Kamis, 07 Mei 2015

Memanfaatkan Bulan Rojab

Tanpa terasa Ramadzan sudah hampir menjelang.  Rasanya  baru kemarin kita meninggalkan Ramadzan.  Kala kita renungkan keberadaan bulan Rajab, Sya’ban, Ramadhan, ketiga bulan tersebut saling berurutan. Apa hikmah yang terkandung di sana? Setidaknya, deretan bulan itu mengisyaratkan pentingnya penekanan ibadah menjelang bulan penuh ampunan, Ramadhan. Untuk mengoptimalkan ibadah di sana, maka diperlukan langkah-langkah persiapan.
Karena sebuah kesuksesan tak bisa lepas dari persiapan yang matang.  Seorang murid yang berhasil lulus ujian karena ia jauh-jauh hari telah bersiap diri menghadapi tes kelulusan itu.
Seorang petarung yang paling siaplah yang akan menang. Team bola pemenang, adalah yang paling matang kesiapannya. Negara yang paling kuat, adalah Negara yang paling lengkap dan sempurna persiapannya. Sayangnya, keutamaan persiapan diri itu,  tak banyak diketahui oleh kebanyakan orang. Ini seperti yang pernah di wanti-wanti Rasulullah SAW ketika menghadapi:
Dari Usamah bin Zaid, beliau berkata, “Katakanlah wahai Rasulullah, aku tidak pernah melihatmu berpuasa selama sebulan dari bulan-bulannya selain di bulan Sya’ban”. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : ,

ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ
“Bulan Sya’ban adalah bulan di mana manusia mulai lalai yaitu di antara bulan Rajab dan Ramadhan. Bulan tersebut adalah bulan dinaikkannya berbagai amalan kepada Allah, Rabb semesta alam. Oleh karena itu, aku amatlah suka untuk berpuasa ketika amalanku dinaikkan.” (HR. An Nasa’i. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan.
Hadis itu menyatakan tak sedikit mereka lalai akan keutamaan Rajab dan Sya’ban untuk menghadapi Ramadhan.
Kedua bulan itu memiliki posisi penting buat kita. Terlebih bulan Sya’ban, merupakan bulan tatkala segenap raport amalan langsung diangkat ke hadapan Allah SWT.  Sehingga Rajab laksana terminal utama untuk pemberhentian untuk mempersiapkan raport tersebut.

Amalan yang mesti kita lakukan pada bulan Rojab sekarang ini  ada beberapa hal:
Pertama : Memperbaharui niat.
Perbaruilah niat selalu. Niat yang terbarukan akan membantu mendongkrak semangat ibadah.
Kedua:  memperbanyak puasa.
Kita dianjurkan untuk memperbanyak  melaksanakan puasa di bulan  Rajab dan bulan  Sya’ban.  Anjuran-anjuran tertentu berikut keutamaan berpuasa di bulan Rajab, memang beberapa hadisnya dikategorikan lemah. Namun, berpuasa pada bulan Rajab  landasannya  secara umum hadis-hadis berpuasa di bulan-bulan mulia (asyhur al hurum).  Karena bulan Rajab adalah salah satu dari bulan  haram, sebagaimana firman Allah swt :
إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْراً فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ   )سورة التوبة: 36 (
"Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang  lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu.” (QS. At-Taubah: 36)
Di bulan-bulan  haram ini kita dianjurkan untuk memperbanyak ibadah, terutama puasa. Rasulullah saw bersabda:
 أفضل الصلاة بعد المكتوبة الصلاة في جوف الليل وأفضل الصيام بعد شهر رمضان الشهر الذي يدعونه المحرم
"Shalat yang paling utama setelah shalat wajib adalah shalat di penghujung malam, dan puasa yang paling utama setelah bulan Ramadhan adalah pada bulan yang disebut dengan Muharram."
 ( HR. Muslim: 1163 )

صُمْ مِنْ الْحُرُمِ وَاتْرُكْ  (رواه أبو داود ، رقم 2428 وضعفه الألباني في ضعيف أبي داود
“Berpuasalah di (bulan-bulan) Haram dan tinggalkanlah.”  (HR. Abu Daud, 2428 dan dilemahkan  oleh  Al-Bany dalam kitab Dhaif Abu Daud)
Sedangkan berpuasa Sya’ban,  sebagaimana disebutkan dalam hadis riwayat Bukhari Muslim dari Aisyah ra. Rasulullah paling tampak berpuasa sunah di Sya’ban.
Puasa pada bulan  Rojab dan Sya’ban  dilakukan sebagai persiapan dan pemanasan menghadapi Ramadhan.  Selain itu, Imam   Ibnu Hajar menjelaskan bahwa amalan  sholeh di bulan  Rojab dan khususnya Sya’ban sering terlupakan.  Sebagaimana yang disebutkan hadist Rasulullah saw riwayat  Usamah bin Zaid.
Ketiga: Kegiatan  yang bisa kita lakukan pada bulan Rajab dan sya’ban   dalam rangka untuk   persiapan  Ramadhan adalah  berbagi kabar gembira dan memotivasi sesama. Ini bagus kita lakukan sejak bulan Rajab, yaitu saling memberitahu  keutamaan Ramadhan. Rasulullah saw  dalam rangka tarhib Ramadzan   dalam hadis  yang diriwayatkan oleh Imam  Nasai. “Telah datang kalian Ramadhan, bulan yang diberkahi, Allah mewajibkan atas kalian berpuasa. Pintu langit dibuka dan pintu neraka ditutup.”
Keempat : Mulai meningkatkan  frekuensi penempaan spiritual. Karena  bulan Ramadhan adalah madrasah dan tempat  penempaan bagi orang-orang yang bertakwa. Pembiasaan sejak dini, sebelum datangnya Ramadan, yaitu sejak bulan Rajab dan bulan Sya’ban  akan mempermudah program ibadah sepanjang Ramadhan. Mulai dari hal-hal yang kecil, seperti menjauhi perkataan  yang sia-sia, ungkapan-ungkapan yang jorok. Karena jika  hal-hal tersebut tak dihindari, ucapan-ucapan yang tak pantas itu bisa merusak pahala Ramadhan.  Nabi sallallahu’alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْجَهْلَ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِي أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ   (رواه البخاري، رقم 1903- 6075 (

“Barangsiapa tidak meninggalkan perkataan dusta, bersikap bodoh dan beramal dengannya. Maka Allah tidak butuh dari meninggalkan makan dan minumnya.” (HR. Bukhari, 1903, 6075)
Perkataan keji, nista dan dusta mencakup semua perkataan haram seperti bohong, mengguncing, namimah (mengadu domba), menghina dan menghardik, perkataan jorok dan  lain sebagainya.
Nabi sallallahu’alaihi wa sallam bersabda:

 إِذَا أَصْبَحَ أَحَدُكُمْ يَوْمًا صَائِمًا فَلا يَرْفُثْ ، وَلا يَجْهَلْ ، فَإِنْ امْرُؤٌ شَاتَمَهُ أَوْ قَاتَلَهُ فَلْيَقُلْ : إِنِّي صَائِمٌ إِنِّي صَائِمٌ  (رواه البخاري، رقم 1894 ومسلم، رقم 1151 )
“Barangsiapa salah satu di antara kalian di pagi hari dalam kondisi berpuasa, maka jangan berkata jorok dan jangan bersikap bodoh. Kalau ada seseorang yang menghardiknya atau menghinanya maka katakan kepadanya, sesungguhnya saya sedang puasa, sesungguhnya saya sedang puasa." (HR. Bukhari, no. 1894 dan  Muslim, no. 1151)
Kelima: Amalan lain yang bisa kita lakukan pada bulan Rajab dan sya’ban dalam rangka mempersiapkan kedatangan bulan  Ramadzan adalan  menyambung  dan jaga silaturahim.  Menyambung silaturrahim artinya adalah menyambung kembali silaturrahim yang  pernah putus di karenakan banyak hal, seperti pertikaian, perselisihan dan lain sebagainya. Sedangkan menjaga silaturrahim adalah memperkuat silaturrahim yang sudah ada, dan tidak putus agar lebih kuat dan lebih kokoh.
Ada banyak faedah di balik memperkuat tali silaturahim. Menyambung silaturahim akan memperbanyak rezeki dan menjadikan umur bertambah berkah. Dari bersilaturahim pula akan mengikis kesalahan-kesalahan yang pernah diperbuat. Dengan demikian, saat Ramadhan tiba, kondisi diri telah siap dan bersih.
Keenam: Penting untuk dilakukan dan diperhatikan  adalah  segera  membayar hutang puasa Ramadhan yang terlewat.  Terutama kaum wanita, yang bisa dipastikan punya hutang puasa Ramadzan. Para ulama sepakat, hendaknya seseorang membayar hutang puasa wajib terlebih dahulu dan lebih utama sebelum menunaikan puasa sunah.
Ketujuh: Yang tak kalah penting juga  yang kita bisa lakukan dan kita biasakan pada bulan Rajab ini adalah membiasakan diri  untuk bersedekah.  Bersedekahlah dari sekarang. Mulailah dari yang kecil.  Lakukan yang mampu untuk dilakukan.
Kenapa demikian? Karena pahala tiap amalan selama Ramadhan akan dilipatgandakan, tak terkecuali bersedekah.
Bagaimana melatih diri kita untuk sedekah?  Ini bisa dimulai dengan membiasakan diri memberikan makanan bagi fakir miskin. Berbagi makanan, terlebih untuk berbuka, sarat dengan pahala.  Rasulullah saw bersabda:
Dari Zaid bin Kholid AL-Juhani berkata, Rasulullah sallallahu’alaihi wa sallam bersabda:

مَن فطَّر صائماً كان له مثل أجره غير أنه لا ينقص من أجر الصائم شيء " . رواه الترمذي ( 807 ) وابن ماجه ( 1746 ) وصححه ابن حبان ( 8 / 216 ) والألباني في " صحيح الجامع " ( 6415 )

“Barangsiapa yang memberi buka orang puasa, maka baginya pahala semisalnya tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa sedikitpun.” HR. Tirmizi, 807. Ibnu Majah, 1746. Dan dishohehkan oleh Ibnu Hibban, 8/216. Dan oleh Al-Bany di shoheh Al-Jami’, 6415.
Rasul menegaskan bahwa sedekah berupa pemberian menu berbuka tersebut diganjar dengan pahala puasa dari penerima sedekah. “Tanpa kurang sedikit pun,”

Sekarang sudah dalam bulan Rajab. Dalam hitungan hari  Ramadzan akan menjelang.  Hadapkan  ruhani, pikiran, sosial dan fisik kita untuk menyambut masa panen pahala. Ini perlu kesadaran dari kita. Bukan hanya kesadaran pribadi, tapi perlu kesadaran keluarga dan masyarakat.  Kalau tidak, maka  semua akan berlalu begitu saja, dan kita  akan memasuki Ramdzan dengan tanpa persiapan. Dan Ramadzan tidak memberikan pengaruh baik kepada individu, keluarga dan masyarakat kita. Bukan kesalahan Ramadzan, bukan kesalahan Islam, bukan kesalahan Allah swt, tapi kesalahan kita bersama.
Kita mesti ingat, aktivitas kehidupan kita merupakan rutinitas yang secara otomatis akan jalan. Waktu akan terus berjalan, kita mau atau tidak.  Waktu akan terus mendekat, kita siap atau tidak.  Oleh karena itu mari kita siapkan diri untuk menyambutnya. Kita mulai dari sekarang, yaitu dengan menyambut datangnya bulan Rajab dengan aktivitas-aktivitas:  ( 1 ) memperbaharui niat, ( 2 )memperbanyak puasa,   ( 3 ) saling berbagi ilmu tentang keutamaan Ramadzan, ( 4 ) meningkatkan frekwensi ibadah, ( 5 ) membayar hutang puasa Ramadzan tahun lalu, ( 6 ) menyambung silaturrahim, ( 7 ) bersedekah
Semoga Allah swt memudahkan kita semua untuk mempersiapkan diri di bulan Rajab ini, baik diri pribadi kita, keluarga kita dan masyarakat kita.

اللهم بلغنا رمضان

Tidak ada komentar:

Posting Komentar