Namanya Puspa, masih gadis, usianya 24 tahun. Sekarang sudah kerja sebagai pegawai administrasi di sebuah lembaga pendidikan cukup terkenal di salah satu kota sejuk di negeri ini. Ia baru saja menyelesaikan kuliahnya beberapa bulan yang lalu di sebuah universitas negeri di Kota Bunga.
Ya, Puspa namanya.
Dalam akademis, ia cukup bagus. Bahkan bisa dibilang berprestasi IPK nya 3,68. Maka tidak heran kalau peringkat ke 5 dari 12 besar mahasiswa yang cumlaude di angkatannya. Luar biasa....
Aktivitas sosialnya, tidak kurang menariknya. Ternyata ia juga aktivis di kampusnya. Penampilannya yang sederhana, kejujuran dan kepeduliannya kepada orang lain mendorong teman-temannya untuk memilihnya menduduki jabatan wakil ketua Badan Legsltif Mahasiswa. Ah Teh Puspa. Artinya bunga, tidak salah orang tuanya memberinya nama itu. Bunga, yang bisa menemani siapa saja dalam segala kondisi. Saat bahagia merupakan pelengkap bagi kebahagiaan tersebut. Saat sedih, teman yang menjadi tempat menumpahkan segala perasaan. Bagi orang yang jatuh cinta, ia merupakan sarana untuk mengungkapkan apa yang ada dalam relung orang yang sedang kena panah asmara. Bagi pujangga, ia inspirator bagi terlahirnya karya-karya besar. Kala merekah menjadi penyejuk mata bagi yang memandang, kala layu pertanda akan datangnya buah yang menjadi pelanjut generasi. itulah bunga, oh ya Puspa.
Semakin ditelusuri semakin menarik kepribadiannya, ternyata ia bukan orang yang manja. Bahkan bisa dibilang mandiri, mandiri sekali. Ia sudah mulai bekerja dan memenuhi kebutuhannya sendiri semenjak ia di bangku SMA. " Aku sudah biasa merasakan pahit getirnya kehidupan." katanya padaku suatu saat. " Wah setahu saya,kehidupan itu bukan pahit dan getir teh Puspa, tapi pahit dan manis." kataku. " Setahu saya yang getir itu terong mentah...," kataku mencairkan suasana. " Ah kamu ini suka mengalihkan konsentrasi pembicaraan aja Shofi." kata Teh Puspa kalem.
Lebih dari yang saya ceritakan di atas, Teh Puspa orangnya cantik. Saya yakin banyak teman-temannya yang tertarik dengan kecantikannya. Itu terlihat dari komentar para pengunjung FB nya. Walaupun laki-laki yang model begini biasanya berotak kecil bernafsu besar. Melihat perempuan dari sisi fisik tidak lebih dari itu. Komentarnya selalu tentang kecantikannya. Namun kondisi itu tidak menjadikannya merasa hebat, atau dikagumi oleh banyak orang seperti para celebritis kacangan yang hanya bermodal wajah cantik tanpa prestasi dan kemampuan yang memadai.
Mungkin Teteh yang satu ini menyadari, kecantikan bukanlah sesuatu yang perlu dibanggakan atau sebuah prestasi. Karena memang kecantikan adalah karunia dari Yang Maha Kuasa. Tidak ada peran hamba-Nya ini untuk memilih cantik atau tidak cantik. Berbeda dengan kepandaian dan prestasi, kerja keras dan ketekunan pemiliknya yang lebih dominan. Siapa sih yang pernah meminta untuk dirinya kepada Tuhannya," Ya Robb, jadikan aku orang yang cantik atau gantgeng." Tentu tidak ada. Kecantikan dan kegantengan adalah karunia yang harus disyukuri. Bukan satu hal yang harus dibanggakan. Apalagi sebagai sarana untuk mengejek orang lain yang tidak dikaruniai kecantikan atau kegantengan oleh Sang Pencipta seperti dirinya.
Itulah sebabnya, Teh Puspa ini kugelari dengan " Gadis Berdarah Dingin".
" Wah, memangnya aku ular?" kata teh Puspa saat kuungkapkan istilah itu. " Yang berdarah dingin bukan hanya ular teh." kataku. " Apa selain ular?" tanya teh Puspa penasaran. "Yang termasuk makhluq berdarah dingin selain ular ya Teh Puspa." kataku.
" Iiiiihhhh kucubit baru tahu rasa." kata teh Puspa seraya mencubit pinggangku. Aku kesakitan sambil nyengir.Hehehehehe. Teteh gemes digolongkan ke dalam golongan ular. heheheh.
Pertimbangan saya sederhana saja. Teteh Puspa secara fisik cantik dan menarik. Biasanya sedikit sekali gadis-gadis cantik yang berprestasi. Kebanyakan berjiwa labil dan lemah. Tersanjung saat dibilang cantik dan dikagumi kecantikannya. Ketika ada yang menyanjung dan memujinya akan merasa senang dan bahagia. Selalu akan memikirkan berbagai sanjungan dari para lelaki. Biasanya langsung "klepek-klepek" tidak berdaya. Tidak bisa belajar apalagi berprestasi. Begitulah biasanya yang terjadi pada gadis-gadis cantik.
Ternyata hal itu tidak berlaku bagi Teh Puspa, walaupun dari sananya sudah dilahirkan cantik, tapi ia masih bisa berprestasi bahkan menjadi aktifis dikampusnya. Kau memang hebat Teh Puspa. Gadis berdarah dingin. Moga kesuksesan senantiasa menyertaimu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar