Senin, 01 Juni 2009

Perlu Kehadiranmu

Published by: Masturi's Weblog in 2007

Tanggaung jawab suami, menjadi nahkoda bahtera rumah tangga agar berlabuh di pelabuhan kedamaian dan kesejahteraan.


Nahkoda yang baik akan berusaha untuk mengarahkan bahteranya ke arah yang baik sesuai dengan petunjuk mercusuar, dan menghindarkannya dari berbgai hal yang membahayakan. Nahkoda yang bijak tidak akan berpetualang hanya untuk menguji kelihaiannya dalam mengendalikan kapal, atau menguji kehebatan dan kekuatan kapalnya.....

Dia mestinya menyadari sepenuhnya, tidak usah berpetualang pasti suatu saat badai akan datang. Tidak usah menguji kehebatan diri mengendalikan kapal, karena suatu saat kelihaiannya pasti akan dibutuhkan. Tidak usah menguji kapal dengan menyerempetkannya ke batu karang karena suatu saat halang rintang harus dilalui.
Justru yang harus dilakukan adalah mempersiapkan dirinya agar kepandaiannya mengendalikan bahtera semakin meningkat. Terus memperhatikan dan merawat kapalnya dengan baik, jangan sampai karatan dan bocor, atau mesinnya mogok karena diacuhkan.
Itulah tanggung jawab sang nahkoda.
Sebagian besar para suami menyangka, tanggung jawabnya sebatas memenuhi kebutuhan materi anak dan istrinya. Bila hal itu sudah dilakukan, seolah-olah dia telah menyelesaikan tanggung jawabnya. Selanjutnya pusa dan bisa tidur dengan nyenyak.
Padahal tanggung jawab seorang suami dalam rumah tangga adalah harus hadir bersama mereka, turut merasakan apa yang mereka rasakan kala suka dan duka. Ikut bersedih bila ada salah satu anggota keluarganya ada yang sedang sedih, mengucapkan selamat bila ada anggota keluarganya yang mendapatkan nikmat.
Banyak kasus yang terjadi di masyarakat, sang anak punya masalah disekolahnya atau di tempat bermainnya, sang bapak tidak tahu.
Sang anak ingin berusaha mengadukan perihaldirinyakepada ayahnya, tapi sang ayah menyuruhnya untuk berbicara saja sama ibunya, kerena ia sudah banyak masalah yang harus dihadapi di kantor dan tempat kerjanya. “ Sudahlah, selesaikan masalahmu dengan mamamu sana, Papa khan banyak yang perlu dipikirkan. Yang penting kebutuhanmu sudah papa penuhi semua.” Ungkapan tadi sudah menjadi keseharian yang sering kita dengar di masyarakat.
Kala anaknya mendapatkan prestasi, ia tidak berbuat apa-apa,walau hanya mengucapkan selamat. Bahkan tidak sedikit yang mendengar prestasi anaknya dari orang lain.
Begitu juga yang dialami oleh sang istri. Ia hanya dipenuhi materinya, namun tidak pernah didengar keluh kesahnya.
“ Ma, untuk masalah ekonomi Papa yang tanggung jawab, masalah rumah dan anak-anak mama yang ngurus,Ok. Nanti papa belikan mobil untuk Mama, biar mudah dalam mengurus dan antar jemput anak-anak pulang pergi sekolah.”
Yang terjadi berikutnya sang istri letih secara fisik, yang lebih berat lagi letih secara psyches dan tidak tahu ke mana akan mengadu.
Realitanya ia punya suami tempat berbagi suka dan duka, namun seolah-olah tidak pernah hadir dalam hati dan perasaannya.
Bila logikanya dibalik, mungkin akan lebih adil, sang istri yang mencari uang dan suami diminta untuk mengurus rumah dan anak-anak. Yakinlah, ternyata yang dirasakan olah istri jauh lebih berat.
Bila anda tidak percaya silahkan coba. Di saat hari libur dari pekerjaan anda, ambillah satu hari saja, anda sebagai suami yang mengambil alih pekerjaan istri di rumah, biarkan istri anda untuk pergi ke mana saja seharian yang penting tidak ada di rumah. Saya yakin rumah anda bukan menjadi rumah lagi. Ia akan berobah menjadi kapal pecah, atau sarangnya kucing beranak. Dan anak-anak sudah berobah seakan-akan menjadi anak-anak yatim yang sudah lama ibunya meninggal. Cobalah biar anda yakin.
Ternyata tugas istri sangat berat. Banyak keluhan yang harus anda dengarkan, banyak beban batin yang harus anda bantu meringankannya.
Kehadiran anda secara utuh sangat diperlukan. Anda tidak hanya cukup hanya mecari maisyah (baca: nafkah) tapi anda harus mendampingi Aisyah (baca : istri) yang di rumah.
Wahai para suami, cobalah teliti dan tengok diri anda, sudahkah anda hadir di tengah-tengah keluaga anda, ataukah anda hanya hadir secara fisik tapi ditengah-tengah mereka. Namun sebenarnya anda tidak pernah mengisi hati dan perasaan mereka???
Segeralah hadir bersama mereka dalam fisik dan perasaan mereka, sebelum terlambat. Sebelum nasi menjadi bubur. Buatlah setiap saat seolah-olah istri anda berteriak selalu,” Aku butuh kehadiranmu wahai suamiku.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar