Jumat, 29 Mei 2009

Killing Wife

Published in Masturi Weblog in 7.7.07:

Tidak sulit sebenarnya membedakan dua hal yang memang berbeda. Tapi sungguh kesulitan untuk membedakan dua hal bila diisukan.
Killing wave (gelombang mematikan), killing wife ( pembunuhan istri). Tidak sulit khan membedakannya???
Sore itu kamis, 12 April 2007, jam 3 sore waktu IslamabadPakistan, Masyarakat Indonesia di Islambad gempar sekaligus geli. Apa gerangan????
Hari itu saya berkutat dari kamis dini hari di depan Komputer menulis thesis. Walau dengan penuh semangat, tapi keletihan tidak bisa dihindarkan. Udara panas tidak bisa mengalahkan kantuknya mata ini. Ditambah otak sudah penat, sehingga tidak bisa memberikan analisa yang jeli terhadap yang saya tulis sendiri. Maka keinginan untuk istirahat sangat kuat...


Sambil berbaring saya ambil buku sebagai pengantar tidur, karena biasanya kalau membaca bisa tidur lebih cepat dari yang diperkirakan. Yah, nipu syetan gitu pikirku. Tujuanku khan tidur, kali saja syetan mikirnya aku mau belajar, sehingga mataku ditarik agar cepat tidur. Padahal niatku khan tidur, hehehehehe. Ketipu deh tuh syetan. Ah.. biarin biar tahu rasa.
Belum sempat mata terpejam,tiba-tiba nokiaku yang berisi sim ufone berbunyi. Ah sms, apa ya ????? Semua kita barangkali termasuk orang yang membaca cerita ini adalah orang-orang yang setia terhadap hpnya. Apapun kondisinya, bila ringtone sang hp terdengar,maka akan segera dihampiri. Padahal, ketika dipanggil suami, atau istri atau anaknya menangis belum tentu segera datang. Banyak sekali alasan yang dibuat untuk sekedar menunda walaupun bebarapa detik. Apalagi yang memanggil sekedar teman.
„ 13 orang meninggal karena killing wave. Sudah dengar????? So jangan angkat telphon yang bernomer 5 digit (angka), yang datang dengan tanda bintang dan pagar dari Ufone. Forward ke teman-teman.“
Hp ku menunjukkan pengirimnya seorang mahasiswi, (kalau ini out of record lho ya).
Dalam hati bimbang juga. Antara percaya dan tidak dengan isi isms itu. Dan antara disebarkan ke teman-teman yang lain gak???? Jangan-jangan ini hanya isu. Dan jangan-jangan pula ditertawakan teman-teman????? Sekarang khan lagi musim kebohongan bulan april.
Saya sempat diskusikan dengan uminya anak-2, bagaimana pendapatnya. Masalahnya, kalau aku berbuat konyol di masyarakat dia khan malu juga. Ah istrinya Masturi. Dalam diskusi itu,kami juga tidak berhasil memberikan ketegasan apa yang harus kami perbuat. Antara mengirimkan berita atau tidak. Kami harus mencari murajjih ( penguat) yang lain bila ingin mengirimkan ke teman-teman sesuai dengan pesan tersebut.
Padahal saat itu sudah terpikir oleh kami, kirimkan saja. Kalau sekedar isu,toh tidak merugikan, kalau ternyata betulan khan bisa untuk jaga-jaga.
Tengah kami hangat bincang masalah itu, anak gadisku yang baru kelas dua SD di sekolah Islamabad, Pakistan, pulang dari sekolah. Dia membawa berita kalau dipesan oleh gurunya supaya jangan sembarangan mengangkat Hp, karena ada pembunuhan dengan menggunakan gelombang via HP.
Wah,… ini ada berita penguat, gitu pikir kami. Tapi belum bisa juga memberikan dorongan untuk menyebarkan berita ini kepada yang lain.
Setelah makan siang, anak gadisku biasanya main dengan anak tetangga. Dan hari itu ia tidak keluar dari kebiasaannya itu. Setengah jam kemudian, dia datang dan mengatakan, “ Bi,ini nomor yang mendatangkan gelombang mematikan itu, katanya sambil menyodorkan kertas berisi nomor.
“ Dari mana kamu dapat nomor ini nak???” begitu selidikku. " Ini nomor dibawa oleh salah seorang yang ngaji dirumah tetangga. Dia dari orang tuanya agar disampaikan kepada teman-temannya yang ngaji. “Anakku menjelaskan. “ Mereka dapat nomor ini dari mana???” Desakkuu. „Orang tua mereka membaca di koran bahasa Urdu Bi.“ Tambahnya. Tertulis di dalam kertas itu nomor: 1144003, dari Telenor, Ufone dan Jazz. Akhirnya kami putuskan untuk menyampaikan berita ini kepada orang-orang yang saya anggap dekat. Dengan pertimbangan, dia akan menyikapinya bijak. Paling tidak, yah sekedar jaga-jaga. Aku tidak berani menyebarkannya ke sembarang orang. Khawatir disebut pembuat isu. Yah saya hanya kirim ke delapan orang saja. Terserah mereka menanggapinya bagaimana.
Alhamdulillah ada respon baik dari beberapa teman tadi, diantaranya ada yang menelphon minta penjelasan. Saya jelaskan sesuai dengan kronologinya. Ada yang membalas dengan sms positif bunyinya,“ Terima kasih atas infonya, semoga Allah menjaga kita semua. Amin.“ Aku cukup gembira dengan bebarapa respon tadi.

Setelah 5 jam kemudian ringtone hpku berbunyi lagi. „„ 13 orang meninggal karena killing wife. Sudah dengar????? So jangan angkat telphon yang bernomer 5 digit (angka), yang datang dengan tanda beras dan bunga dari Ufone. Forward ke teman-teman.“ Begitu bunyi sms itu.
Kok begini, pikirku???? Sms itu kemudian saya balas sekedar untuk memberikan info yang saya terima. „ Bukan killing wife (pembunuhan istri) tapi killing wave ( gelombang yang mematikan) dan lambangnya bukan beras dan bunga tapi pagar dan bintang.“ Tidak berapa lama ada replay dari seberang,“ Killing wife, tandanya petai dan tempe.“
Dengan agak gondok, saya delete sms itu dan saya taruh di meja.
Ah, sudahlah ngapain dipikirin, yang penting sudah saya sampaikan, toh kalaupun sekedar isu itu tidak merugikan teman-teman. Kalaupun betulan saya sudah menyampaikan. Ngapain repot?????? Mungkin mereka lebih suka killing wife dari pada killing wave. Kalau saya sih tidak suka dua-duanya.

Keberatan dengan tulisan ini???

Oleh: Masturi Istamar Suhadi Usman

http://refleksie.blogspot.com

Posted by Masturi at 2:55 AM

Labels: Refleksi Sosial

Tidak ada komentar:

Posting Komentar