tertinggal dan tidak akan pernah kembali lagi.
Hal yang sama juga akan terjadi pada NKRI kita bila kita tidak menyadari hal ini. Usia 72 tahun untuk sebuah peradabaan itu sangat pendek. Bila kita tidak menjaganya seperti yang saya sebutkan pilar-pilarnya di atas, maka ia akan menjadi sejarah seperti yang lain.
Semoga Allah swt memberikan kesadaran kepada kita, masyarakat kita dan semua umat Islam. Sehingga tercipta baldatun thoyyibatun wa robbun ghofur. amin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar