Selasa, 10 November 2015

Mendekatkan Sunni - Syiah Utopia?

Republika salah satu koran yang pernah didirikan oleh ICMI di masalalu menggelindingkan ide dialog syiah-Sunni di indonesia.  Republika tanggal 8 November 2015 rubrik Islam Digest. Mungkinkah direalisasikan utopia itu di indonesia.?

Ustadz Fahmy Salim memberikan analisanya dan gambaran keberhasilan atau kegagalan dengan menyampaikan pengalaman Al Azhar dan para penyeru pendekatan Sunni - Syiah yang sudah gagal total (gatot). Berikut tulisan ustadz Fahmy Salim, MA:

Republika masih angkat soal Taqrib antara Sunni dan Syiah di koran hari Ahad 8 Nov hal. 18 di rubrik Islam Digest..

Sunni dan Syiah Bersatu, Mungkinkah? (Bag 1) | Republika Online Mobile - http://m.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/12/01/13/lxq9m5-sunni-dan-syiah-bersatu-mungkinkah-bag-1#

Sedikit tanggapan saya:

Pertama, tulisan itu hanya mengulang lagu lama Pak Quraish Shihab, cuma sedikit diupgrade menggunakan buku terbitan Lebanon karya Ust. Musthafa Rifai sbb kalau mengacu ke buku QS maka para pembaca sdh paham gagasan yg basi. Apalagi tim penulis pondok pesantren Sidogiri Pasuruan Jawa Timur telah membantahnya secara ilmiah.

Kesalahan kedua, tulisan itu memposisikan Imam Ja'far Shadiq sbg tokoh syiah dan juga Imam Zaid bin Ali, padahal keduanya adalah imam ahlussunnah wal jamaah. Untuk lebih jauh membuktikan kesunnian Imam Jakfar dan jauhnya akidah beliau dari klaim Syiah silakan baca buku biografi Imam Jakfar yg ditulis oleh sarjana ahli Tafsir jebolan Universitas al-Azhar, Dr. Muchlis M Hanafi yg diterbitkan oleh penerbit Lentera Hati.

Ketiga, informasi yg tdk update, bhw lembaga taqrib di Al-Azhar sudah lama non aktif karena banyak ditentang oleh para ulama besar Al-Azhar sendiri spt Syekh Muhammad Arafah (anggota Hay'ah Kibar Ulama Azhar), Syekh Hasanain Makhluf (mantan Mufti Agung Mesir), Syekh Gad elHaq Ali Gad elHaq mantan grand Syekh al-Azhar, Dr. Abdul Mun'im Annimr (mantan wakil Grand Syekh al-Azhar dan menteri wakaf Mesir), serta Syekh Athiyyah Shaqr (ketua komisi fatwa al-Azhar) dll krn terbukti terkuak taqiyahnya Al-Qummi dan tak sesuai harapan krn Abdul Husain al-Musawi salah satu penggerak motor Taqrib ternyata menerbitkan kitab al-Muraja'at isinya surat menyurat fiktif dia dg yg diklaim sbg Syekh al-Azhar yaitu Fadhilatu Syekh Salim al-Bisyri, sehingga Syekh Gad elHaq perintahkan Ulama Azhar utk mentahqiq dan membantah buku fiktif tsb. Syekh Prof. Dr. Yusuf Qardhawi yg hendak menghidupkan lembaga Taqrib itu pun pada akhirnya menyerah tidak mau lagi berdialog dg kaum Syiah karena 3 permintaannya kpd mereka utk mengakui status kesempurnaan Quran, tidak mencaci sahabat Nabi, mencegah penyebaran madzhab Syiah di negeri2 sunni atau sebaliknya, tidak diindahkan bahkan kerap dilanggar oleh Syiah dengan dalih Taqrib untuk menyebarkan paham Syiah di tengah masyarakat sunni. (Lebih jauh baca kitab Fatawa Muashirah jilid 4, hal. 251 dst)

Keempat, sampai hari ini sejak diwacanakan pengajaran fiqih jakfari syiah di Al-Azhar tahun 60 an tidak pernah terwujud krn banyak ditentang para Ulama guru besar syariah di Al-Azhar. Yg terealisir adalah proyek mausu'ah fiqih 8 madzhab di masa orde Presiden Gamal Abd Nasser. Selebihnya tdk pernah diajarkan fiqih syiah baik Jakfari dan Zaidi di lingkungan al-Azhar. Sbb al-Azhar hanya mengakui keabsahan 4 madzhab ahlussunnah saja yg berhak diikuti. Ini bisa dibuktikan oleh banyak alumni al-Azhar yg sejak awal masuk mendaftar harus mengisi pilihan madzhab fiqih apa yg hendak diajarkan, dan tak pernah dijumpai pilihan madzhab Jakfari dan Zaidi di formulir pendaftaran kuliah Al-Azhar.

Sekian. Wallahu waliyyu attaufiq.

Akhukum fillah: Fahmi Salim, alumnus S2 al-Azhar 2007.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar