Ketika
Allah menjadikan Umat Islam sebagai Umat yang terbaik:
كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ
بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَلَوْ
آمَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ مِنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ
وَأَكْثَرُهُمُ الْفَاسِقُونَ
“
Kalian adalah umat yang terbaik yang dikeluarkan untuk manusia.”
Dan
menjadi umat yang menjadi saksi atas
semua manusia:
(( وَكَذَلِكَ
جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطًا لِتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُونَ
الرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيدًا ))
البقرة: 143
Agar
kalian semua menjadi saksi atas semua manusia dan Allah menjadi saksi atas
kalian semua.
Dan
menjadi umat yang menjadi rahmat bagi
seluruh alam, dengan diutusnya nabi sebagai rahmat seluruh alam:
(( وما أرسلناك إلا رحمة
للعالمين ))
Dan
tidaklah Kami utus engkau ( Muhammad) kecuali sebagai rahmat
bagi seluruh alam.
Bukan
berangkat dari nol. Atau berangkat dari semangat fanatisme. Namun berangkat
dari realita pengaruh risalah Rasulullah saw atas umatnya.
Karena
umat Islam adalah umat yang cerdas, bukan umat yang bodoh. Umah Rosyidah, bukan
Umah jahilah. Rasulullah saw memberikan
sifat kepada seorang muslim sebagai orang yang cerdas:
قال
رسول الله صلى الله عليه وسلم : المؤمن كيس فطن.
رواه الديلمي عن أنس بلفظ: المؤمن
كيس فطن حذر.
“ Seorang mukmin itu orang yang cerdik dan
cerdas. “
Karena
umat yang cerdas, Umat yang rosyidah, maka seorang mukmin itu memiliki pesona:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: عجبا لأمر المؤمن إن أمره كله خير وليس ذاك لأحد إلا للمؤمن ، إن أصابته سراء شكر فكان خيرا له وإن أصابته ضراء صبر فكان خيرا له.
“ Sungguh
menarik perkara orang yang beriman.
Semua perkaranya baik. Ketika mendapatkan kenikmatan, bersyukur. Yang demikian
itu baik baginya. Dan ketika ia mendapatkan kesulitan bersabar, yang demikian
itu baik baginya.”
Dengan
pesona tersebut ia layak untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam. Menjadi rahmat
di masyarakatnya, dan menjadi rahmat di lingkungannya.
Kecerdasan Sempurna
Kecerdasan yang dimiliki seorang mukmin adalah kecerdasan yang sempurna,
kecerdasan yang menyeluruh dan bukan kecerdasan yang setengah-setengah, atau
kecerdasan yang parsial.
Kecerdasan-kecerdasan
itu adalah:
1. Kecerdasan
hati, adz dzakaa’ al qolby
2. Kecerdasan
piker, adz dzakaa’ al fikri
3. Kecerdasan emosional, adzakaa’ ‘athify
4. Kecerdasan
social , adzakaa’ al Ijtima’iy
Itulah
kecerdasan-kecerdasan yang harus
dimiliki oleh seorang muslim
Kecerdasan Hati
Kecerdasan hati, Adzakaa’ al qolby, yaitu kecerdasan hati. Hati yang cerdas adalah hati yang dipenuhi
oleh keimanan kepada Allah swt. Hati yang dipenuhi dengan ruhaniyah robbaniyah
yang tinggi. Keimanan tersebut menjadikannya tahu siapa dirinya, siapa
tuhannya, dan bagaimana ia harus berbuat di dunia ini.
Hati
yang penuh keyakinan, sehingga akan tenang dalam segala kondisi. Hati yang
penuh kepasrahan kepada sang kholiq, sehingga tidak ada rasa was-was apalagi
bersedih. Hati yang pemberani, karena bersandar kepada sang kholiq yang Maha
perkasa.
قال عليه الصلاة والسلام: واعلم ولو احتمعت الأمة على أن ينفعوك بشء لايينفعوك
إلا بشيء قد كتبه الله لك ولو احتمعت الأمة على أن يضروك بشء لايضروك إلا بشيء قد كتبه الله عليك، رفعب الأقلام وجفت الصحف.
Walaupun
semua manusia ini berkumpul untuk
memberikan bahaya kepadamu, niscaya ia tidak akan mendatangkan bahaya kepadamu
kecuali yang sudah ditakdirkan oleh Allah untuk kamu.
Walaupun
semua manusia ini berkumpul untuk memberikan manfaat kepadamu, niscaya tidak
akan memberikan manfaat kepadamu kecuali yang sudah ditakdirkan untuk
memberikan manfaat kepadamu. Tinta sudah
diangkat, dan tulisan sudah kering. Demikianlah hati yang cerdas.
Sebaliknya
hati yang bodoh adalah hati yang tidak tahu terhadap yang asasi pun. Sampai kepada siapa yang menciptakan dirinya
juga tidak tahu. Dengan demikian, ia tidak akan tahu dirinya. Adakah orang yang lebih bodoh dari orang yang
tidak tahu dirinya sendiri? Siapapun orangnya, bila demikian maka orang yang
bodoh hatinya. Sekalipun seorang raja, bila tidak tahu dirinya maka ia bodoh,
seperti firaun yang mengatakan, “ aku adalah tuhanmu yang paling tinggi.”
Seorang
pejabat tinggi yang seperti ini, juga bodoh hatinya, seperti Haman, perdana
menterinya fir’aun.
Orang
yang kaya yang seperti ini, orang yang
bodoh hatinya seperti Qorun.
Naudzu
billah.
Sebaliknya,
seorang muslim adalah orang yang cerdas hatinya. Dipenuhi keimanan, dipenuhi
keyakinan dan dipenuhi ketenangan. Seorang mukmin adalah orang yang cerdas hatinya.
Kecerdasan Intelektual
Kecerdasan fikri, kecerdasan intelekrual adalah kecerdasan otak. Otak yang cerdas adalah
otak yang dipergunakan dengan baik, tempat mengembangkan ilmu pengetahun.
Sarana untuk mentadaburi dan merenungkan kita-kitab Allah baik yang tertulis yaitu alquran maupun yang terbentang yaitu
alam semesta ini. Kenapa umat Islam umat yang cerdas fikry ?
Karena
umat Islam menggunakan otaknya dengan
sebaik-baiknya, menjaganya sehingga bisa berfungsi dengan baik. Membersihkan
pikirnya dari berbagai khurofat sehingga
pikiran bebas berkreasi dan berinovasi. Menjaga otaknya dari berb agai
hal yang merusak otaknya seberti miunuman keras, narkoba, dan berbagai hal yang
merusak fungsi otak. Karena hal-hal
tersebut sudah diharamkan oleh Islam.
Wahyu
yang pertama kali turun adalah surat Al Alaq ayat 1 – 5, yaitu perintah untuk
membaca. “ Iqro”.
Karena
kecerdasan itulah, maka banyak sekali cendekiawan-cendekiawan islam berhasil
melakukan berbagai percobaan dan mendapatkan penemuan-penemuan. Hanya kondisi
umat Islam saat ini yang kalah dalam kekuasaan dari orang lain, sehingga hal ini tidak dimunculkan
oleh sang competitor. Namun realita kecerdasan seorang mukmin masih terus nampak
dan muncul dari waktu-ke waktu.
Sebalikn
ya, agama lain dan ajaran lain tidak menjaga otak. Khurofat merupakan unsure
utama dari ajaran-ajaran mereka. Yang tentu saja akan menghambat kecerdasan
berpikir, karena selalu dihiasi dengan khurofat-khurofat yang tidak ada bukti
dan realitanya.
Belum
lagi minuman keras dan barang-barang memabukkan lainnya yang justru menjadi
konsumsi dari sebagian acara ritual keagamaan mereka. Sudah tentu akan merusak
fungsi otak. Mustahil otak yang demikian menjadi otak yang cerdas.
Kecerdasan Emosional
Emosi yang cerdas, adalah emosi yang bisa diatur dan dikendalikan. Emosi yang bisa diarahkan
oleh pemiliknya, bukan emosi yang mengendalikan pemiliknya.
Seperti
kemarahan, cemburu, benci, cinta dan lain sebagainya merupakan emosi dasar yang ada pada seseorang. Seorang yang cerdas emosionalnya adalah
seseorang yang mampu mengendalikannya dengan baik. Dia tahu kapan ia harus
marah, kepada siapa ia harus marah, sebesar apa ia harus marah dan bagaimana ia
harus marah. Semua terukur.
Begitu
juga cinta, cemburu, benci dan lain sebagainya. Semua terukur dan terkendali.
Seorang
mukmin adalah seorang yang cerdas emosionalnya. Bukan liar emosional.
Dia tahu kepada siapa ia harus mencintai,
membenci, cemburu, marah .
Dia
tahu kapan ia harus mencintai, membenci,
cemburu, marah .
Dia
juga tahu bagaimana ia harus mencintai, membenci, cemburu, marah .
Semua
terukur dan terkendali.
Sebaliknya,
seorang yang tidak beriman, tidak tahu batasan-batasannya. Oleh karena itu
semua jadi kacau. Ada orang yang bisa marah, tak terkendalikan marahnya. Ada
orang yang tidak bisa marah, walaupun kondisi harus menuntutnya marah.
Begitu
juga ada orang yang cemburu buta, sehingga merusak banyak hal. Ada juga orang
yang tidak cemburu sama sekali, sekalipun harga dirinya sudah diinjak-injak. Begitu seterusnya.
Kecerdasan Sosial
Kecerdasan social adalah kecerdasan dan kepedulian terhadap orang lain. Pribadi yang cerdas
social, akan memperhatikan orang lain setelah selesai memperhatikan diri
sendiri. Ia memikirkan orang lain sembari memikirkan diri sendiri. Sebaliknya pribadi yang bodoh social, adalah pribadi yang
egois. Tidak akan pernah peduli kepada orang lain. Tidak akan pernah memberikan
kepada orang lain. Dan tidak akan pernah memberi walaupun berlebihan.
Seorang
mukmin adalah seorang yang cerdas social, karena perhatian kepada orang lain,
dan memberikan kepada orang lain adalah merupakan salah satu dari pilar
agamanya, rukun Islam. Yaitu zakat.
Zakat wajib hukumnya. Ia selalu
diletakkan dan disandingkan dengan sholat.
Begitu
juga dengan sedekah dan infaq merupakan hal yang sangat dianjurkan dalam
berbagai kesempatan. Sungguh manusia mukmin dan muslim adalah orang yang cerdas social.
Ketika
seorang mukmin memiliki keempat kecerdasan tersebut, maka ia adalah pribadi
yang menarik. Hatinya cerdas, karena
dipenuhi dengan keimanan kepada Allah swt. Pikirannya cerdas, karena berfungsi
untuk menuntut ilmu, mengembangkan ilmu, dan melakukan berbagai penyelidikan
yang bermanfaat bagi kemanusiaan. Emosionalnya cerdas, karena mampu
mengendalikan emosionalnya, menempatkan, mengarahkan, dan mengaturnya sehingga
sesuai dengan porsi yang diajarkan
agama. Sosialnya cerdas, karena kepeduliannya kepada orang lain sangat
menonjol, pemberiannya kepada orang lain dirasakan. Dan perhatiannya kepada
orang lain merupakan hal yang sangat diperhatikan. Subhanallah. Pribadi yang
seperti ini sungguh pribadi yang menarik. Semua orang akan suka, kecuali
orang-orang yang sakit hatinya.
Maka
pribadi yang seperti ini, umat yang
seperti ini akan menjadi yang terbaik, yang menjadi rahmat bagi seluruh alam.
Dan itu sesuai dengan yang ditakdirkan
Allah swt.
Rukun Iman dan Islam Mendidik Mendidik Umat Cerdas
Rukun Iman dan rukun Islam menjadi sarana yang sangat tepat untuk mendidik
kita menjadi manusia yang cerdas, dengan kecerdasan yang sempurnya yang saya
sebutkan di atas: cerdas hati, cerdas,
firkin, cerdas emosi dan cerdas social.
Semoga
kita dikaruniai oleh Allah kekuatan untuk menyempurnakan kecerdasan kita,
sehingga mampu mengemban amanah yang diberikah oleh Allah kepada kita, sebagai
rahmat bagi seluruh alam. Dengan kemampuan kita menjalankan amanah tersebut,
maka pahal yang berlipat ganda akan kita dapatkan.
اللهم صل على سيدنا محمد وعلى آله وأصحابه
أجمعين ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين
Tidak ada komentar:
Posting Komentar