Jumat, 29 Mei 2009

Obyek Kerja Dakwah

Published at Masturi's Weblog in 26.9.07:
Kerja dakwah yang baik, paling tidak memiliki tiga obyek kerja yang harus berimbang. Tidak boleh melebihkan satu dari yang lain. Bila tidak seimbang, maka ia sudah masuk ke dalam ekstrimisme yang membahaykan bukan hanya diri dai sendiri dan kelompoknya, lebih dari itu membahayakan masyarakat. Hal itu akan kontra produktif dengan tujuan dakwah itu sendiri, meningkatkan dan mendorong masyarakat agar lebih bisa menikmati kesejahteraan yang sebenarnya, bukan kesejahteraan semu. Obyek itu adalah:....
1. Obyek internal. Dakwah, apa saja, tidak akan berjalan dengan sendirinya. Tidak mungkin berjalan hanya dengan mengumpulkan orang di jalanan untuk memiliki satu cita dan keinginan. Dakwah memerlukan orang yang memiliki kesamaan visi, misi dan militansi. Orang di jalanan memiliki visi yang bermacam-macam, cita yang beraneka dan misi yang bervariasi. Belum lagi militansinya. Dakwah, seandainya tidak bisa meyamaratakan antara cita, misi dan militansi, paling tidak mendekatkan. Barulah dakwah akan bisa berjalan. Di sini fungsinya Tarbiah. Obyek ini, garapan dari tarbiah itu. Maka tarbiah adalah modal utama dari mesin dakwah, atau bahkan ia adalah mesin itu sendiri. Dai yang bijak, akan mampu membuat porsi yang tepat untuk kawasan ini. 2. Obyek Ekternal Dakwah memerlukan artikulasi di masyarakat luas. Kebaikan dakwah untuk mengantarkan masyarakat, apa saja dan siapa saja menuju kebaikan dan harkat kemanusiaan. Maka obyek umum harus menjadi tujuan. Sehingga kerahmatan Islam bisa dirasakan oleh siapa saja. Misi Islam bukan hanya sekedar membawa kebaikan untuk umat Islam, tetapi kebaikan untuk alam termasuk tumbuhan dan binatang. Apalagi manusia, apapun agama dan keyakinannya. Maka „ Amal Amm“ merupakan keniscayaan. Ekternal adalah aplikasi nyata dari kehidupan. Maka kehadiran dakwah dan da’i di masyarakat harus mereka rasakan. Da’i memerlukan legitimasi. Da’i yang baik memeras tenaga, pikiran, bahkan keringat dan hartanya agar masyarakat bisa hidup, istirahat dan tidur dengan tenang. Dai menyelesaikan masalah di masyarakat, bukan menjadi masalah di masyarkat. Karena masyarakat sangat kompleks, maka sang da’i harus tahu dari arah mana ia dan kelompoknya masuk ke dalam hati masyarakat. Masyarkat bukan bodoh, bahkan mereka sangat cerdas. Karena mereka tahu apa yang terbaik untuk mereka. Masyarakat terdapat para intelek, yang juga menjadi solusi di masyarakat. Dakwah yang gagal, dakwah yang selalu meletakkan masyarakat dalam posisi orang-orang bodoh. Seakan-akan buta dan awam sama sekali dengan kebaikan. Dakwah yang berhasil adalah dakwah yang meletakkan segala sesuatu secara proporsional. Yang baik harus dikatakan baik dan didukung, siapapun ia dan mereka. Yang pintar dan intelek, harus diakui intelelektualitasnya dan perlu belajar darinya. Sedang yang tidak baik, harus dikatakan tidak baik dan dikasihi untuk dibimbing dan diarahkan, bukan dikucilkan apalagi dibuang dan disingkirkan. Yang bodoh, harus di kasihi dan dibina agar ia bisa meningkat menjadi pintar dan menikmati indahnya ilmu dan pengetahuan. 3. Obyek pertengahan Obyek yang ketiga dalam dakwah, pertengahan dari obyek internal dan eksternal. Ini juga menempati posisi strategis dalam masyarkat. Ia penyambung lidah antara internal dan eksternal. Internal biasanya ekslusif dan tidak sedikit yang cenderung kaku. Eksternal biasanya cenderung encer dan seenaknya. Yang sering terjadi adanya benturan, karena jauhnya jurang pemisah antara keduanya. Obyek kedua inilah yang bisa mendekatkan keduanya. Itulah ketiga obyek dakwah yang harus berjalan secara seimbang. Bagaimana dengan dakwah anda????
Sepakat dengan makalah ini????:

Islamabad, 28 Juni 2007
Oleh: Masturi Istamar Suhadi Usman
http://ekspresiperenungan.blogspot.com/
Posted by Masturi at 7:41 AM 0 comments Links to this post
Labels: Fiqih Dakwah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar