Rabu, 11 Maret 2020

Mengidentifikasi Aliran Sesat


Betapa banyak peristiwa yang menyita perhatian kita semua sebagai bangsa Indonesia. Apalagi sebagai umat Islam. Karena semua peristiwa ini seakan menjadi PR bagi umat Islam yang harus diselesaikan. PR yang silih berganti, belum selesai satu PR sudah ada PR yang baru. Ditambah lagi kondisi internal umat Islam sendiri sedang acak-acakan. Tidak kompak, tidak menyatu ditambah berbagai macam masalah yang tidak bisa diselesaikan.
Baru kemarin 14 Januari 2016 terjadi peledakan bom. Seakan  semua mata mengarah kepada Umat Islam. Semua telunuk seakan menuding umat Islam sebagai pelakunya. Wallahul musta’an. Saat ini juga marak kebejatan moral dengan munculnya LGBT secara demonstrative di masyarakat. Semua masmedia membicarakan dan menjadikannya headline.  Sebelum  itu semua isu Gerakan Fajar Nusantara ( GAFATAR ), yang disinyalir merupakan aliran yang menyimpang dari Islam, tapi mengaku Islam.

Mendeteksi Penyelewengan
Bagaimana kita mengenal sebuah kelompok, atau komunitas itu menyeleweng dari ajaran Islam atau tidak?
Dalam kehidupan bermasyarakat, ketika kita perhatikan ada dua sisi penting yang ada pada mereka, yaitu :
1.        Mafahim ( paradigm /  pola pikir )
2.        Suluk ( perilaku / tindakan )
Dua hal ini adalah satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Keduanya saling mempengaruhi dan saling mewarnai.  Dalam  hal yang benar seseorang yang berpola pikir benar, maka akan menjadikan perilakunya benar. Orang yang berperilaku salah,  kebanyakan dikarenakan pola pikir yang salah juga.
Dalam  kesalahan, pola pikir yang salah lebih bahaya daripada orang yang berperilaku yang salah.
Orang yang  berpola pikir  benar, namun dalam perilakunya salah, maka ia mudah untuk diingatkan dan diperbaiki. Karena pola pikirnya benar, dan perilakunya salah. Karena ia merasa tindakannya yang salah sehingga perilakunya  disesuaikan dengan pola pikir  yang benar tadi.  Sebaliknya, orang yang berpola pikir salah, tapi perilakunya benar, maka ia melakukan amal tersebut bukan karena kesadaran. Tetapi karena kondisi, ikut-ikutan dan seterusnya, sehingga suatu saat perilakunya yang benar itu akan dia tinggalkan mengikuti pola pikirnya yang salah. Sehingga kerusakan pola pikir lebih berbahaya daripada kerusakan perilaku. Walaupun secara kasat mata kerusakan perilaku kelihatan  kerusakannya besar. Seperti kerusakan materi, lingkungan dan seterusnya.
Bagaimana mengenal seseorang, sebuah komunitas atau kelompok itu menyeleweng atau tidak. Hal ini bisa kita lihat dari kedua sisi di atas, yaitu dari mafahim/paradigm berpikirnya dan suluk atau perilakunya.  Apabila terindikasi berbeda dengan pokok-pokok ( ushul Islam ) maka ia  menyeleweng. Bila menyeleweng maka sebenarnya ia sudah keluar dari Islam.
Pertama : Dari sisi mafahim.
Mafahim yang dilihat di sini  ada dua mafahim ( pola piker ).
Pertama : Pola piker akidah  ( mafahim aqidah ). Islam memiliki mafahim aqidah islamiyah  yang  jelas, dan tidak samar. Dengan mudah orang akan mengetahuinya dan mengenalinya.   Ushul Aqidah Islam adalah hal yang aksiomatik, yang mudah diketahui oleh  kebanyakan umat Islam, sekalipun ia bukan seorang ulama Islam. Ushul Aqidah islam ini terjelma dalam rukun Iman. 
Rukun Iman ada enam, yaitu: 1. Iman kepada Allah swt  2. Iman kepada hari akhir. 3. Iman kepada para Malaikat Allah swt 4. Iman kepada kitab-kitab Allah swt. 5.Iman kepada Para Rasul  Allah swt. 6. Iman kepada Qodho dan Qodar.
Ini adalah merupakan ushul, atau pokok keimanan ajaran Islam. Apabila ada orang, atau komunitas atau kelompok yang mengingkari salah satu dari rukun Iman ini, maka bukan merupakan perbedaan yang dibolehkan. Bila berbeda, berarti beda agama.
Dengan melihat dari sisi  Pokok Akidah ini, maka dengan mudah kita akan mendapatkan, itu sesat atau tidak.

Kedua : Mafahim Minhaj Islamy ( cara pandang terhadap Islam )
Allah swt dan Rasul-Nya menyuruh kepada kita untuk menjadikan Islam sebagai:
1.    Jalan Hidup, yang menjadikan kehidupan kita harus  mengikuti rel-rel Islam.
2.    Arah hidup, yaitu menjadikan Islam sebagai patokan untuk menjalani kehidupan Ini.
Allah swt berfirman: “ Masuklah  kamu  ke dalam Islam secara keseluruhan.”
“ Apakah kalian beriman dengan sebagian isi Al Quran dan kafir dengan sebagian yang lain?. Apakah kalian tidak berpikir?”
“ Katakanlah, sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku dan matiku  hanyalah untuk Allah semata.”
Rasulullah saw mengajarkan kepada kita hidup dalam Islam. Mulai bangun tidur kita di ajarkan berdoa.  Sampai tidur lagi, kita diajarkan berdoa.  Mulai dari bangun tidur, sampai tidur lagi itulah aktivitas kita. Dan  semua aktivitas itu  diatur oleh Islam.  Sehingga Islam adalah system kehidupan itu sendiri. Apabila ada orang yang tidak menjadikan Islam seperti ini, maka ia akan sesat dan akan berujung kepada kesesatan.
Misalnya:   orang menganggap bahwa Islam itu hanya di mesjid. Di luar masjid tidak mesti Islam.   Maka nanti yang terjadi adalah ketika di masjid khusyu sholat, namun ketika di  luar bisa saja mabuk.
Seperti ungkapan , “ Ibadah ya ibadah, bisnis ya bisnis.” Artinya adalah ketika kita  sholat di masjid harus khusyu, namun ketika bisnis yang penting adalah untung apapun caranya. Halal haram hantam saja.  Mafahim yang sesat ini akan menyesatkan  ke mana-mana.
Bagaimana kita mengetahui mafahim seseorang? Padahal ia adalah merupakan hal yang abstrak dan tidak bisa dilihat?
Kita bisa mengetahuinya dengan melalui beberapa hal berikut:
a.     Dengan berdialog
b.    Dengan mendengarkan pidato atau ceramahnya.
c.     Melalui tulisannya  di majalah atau bulletin
d.    Melalui  buku karangannya.
Dengan melalui media-media di atas, maka kita akan tahu dengan mudah paradigm ( mafahim seseorang )

Sisi yang kedua : Dengan melihat suluk atau perilakunya.
Perilaku akan mudah  untuk diketahui, karena ia kelihatan dan Nampak kasat mata.  Suluk atau perilaku yang dilihat ada 3:
a.     Suluk Taabbudy ( tatacara peribadatan ), yaitu tata cara peribadatan
b.    Suluk ijtima’iy ( perilaku social )
c.     Suluk Akhlaqy, perilaku akhlaq atau moral.
Perilaku peribadatan .
Islam memiliki perilaku peribadatan yang sudah ditetapkan oleh Syariat. Ushul atau pokok peribadatan dalam Islam terjelma dalam rukun Islam. Rukun Islam  yang lima sudah kita kenal semuanya. Rukun Islam  itu:
1.    Membaca dua kalimah syahadat
2.    Mendirikan sholat
3.    Melaksanakan puasa Ramadhan
4.    Membayar Zakat
5.    Melaksanakan Haji bagi yang mampu.
Pokok-pokok peribadatan Islam ini merupakan hal yang mudah untuk dikenali, sekalipun oleh orang awam  sekalipun.
Bila ada orang, atau komunitas atau kelompok, mengingkari atau tidak melaksanakan salah satu dari rukun ini, maka ia jelas sesat. Bahkan kafir.

Yang kedua  dari suluk adalah suluk ijtimaiy, yaitu perilaku social dan komunikasi dengan sesame manusia. Islam mengajarkan kepada kita pokok perilaku social yang harus kita laksanakan. Ini terjelma dalam kandungan Syariat Islam dalam Muamalah.  Seperti hubungan laki-laki dan perempuan yang dihalalkan hanya melalui pernikahan. Dibolehkannya jual-beli dan diharamkannya riba. Orang menghutang harus membayar, sekalipun yang dihutangi itu orang berbeda akidah. Dan lain sebagainya.
Apabila ada orang, komunitas, kelompok yang melanggar hal di atas,  seperti membolehkan zina, atau membolehkan riba, membolehkan menipu yang penting bukan kelompok sendiri, maka  ia telah melanggar muamalah Islamiyah.  Apabila  mereka membolehkan melanggar hal-hal di atas maka telah sesat.

Yang ketiga  dari suluk itu adalah suluk akhlaqy, atau perilaku akhlaq.
Pokok-pokok akhlaq  sangat mudah diketahui oleh semua umat Islam. Karena ia adalah merupakan hal yang aksiomatik.  Pokok-pokok akhlaq ini antara lain adalah:
Haram minum khomr, diharamkannya zina, diharamkannya mencuri, diharamkannya membunuh dan lain sebagainya.
Hal-hal tersebut adalah merupakan ushul akhlaq yang semua umat Islam sudah mengetahuinya.   Bila ada orang, atau komunitas menghalalkan hal-hal di atas,  seperti membolehkan membunuh, maka jelas ia bukan ajaran Islam.  Dengan demikian  dengan mudah kita akan mengetahui benar dan salahnya sebuah ajaran bila diukur dengan ajaran Islam.
Demikianlah, semoga kita bisa memahaminya dengan baik. Jangan sampai kita dan masyarakat terjerumus dalam kesesatan, sementara tidak menyadarinya bahkan sebaliknya merasa benar. Amin



Bagaimana aliran-aliran sesat itu menyesatkan seorang muslim? 
Mereka menyesatkan dengan melalui 3 hal:
Pertama: Dengan menghilangkan logic. Kebanyakan aliran sesat, ajarannya tidak logis, dan para pengikutnya tidak menggunakan logikanya. Karena memang sengaja dihilangkan peran logika itu. Karena logika itu dipakai, maka runtuhlah ajaran sesat itu. Misalnya dengan menghilangkan kesadaran otaknya. Atau dengan mengatakan, agama jangan dilogikakan, kalau agama dilogikakan akan sesat. Dan seterusnya. Padahal logika ( akal ) adalah salah satu dasar dari taklif ( tuntutan syariat). Dan senantiasa mendampingi syariat setiap saat, dan tidak pernah terlepas dari syariat.
Kedua: Dengan meningkatkan peran perasaan, karena perasaan itu tidak ada ukurannya dan tidak ada batasnya. Dan perasaan menjadi sandaran doktrin dan ajaran. Apalagi bila perasaan itu tidak dilandasi dengan logika.  Perasaan  ini seperti perasaan cinta, perasaan benci, perasaan marah, perasaan dendam dan seterusnya. Perasaan-perasaan di atas kalau dibiarkan liar tanpa pengawalan logika dan ilmu syariat, maka akan rusak dan merusak.
Ketiga: Dengan menjauhkan dari ulum syar’iyyah dan para ulama.
Ilmu syariah dan ulama dijauhkan dengan berbagai alas an. Seperti saya tidak berbicara menurut fikih, menurut hadist, menurut tafsir dan lain sebagainya. Alasannya fikih pasti ada perbedaan pendapat. Hadist ada yang shohih ada yang dhoif. Tafsir, semua orang punya penafsiran yan berbeda.  Begitu juga dijauhkan dari para ulama. Alasan mereka berbicara dengan menggunakan hati. Karena  semua orang punya hati. Sehingga tidak akan berbeda. Padahal ilmu-ilmu syariat tadi dikodifikasi oleh para ulama dalam rangka untuk menjaga syariat.  
Oleh karena itu, gunakan selalu logika. Karena logika adalah landasan agama. Logika lah yang dibimbing wahyu. Bukan menghilangkan logika. Jadikan perasaan itu dibimbing oleh logika dan wahyu, bukan dibiarkan liar, tanpai bimbingan logika dan wahyu. Karena perasaan itu  tidak ada batasnya. Ulum syariyyah fikih, hadist, ushul fiqih, tafsir, ulumul quran dan  para ulama harus dilibatkan. Bila tidak hasilnya adalah sesat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar